02 • Bertemu lagi

1.5K 176 4
                                    

Haechan masih kesal dengan Mark. Sedari tadi dia mencari Mark kemanapun tapi dia tak menemukannya. Mark bagai ditelan bumi setelah meninggalkannya di kantin tadi.

Perkataan pemuda bule itu masih terngiang di pikirannya.

Mana mungkin dirinya adalah pihak bawah?!

Jika ia pihak bawah, Renjun tidak akan mau menerimanya.

Bule aneh.

Mood nya berubah ketika dia lapar. Rasa kesalnya menguap begitu saja saat perutnya berbunyi.

Tanpa meminta ijin, dirinya merampas jaket di balik pintu kamar bernuansa gelap itu dan menaiki motornya.

Rencananya dia akan membeli ramen kesukaannya di toko terdekat. Dia lebih menyukai hidangan yang disantap langsung di supermarket tanpa harus membawa pulang.

Haechan melajukan motornya. Menganggap jalan raya sebagai tempat balapan. Sudah lama ia meninggalkan arena balap karna orang tuanya akan menyita semua fasilitas yang mereka beri pada Haechan. Haechan tentu tak mau, alhasil dia benar-benar meninggalkan arena itu.

Mengendarai motor tanpa helm di tengah malam dan menarik gas agar lebih cepat. Sungguh ini lebih menyenangkan dibanding apapun.

Hingga dia sampai di sebuah supermarket di depan counter handphone. Langkahnya ia bawa ke dalam tempat tersebut dan memesan makanannya.

Sembari dirinya menunggu, dia memainkan handphonenya.

Saatnya Haechan menjadi stalker Renjun. Dia akan menjadi penguntit saat ini karna dia belum menerima keputusan itu. Baginya keputusan Renjun adalah sepihak dan dia tidak membicarakannya dahulu.

Kriett

Kursi depannya ditarik oleh seseorang dan membuat Haechan mendongak.

Pemuda bermasker hitam, rambut hitam, earphone di telinganya, celana jeans sobek, kaus abu-abu itu menarik perhatian Haechan.

Ah tidak, dia seperti tidak terlalu asing baginya.

Pemuda di depannya menatap Haechan. Terlihat Haechan menatapnya bingung. Orang itu tersenyum dalam maskernya. Menggemaskan.

Pemuda itu membuka masker dan melepas earphone nya. Menatap balik mata Haechan yang bulat dan jernih.

Haechan lantas mengubah raut wajahnya.

"Ga asing." Ucapnya lalu mengalihkan pandangannya.

"Tadi wajah lo lucu banget." Haechan melotot. Lucu dia bilang?

"Apa? Gue padahal maco gini."

"Imut."

"ANJING?"

"Gemes."

"Berhenti bisa gak?"

"Gak."

"MARK LEE!!"

Mark akhirnya tertawa terbahak-bahak. Lucu sekali Haechan ketika marah batinnya. Menggemaskan dan menarik perhatiannya. Jujur.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Haechan sambil bersedekap dada dan menaikkan sebelah alisnya. Mark hanya tersenyum.

"Semua meja penuh, ini doang yang kosong kebetulan ada lo juga." Haechan mendengus lelah lalu menatap pemuda bule di depannya.

Mark tersenyum lagi. Senyum senang karna menjahili Haechan. Sebenarnya banyak meja kosong, tapi dia ingin bersama Haechan. Haechan lalu kembali membuka handphonenya.

"Renjun jalan sama Jeno." Pemuda berambut hitam itu membuat Haechan mendelik dan menatapnya.

WHAT?!

"Apa? APA LO BILANG?!" Haechan berdiri dari duduknya menatap Mark.

Mereka yang menjadi pusat perhatian seluruh penghuni supermarket, lantas Mark mendudukkan Haechan dan berpindah ke sebelahnya.

"Ga usah keras-keras dong." Haechan menghembuskan nafas panjang.

"Kelepasan anjing, tapi itu serius?" Mark menyenderkan punggungnya ke kursi dan menatap Haechan. Dia mengangguk dan Haechan langsung berubah lesu.

"Makin susah apalagi Jeno rival gue pas SMP." Haechan menjadi tak bersemangat dan tidak ada nafsu makan. Padahal makanan sudah ada di depan matanya.

Mark yang melihat Haechan kini merasa bersalah. Padahal Haechan tadi bersemangat sekali dan sekarang dia menjadi lesu tidak bersemangat.

Mark menepuk dan mengusap bahu Haechan. Haechan yang merasakan tepukan itu lantas menoleh.

"Lo jangan gitu dong, kalo dia bisa seneng sama orang lain lo juga harus seneng tanpa dia. Caranya lo berhenti stalk dan jaga pandangan lo kalo ada dia, udahan galau nya." Haechan masih lesu dan hanya menghembuskan nafas panjang.

"Ga segampang itu."

"Iya emang ga gampang tapi ga ada salahnya nyoba kan?" Haechan berpikir. Benar juga apa yang dikatakan bule ini.

"Iya." Mark tersenyum.

"Makan dulu, gue suapin." Haechan langsung duduk tegap dan siap menerimanya.

"Loh, ga ngebantah tumben?" Haechan merengut. Membuat Mark terkekeh.

"Gue males, lo jadi asisten gue karena lo ngasih kabar buruk Renjun sama Jeno. Suapin gue." Mark tertawa. Menggemaskan.

"Modus kan lo sama gue."

"Yaudah kalo gitu gausah." Haechan kembali menyenderkan punggungnya.

"Bercanda aelah." Setelah itu mereka saling menyuapi.

Dominant [Markhyuck]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang