"Ayo ih bangun gus berat, jam 6 tuh kasihan umi gak ada yang bantu didapur"
"Bentar ning, biarin ada farah sama mbak ndalem" gus afiq tetap tertidur memeluk badan istrinya itu dengan erat.
"Jangan gitu, gus mau durhaka y sama umi"
"Gak durhaka ning, gak salah kan mau berduaan aja sama istrinya tanpa diganggu apapun"
"Ya gak salah sih cuma sadar waktu. gus harus ngajar dan aku harus bantu umi"
"Iya ya bentar dulu" gus afiq masih tak melepas pelukannya.
"Assalamualaikum mbaakkkk" ning farah membuka pintu kamar mauli dan langsung masuk.
"Astaghfirullah, ya Allah apa salahku, masih pagi udah disuguhin keuwuan bikin iri aja"
ning farah mengusap mukanya dan gus afiq mendongak menertawakan adiknya itu.
"Kapok, main masuk aja, iri kan?" kekehan gus afiq terdengar.
"Gak boleh gitu gus"
"Biarin, suruh siapa nyelonong gitu aja"
"Mas afiq ngapain sih, udah hampir jam 7 tapi belum turun juga, mbak uli kan mau bantu umi juga"
"Dih, mbak mu kan istrinya mas. Jadi terserah mas dong mau ngapain aja"
"Hih enakmu, eitss bagi dua. Ayo mba lari" ning farah menarik tangan mauli agar lepas dari gus afiq.
Akhirnya gus afiq mengalah dan membiarkan mauli pergi bersama adiknya. Ia lekas bangun dan memulai aktivitasnya.
"Assalamualaikum umi, mbak mbak, maaf ya telat" mauli menyapa semua.
"Gak papa nduk"
"Salahin mas afiq mi, mbak uli udah mau turun tapi ditahan terus, mau berdua an aja dikamar katanya, ya udah farah tarik tangan mbak uli biar bisa lepas" ning farah menggerutu pada umi.
"Ya gak papa toh mereka suami istri. kamu iri kan"
"Umi kan, aduh gatau deh, semua lebih sayang mas afiq"
Semua yang ada didapur tertawa mendengar dumelan panjang ning farah.
Mauli, ning farah, umi menuju masjid pesantren untuk melaksanakan sholat maghrib dan isya. Abah dan gus afiq sudah berangkat lebih dulu. Mauli suka pemandangan saat ini, banyak lalu lalang santriwati dengan setelan mukenah putih, sedangkan santri putra dengan jubah dan kopyah putih senada, mereka sedang menuju masjid, mauli terpaku melihat indahnya calon para penghuni surga Allah.
Sholat maghrib dan isya dilakukan dengan khidmat dan penuh harap agar syafaatNya selalu mengalir kepada seluruh alam semesta. Selesai melakukan sholat seluruh santri berlari ke asrama masing masing mengambil peralatan makan dan segera mengantri mendapat kata makan.
"Ayo mbak, umi sudah selesai" mauli menjeda bacaan Al-Qur'an nya saat ning farah menepuk pundak mauli.
"Iya duluan aja sama umi, mbak belum selesai"
"Oke deh, jangan lama lama ya mbak takut masjidnya mau dipake musyawarah santri"
"Iya cepet kasihan umi udah nunggu" mauli mengedarkan pandangannya dan hanya tersisa beberapa santriwati yang masih duduk ditempatnya ditemani Al-Qur'an mereka.
Entah berapa lama mauli berada didalam masjid hingga ia segera menutup musaf nya dan segera kembali ke ndalem. Tiba dipelataran masjid saat mencari sendalnya ia kaget melihat gus afiq tengah duduk ditangga undakan masjid.
"Ngapain gus?"
"Nunggu ning"
"Lama ya? maaf. kenapa gak bilang lewat santri kalau gus nunggu" mauli berjalan dan mulai menggandeng tangan gus afiq.
"Gak papa, saya tau ning didalam melakukan hal yang baik. Buat apa juga saya nyuruh buru buru"
"Benar juga sih"
Gus afiq tak menjawab, ia hanya mengusap kepala istrinya. ia tak peduli dangan tatapan iri bin pengen dari santrinya.
"Ih malu gus, tuh dilihatin"
"Haha"
"Dih ketawa, gus jajan yuk. Aku lagi kangen masa masa kulineran sampe malam sama teman aku"
"Iya ayo ganti baju dulu"
"Oke sip makasih sayang akuuu" mauli mengecup pipi gus afiq, dan segera berlari kearah kamar.
gus afiq membelokkan mobil ke arah parkiran tempat kuliner. Mauli mengajaknya naik motor, namun gus afiq menolak dengan alibi angin malam tidak baik untuk kesehatan.
"Boleh beli semua ya gus"
"Secukupnya, berlebihan tidak baik ning."
"Iya, tapi boleh ya beliin juga untuk orang rumah"
"Boleh"
Mauli membeli banyak makanan untukmu dan orang rumah, mereka memakannya dimobil karena gus afiq tak mau istrinya makan dengan posisi berdiri.
"Enak kan gus" mauli menyuapkan pentol bakar ketawa gus afiq.
"hmm"
"Sering sering ya gus ngajak aku kesini"
"Iya kapan pun kalau ning mau"
"Yess, yuk pulang"
Perut mauli kenyang dan memutuskan sebagian makanan miliknya dimakan dirumah.
Sampai dirumah mauli segera mengantar makanan milik ning farah, abi umi ke kamar masing masing karena hari sudah malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawaddah Diujung Langit
Krótkie Opowiadaniarandomnya seorang ning dan gus Malam itu menjadi malam yang panjang bagi penentuan kami. Aku percaya gus afiq adalah sosok pendamping terbaik yang dikirimkan Allah padaku. Tak apa aku tak bersanding dengan lelaki di masa laluku yang menurutku terbai...