01 • Terkunci

1.8K 180 4
                                    

Selepas kejadian kemarin, Haechan semakin tidak mood. Pasalnya Renjun sedang dekat dengan Jeno yang merupakan rival nya dulu semasa SMP. Haechan sendiri memata-matai mantan kekasihnya itu dari jauh.

Masa bodoh, dia masih mencintai mantan kekasihnya dan merutuki kesalahannya di masa lalu. Haechan tidak menyangka perpisahan ini sebenarnya, karna pemuda itu pikir Renjun masih mewajari sikapnya. Tapi semuanya diluar dugaannya.

Puk.

Haechan berjengit mendapati seseorang menepuk bahunya dari belakang. Haechan melotot pada orang di belakangnya. Haechan berbalik menghadap si pelaku.

"Lo lagi?!" Haechan membentak pemuda yang bertemu dengannya kemarin.

Mark.

Pemuda itu masih sama datarnya seperti yang terakhir ia temui. Ah sebenarnya pertama kali.

"Nguntitin terus mantan lo sampe jadian sama Jeno." Haechan seketika melotot tak terima mendengar penuturan Mark.

"Lo jahat banget anjing?!" Protes Haechan yang membuat Mark menyedot es kopinya dan melirik sekilas. Mark tak memperdulikan dan berjalan terus menuju kursi pojok di kantin. Itu tempat favoritnya.

Haechan yang ditinggal kini emosi dan sedikit berlari menyusul Mark yang sudah hampir sampai.

Mark duduk dengan santai dan menaruh cup berisi es kopinya di meja. Berbeda dengan Haechan yang emosi juga terengah-engah karna berlari. Haechan memang cepat lelah.

"Ngapain lo?" Tanya Mark yang justru tak diindahkan oleh Haechan. Haechan masih mengatur napasnya dan meminum es kopi Mark dengan lancang. Mark masih sama. Datar.

"Duduk disini doang, ga boleh?" Mark diam menatap pemuda acak-acakan di depannya.

Seragam dikeluarkan, noda pulpen yang berada di ujung seragam, rambut dipotong tidak sesuai aturan, rambutnya diwarnai merah di ujung, juga celana yang disengaja dibuat ketat alias dipensil.

Penampilan Haechan jauh dari kata seorang siswa teladan. Dirinya justru seperti balik dari tawuran.

"Boleh aja."

Mark bersedekap dada dan menatap sekelilingnya. Merasakan angin yang menerpa wajah tampannya. Merasakan bahwa siang ini cuaca sedikit mendung dan angin yang tenang. Kali ini mungkin cuaca berpihak kepada Mark.

Haechan menatap Mark sedari tadi. Anak ini aneh dan pendiam kelihatannya. Mark adalah pemuda tampan tapi sangat tertutup.

Jika Haechan lihat, Mark seperti orang campuran. Ada wajah bule yang tergambar di sana.

Haechan terpaku saat Mark tiba-tiba menatapnya. Dia ingin mengalihkan pandangannya tapi tidak bisa. Tatapannya terkunci dengan obsidian tenang pemuda bule itu.

"Gue seganteng itu?" Haechan yang mendengar itu lantas mengangguk pelan. Tapi dia menyadarinya dan menggeleng kuat.

"Ngawur lo!" Sarkas Haechan yang membuat Mark tersenyum tipis. Sangat tipis bahkan hampir tidak terlihat.

"Tadi liatin gue terus."

"Nggak! Emangnya gue gaboleh gitu liat lo?" Mark yang tidak tahan kini hanya terkekeh dan memegang pelipisnya.

Haechan kembali terpaku. Senyuman menawan, dan kekehan halus itu berhasil membuat Haechan terdiam menikmatinya.

Setampan inilah Mark Lee ketika tertawa?

"Tsundere." Haechan melempar tatapan tak terima pada Mark. Menyebalkan sekali orang ini huh?!

"Apasih lo!"

"Pms ya?" Haechan melotot.

"Mata lo?! Gue masih cowok dan gue dominan ya." Ucap Haechan sambil berlagak gagah. Tapi menurut Mark ini adalah pemandangan yang menggemaskan.

"Gak, lo itu pihak bawah."

"Atas."

"Bawah."

"Atas, Mark!" Bentaknya yang membuat Mark menyunggingkan senyum kecil.

"Mana ada pihak atas yang ngakui dirinya sendiri?"

"Gue mantan Renjun ya."

"Bawah."

Mark lalu meninggalkan tempat duduknya dan membuat Haechan merengut.

"MELKKK!!!"

Dominant [Markhyuck]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang