Gus afiq terbangun pukul 3 subuh lalu melirik kearah mauli. Pemandangan istrinya yang tidur meringkuk seperti bayi menjadi pandangan favoritnya setiap subuh setelah membuka mata. Tadi malam ia sengaja menyuruh istrinya agar memakai kaos miliknya yang tampak kebesaran.
"Bangun udah mau subuh" gus afiq berbisik ketelinga mauli.
"Bentar 5 menit, capek" sahut mauli dengan mata yang masih terpejam.
"Ya sudah tidur lagi ya, saya mau sholat tahajud dulu" gus afiq segera ke kamar mandi untuk mandi besar. Ia membiarkan istrinya tidur lagi karena tak tega.
Sesudah adzan subuh berkumandang dan gus afiq selesai sholat shubuh ia membangunkan mauli lagi.
"Ning. Adzan subuh udah lewat loh"
Mendengar bisikan ditelinganya mauli langsung terbangun dan duduk.
"Jam berapa?"
"Jam 5 ning"
Mauli beranjak namun rasa sakit itu datang dan menghentikan pergerakannya.
"Masih sakit ya?"
"Gak tau"
"Maaf, seharusnya saya gak maksa"
"Apa sih gus nggak, hak gus itu mah"
"Ya tapi"
"Udah deh gus, gendong bantuin ke kamar mandi" ucap mauli sambil merentangkan tangannya.
Gus afiq mengangguk tersenyum lalu menggendong mauli didekapannya.
"Sudah, mau dibantuin mandi juga?"
"Boleh siapa takut."
"Oke, jangan salahkan saya. kalau saya minta lagi."
"Gak jadi, udah sana keluar, malu."
"sama suami sendiri malu."
"Ya malu atuh gus."
"Tadi malam kok gak?"
"Ya itu sih udah keduluan dipepet sama gus"
Gus afiq keluar membiarkan istrinya mandi. Ia kebawah untuk mengambil air minum.
"Eh mas afiq, mba uli nya mana?"
"Diatas masih mandi far."
"Tumben mbak uli jam segini masih mandi, habis mbok apain mas?"
"Ya gak diapa apain."
"Lembur ya mas." ning farah tertawa meledek kakaknya itu.
"Farah pagi pagi udah ketawa." umi datang menegur farah.
"Anu mi itu loh mas afiq habis mmppftt."
gus afiq membungkam mulut ning farah dengan tangannya.
"Mas afiq jangan gitu sama adikmu."
Umi menengahi pertengkaran kaka beradik ini, gus afiq naik ke kamar dan melihat mauli yang sudah duduk berdzikir selepas sholat diatas sajadah sambil memejamkan mata.
Gus afiq duduk diranjang tak bersuara dan menunggu mauli selesai dengan kesibukannya. Hingga gus afiq melihat istrinya itu mulai membaringkan diri diatas sajadah, Gus afiq langsung menghampirinya.
"Ada yang sakit?"
"cuma sedikit pegal gus."
"Mau saya pijit?"
"emang gak dosa kalau suami mijit istri?"
"Ya gak lah ning, kan saya yang inisiatif bukan ning yang nyuruh."
"Boleh deh."
"Nanti malam bayarannya ya."
"Allahuakbar gus, masih sakit loh, gak jadi ah gus gak ikhlas mijitnya."
"Bohong ning. udah sini tiduran aja kalau gak mau dipijat" Gus afiq menepuk pangkuannya dan mauli menuruti kemauan suaminya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawaddah Diujung Langit
Krótkie Opowiadaniarandomnya seorang ning dan gus Malam itu menjadi malam yang panjang bagi penentuan kami. Aku percaya gus afiq adalah sosok pendamping terbaik yang dikirimkan Allah padaku. Tak apa aku tak bersanding dengan lelaki di masa laluku yang menurutku terbai...