19

298 34 3
                                    

"Assalamualaikum"

Muncul seorang santri dari arah pintu. Saat ini gus afiq, mauli dan ning farah berada diruang tamu. Mauli sedang menyuapi makan suaminya karena tangan kanan gus afiq luka dan sedikit patah tulang.

"Waalaikumsalam nopo mas?" gus afiq menengokkan badannya kearah pintu.

"Ada tamu gus, laki laki sama santri putri cari ning istrinya njenengan"

"Wah sapa nih mbak" ning farah sengaja memancing amarah kakaknya.

"Kenapa gak disuruh masuk aja mas"

"Ngapunten gus, saya takut gus mboten kenal"

"Suruh masuk saja gak papa"

"Nggeh gus siap saya permisi dulu"

Tak selang berapa lama yani beserta rama datang.

"Assalamualaikum"

"Oh kalian, kirain siapa tadi silahkan masuk" mauli berdiri dan segera mempersilahkan mereka untuk duduk.

Rama menyalami tangan gus afiq dan duduk disofa sebelah yani.

"Ada apa ya?" gus afiq membuka pembicaraan.

"Gak ada apa apa gus, hanya mau silaturahmi dan meluruskan soal barang yang dibawa yani itu tidak spesial gus, saya hanya ingin memberi kado pertemanan untuk ning mauli tidak ada niat lain lagi"

"Tapi anda tau kan kalau mauli sudah bersuami"

"Tau gus, laras sebenarnya kamu inget aku gak sih?" rama menolehkan wajahnya kearah mauli.

"Hah?" mauli bingung, orang yang memanggil nya laras pasti orang terdekatnya tapi mauli lupa siapa sosok rama.

"Lupa kan ras? aku Ananda Zaidan Rama teman sebangku SD mu ras"

"Ya ampun idan ini kamu, gak nyangka perubahan mu banyak banget" Saking senangnya dengan keberadaan rama sosok teman kecil yang sangat disayanginya, mauli reflek beranjak dan memeluk tangan rama.

"Heh ning tanganmu aw ssstt---" gus afiq hendak melerai pelukan mauli tapi tertahan karena nyeri ditangannya.

"Aduh maaf refleks, lupa kalau aku udah punya suami, mana suaminya didepan mata lagi. gus gak papa kan?"

"Ngapunten gus, laras emang ceroboh, pelupa dah segalanya ada dalam dirinya"

"Kalian ini mau berselingkuh ya"

"Ngadi ngadi nih gus, punya suami satu rasanya udah mau gila, gimana kalau dua... emm boleh juga sih kan lumayan uang bulanannya double"

"Boleh juga pemikiranmu mbak" ning farah yani dan rama sontak tertawa mendengar yang diucapkan mauli.

"Heh astagfirullah ning, adik saya ikutan gila sepertimu" gus afiq mulai jengkel.

Perbincangan diruang tamu hanya terdengar suara mauli, rama, yani dan ning farah. Gus afiq banyak diam, ia hanya menimpali sesekali jika diajak berbicara. Tak lama rama pamit pulang, mauli segera berdiri dan mengantar rama hingga ke teras depan.

"Byee idan jumpa lagi, sering sering ke sini ya" mauli menengok dan melambaikan tangan hingga mobil rama hilang dari pandangannya.

"Enak ya, sampai lupa punya suami" gus afiq berdiri diambang pintu menatap mauli.

"Apa sih gus? Ngambek mulu" mauli menoel pipi gus afiq dan berlalu masuk kedalam.

"Ngapain nyuruh temanmu sering sering ke sini? Kurang puas ketemunya? Emang ini rumah siapa?"

"Rumah abah dan umi dong gus"

"Gak boleh membawa siapapun ke sini kecuali keluarga"

"mulai ngatur nih gus" Mauli hanya memandangi punggung suaminya yang menaiki tangga, mauli tau gus afiq pasti merajuk.

"Gus, kok ngambek sih" mauli menggoyang pelan lengan gus afiq.

"Gak"

"Dosa loh gus nyuekin istri"

"Kamu yang nyuekin saya"

"Ih kapan? not boleh bohong ya" sewot mauli.

"Tadi aja ngobrol ngalor ngidul gak inget ada suami didepannya"

"Oh itu ya maaf, kangen tau gus udah lama gak ketemu"

"Berani ya ning bilang kangen"

"Berani lah ehhhh gak gus gak gitu maksudnya"

"Sini biar saya kasih pelajaran"

Gus afiq menggelitik badan mauli hingga mereka tertawa terpingkal pingkal.

Mawaddah Diujung LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang