04 • Rasa

1.3K 151 3
                                    

"Duh anjing, mana mogok lagi sial!" Umpat pemuda tan dengan penampilan acak-acakan nya. Dia menggerutu karna motornya tiba-tiba saja tidak bisa berjalan. Mungkin kehabisan oli? Ia tidak tau.

Dirinya sudah menunggu bus dan memesan taksi online, tapi ia lupa uang sakunya sudah habis tak tersisa setelah membeli makan tadi. Kini dia hanya bisa diam dan duduk menunggu Hyunjin, meminta tumpangan.

Tapi Hyunjin bilang, dirinya ada jam ekskul sepulang sekolah. Haechan melupakan hal itu.

Baru saja dia menyalakan rokoknya, rokoknya justru dibuang oleh seseorang yang baru saja mengganggunya.

"Apaan sih lo?!" Teriak Haechan saat mendapati Mark dengan wajah datar seperti biasanya.

"Lo masih muda, gausah ngerokok kalau ga mau cepet mati. Lo mau mati sia-sia?" Haechan hanya diam lalu mengendikkan bahunya. Masa bodoh, dirinya sudah melekat dengan rokok.

Haechan mengambil putung rokok dari sakunya. Ini adalah putung terakhir yang ia punya karna ibunya belum memberikan uang lagi padanya.

Mark menatap Haechan jengah. Pemuda tan itu masih merokok dan menghembuskan asapnya ke udara.

Mark kemudian merebut rokok itu dan menginjaknya. Tak lupa menggesekkan sepatunya agar rokok itu hancur.

Haechan mendelik menatap rokok terakhir kini menjadi serpihan karna Mark sialan ini. Haechan mendorong Mark dan hendak melayangkan tinjunya. Tapi tangan Haechan ditahan oleh Mark dan pemuda bule itu menatap mata Haechan dalam.

"Seberapa enaknya sih tuh rokok?" Tanya Mark yang membuat Haechan mundur dan memutarkan bola matanya malas.

"Lo gak bakal ngerti betapa enaknya ngerokok, Mark." Mark terdiam.

"Rasanya ya bikin lega aja, tapi bikin nagih." Lanjut Haechan yang membuat Mark tersenyum miring.

"Oh ya?" Haechan mengangguk dan membuat Mark mendekatinya.

"Nagih ya?" Haechan yang terpojok ke tembok hanya bisa menatap Mark yang kini semakin dekat.

Mark menarik lembut dagu Haechan lalu menempelkan bibirnya pada bibir pemuda tan. Si bule memejamkan matanya sedangkan si tan membelalakkan matanya terkejut.

Mark menyesap pelan bibir Haechan hingga Haechan merasa terbuai dengan permainan Mark. Haechan ikut memejamkan matanya dan mengalungkan lengannya ke leher pemuda bule.

Mengikuti alur Mark dan mempererat pelukannya, Mark kemudian melepaskan tautannya. Haechan kini malu dan menunduk. Tak berani menatap Mark karna pemuda itu membuat rona merah muda di pipinya. Sialan!

"Cherry sama tembakau, lumayanlah." Haechan mendongak menatap Mark dengan alis satu terangkat.

"Maksud lo?!"

"Bibir lo, cherry rada manis gitu." Haechan mendengus.

"Mana ada dominan bibirnya rasa cherry dasar aneh." Mark terkekeh.

"Ada."

"Mana?"

"Punya lo."

"Lagian sih lo bangsat, kenapa pake nyium gue segala sih?!" Haechan tersulut. Dirinya seakan tidak ingat betapa terbuai nya Haechan ketika berciuman dengan pemuda bule di depannya.

"Gue rasain rokok pake cara alami aja." Mark mengantongi tangannya. Bersikap santai, berbeda dengan Haechan yang menahan kesal.

"Alami alami pala lo, bilang aja nyari kesempatan dalam kesempitan." Haechan menatap sinis Mark. Sedangkan si bule terkekeh mendengar kata-kata Haechan.

"Kalau iya, apa masalahnya?" Mark mengendikkan bahunya lalu berjalan ke arah motornya.

Haechan menghentakkan kakinya kesal lalu menghampiri Mark yang sudah memakai helm.

"Anterin gue." Mark menoleh ke samping kanan. Sudah terlihat pemuda menggemaskan dengan raut kesalnya.

"Emang kenapa motor lo?"

"Mogok, dan lo harus nganterin gue sebagai permintaan maaf karna nyium gue sembarangan." Mark tertawa lalu menatap Haechan lagi.

"Naik." Wajah Haechan yang tadinya kusut kini sumringah saat mendapatkan tumpangan gratis.

"Bayar tapi." Haechan yang sudah mengangkang kini kembali ke posisi semula dan menatap Mark. Haechan mengecek kantongnya berharap ada uang tersisa. Namun nihil, kantongnya hanya berisi sampah permen minggu lalu.

"Ga ada duit."

"Kata siapa pake duit?"

"Terus?"

"Cium." Dan berakhir satu pukulan keras diterima Mark di punggungnya.

Dominant [Markhyuck]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang