05 • Hujan

1.4K 157 2
                                    

"PELAN-PELAN SI TAI!" Teriak Haechan ketika Mark memboncengkannya di jalan sepi dan menaikkan kecepatannya.

Sesampainya di rumah Haechan turun lalu memukul kepala Mark. Tidak sopan memang, tapi dirinya jengkel karna pemuda bule ini menaikkan kecepatannya saat dia berteriak.

Mark hanya tertawa melihat Haechan yang mengatainya habis-habisan. Wajah Haechan terlalu lucu.

"Bangsat lo!" Ujarnya lalu menendang ban motor Mark. Mark kembali tertawa saat Haechan menatapnya nyalang.

Hujan tiba-tiba mengguyur daerah rumah Haechan membuat Mark menerobos masuk meninggalkan motornya yang sudah kebasahan.

"Eh eh?" Haechan menatap Mark dengan sebelah alis terangkat.

"Hehe, gue nunggu reda ya? Ga bawa jas hujan gue." Haechan menatap Mark datar. Lebih datar dari yang pernah Mark lemparkan kemarin.

Tapi setelah itu Haechan mendekati Mark yang sudah sedikit basah. Mark hanya menatap Haechan yang melihat pipi serta bibirnya.

Cup

"Hehe." Ucap si yang lebih pendek. Mark terkejut tapi masih dengan raut datarnya. Dia lebih menahan diri untuk tidak menyerang 'dominan' di depan matanya.

"Eum, anu- tadi kan- l-lo m-minta cium kalo lo a-anterin gue, hehe." Haechan tersenyum canggung.

Di detik selanjutnya Mark menyerang Haechan dengan memeluknya erat. MENGGEMASKAN SEKALI?!

"Astaga bocah gemes banget sih, muahh." Haechan terdiam.

Mendengarkan celotehan tidak jelas dan ciuman yang melayang di pipinya membuat Haechan mampu mengeluarkan rona merah di wajahnya.

Haechan hanya diam mengulum bibir saat Mark dengan lancang mengecup bibirnya. Haechan tidak mengerti kenapa dia bisa bersikap seperti bukan dirinya.

Haechan merasa berkali-kali lipat lebih menggemaskan dari biasanya. Jika biasanya dia manly dan maco, kini dirinya lemah dan merasa ini bukanlah Lee Haechan.

Salahkan pemuda bule di depannya kenapa membawa efek samping seperti salah tingkah?!

"Hehe." Mark meloloskan cengirannya yang dibalas tatapan datar Haechan. Mark lalu tersenyum dan membelai lembut pipi Haechan.

"Gue ga salah." Gumamnya yang tentu Haechan bisa mendengarnya. Haechan yang bingung dengan perkataan Mark saat ini hanya balik menatapnya.

"Gue udah bener." Gumamnya lagi lalu maju untuk mengecup bibir love tersebut.

"Ga salah kan gue suka?" Belaian tangan itu kini beralih pada bibir Haechan. Haechan kini diam dan salah tingkah sendiri dibuatnya.

Mark kemudian mengikis jarak antara mereka dan menatap manik Haechan. Hembusan nafas mereka sangat terasa menerpa kulit wajah sang lawan. Haechan diam begitupula dengan si bule.

Apa maksud dari kata yang Mark lontarkan?

Tanpa menunggu lama, Mark mempertemukan bibirnya dengan Haechan. Haechan diam dan tidak membalas apa yang Mark lakukan. Dia masih memikirkan kata yang terucap dari pemuda beralis camar itu.

Tapi otaknya seakan berhenti saat Mark menggigit halus permukaan bibirnya. Haechan secara otomatis membuka mulutnya untuk mengijinkan sang lawan mengobrak-abrik isi mulutnya dengan tak beraturan.

Dengan gerakan acak Mark menggerakkan lidahnya dan menyesap bibir yang masih tertempel rasa tembakau cappucino milik Haechan.

Mark akui bibir Haechan memang berasa cappucino dan cherry. Manis dan sedikit pahit, berkolaborasi dan memberikan rasa baru yang baru pertama kali Mark coba.

Rasa aneh yang memabukkan.

Tautan mereka terlepas karna Haechan yang kehabisan nafas. Nafas mereka saling beradu. Masih dengan jarak dekat dan mereka meraup oksigen sebanyak mungkin untuk melonggarkan paru-parunya kembali.

Berciuman ternyata sangat menyesakkan.

"Hehe, kele-

Ucapan Mark terpotong kala Haechan menubruk tubuhnya dan memberikan kecupan bertubi-tubi pada wajahnya sambil memeluk lehernya.

Dominant [Markhyuck]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang