03 • Pelukan

1.5K 170 7
                                    

Haechan berangkat sekolah seperti biasanya. Setelan urakan yang dianggap ciri khas baginya. Ciri khas yang paling mencolok karna ada sedikit noda pilok bewarna pink di sebelah noda pulpen.

Tidak peduli tatapan mata bermacam-macam oleh pengendara lain, Haechan tetap santai dan merasa tampan apalagi jaket hitam preman nya itu melekat di tubuhnya.

Baru saja dirinya menginjakkan kaki ke dalam area sekolah setelah memarkirkan motornya, dirinya sudah disuguhi pemandangan menyesakkan yang membuat mood nya berubah secara drastis.

Jeno dan Renjun.

Menyebalkan.

Haechan lantas berjalan dengan marah ke kelasnya. Tapi bukannya ke kelas, tangannya justru ditarik menuju ruangan kosong di sebelah ruang musik.

"BANGSAT!" Teriaknya tapi orang-orang tidak melihat kehadirannya. Karna Haechan lebih dulu ditarik ke ruang musik itu.

Yang menarik tangan Haechan hanya menatap datar ke preman itu. Haechan kini semakin kesal dan si pelaku penarikan bisa merasakan aura negatifnya.

Haechan akan memukul apa saja jika sudah emosi.

"Mau apa lagi lo?!" Haechan yang hendak melayangkan tinjunya lantas terhenti karna melihat Mark.

Tapi Mark justru diam membuat Haechan bingung.

Dekapan hangat tiba-tiba dirasakan Haechan. Dekapan yang membuat nya kaget dan merasakan sensasi aneh. Mark mendekap Haechan. Sedikit erat.

"Gue tau lo butuh ini." Haechan diam. Membuat Mark lantas mengusap punggungnya pelan. Haechan masih diam merasakan semua yang diberikan Mark.

"Ini?"

"Peluk." Sela Mark cepat yang membuat Haechan tersenyum tipis. Sangat tipis.

Haechan kemudian memeluk erat leher Mark dengan erat. Tapi bukan hanya itu, Mark sedikit merasakan basah di bahunya.

Haechan menangis?

"Lo-

"Biarin gini dulu." Mark yang hendak melepaskan pelukannya kini ditahan Haechan dan membiarkannya.

Haechan menangis. Mark baru tau jika model seperti Haechan bisa menangis. Tapi Mark tau Haechan memang butuh pelukan untuk melampiaskan semuanya. Mark juga tau Haechan menjadi berandalan seperti ini karna suatu alasan yang sulit diterima.

"Kenapa? Kenapa gue selalu dapet getahnya?" Mark melepaskan pelukannya dan menatap Haechan. Sedangkan Haechan menunduk dan duduk di meja belakangnya.

"Gue lebih sayang nyokap kandung gue." Mark terdiam. Jadi Haechan..?

"Nyokap lo dimana?" Mark mengusap bahu sempit Haechan tapi tak membuat Haechan mendongak.

"Mati." Mark terkejut.

"Udah deh, ga usah dipikirin lupain yang gue bilang tadi." Mark tersenyum tipis menanggapinya. Ia tau Haechan adalah orang yang tertutup dan tidak pernah terbuka pada siapapun.

Tapi Mark kini melihat sisi Haechan yang rapuh dan butuh penopang untuk kembali berdiri. Mark bersedia untuk itu.

Pemuda bule itu lantas mengangguk dan mengusap bahu si pemuda tan.

"Udah tenang ya? Sekarang lo istirahat dulu." Ucap Mark yang membuat Haechan mendongak dengan wajah sembabnya.

Mark terkekeh lalu mengelap semua air mata di wajah Haechan. Haechan bingung. Mark tidak merasa jijik?

Mark kemudian menangkup pipi Haechan.

"Lo hebat, lo bisa bertahan sejauh sampai usia ini udah bagus. Lo lebih kuat dari yang lo pikir, Chan. Gue tau lo gini karna sesuatu. Gue seneng lo terbuka sama gue, kalo lo ada masalah cerita aja ke gue. Gue seneng bisa dengerin lo."

Bukan jawaban yang diterima Mark, justru Haechan memeluk perutnya hingga wajahnya menabrak dadanya.

Mark yang melihat itu lantas terkekeh dan mengusap surai Haechan lembut. Dia semakin tertarik pada pemuda ini jika dipikir.

"Makasih, ya walaupun ini ga wajar karna gue baru kenal sama lo tapi semua yang lo lakuin udah bikin gue lega hehe." Mark mengangguk lalu tersenyum.

"Sama-sama, Chan."

Tapi Haechan melepaskan pelukannya tiba-tiba membuat Mark bingung.

Tapi Mark justru tersenyum.

Cup

Haechan mematung. Pipinya seketika memanas karna Mark mencium sebelah matanya.

"Wajah lo sembab gitu kalo abis nangis, lucu juga." Mark terkekeh tapi tak berlangsung lama.

"OUT LO DARI SINI!" Iya tak berlangsung lama karna melihat wajah menggelikan Haechan.

Dominant [Markhyuck]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang