02/Revisi

10.2K 160 25
                                    

Vote dulu ya sebelum membaca. Dan follow akun aku DEWIDUWI6

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.

Hari libur adalah hari yang selalu hera tunggu, karena hanya di hari libur ..... ia bisa menghabiskan waktunya untuk bermanja manja dengan ayah serta ibunya. Seperti sekarang..... hera tengah bersandar nyaman di pundak ayahnya sambil memeluk lengan besar itu.

"Hahhaha ayah liat tuh ibu!... Mukanya kesel banget liat hera nempel sama ayah"

Hera tertawa geli melihat wajah deana yang pura pura di tekuk dengan kedua lengan di lipat di atas dada. Dia menggelengkan kepalanya...... Hera suka dengan keluarganya yang harmonis seperti ini.

"Nduk..... emang gitu si ibu,ayah ngomong sama mba Lis aja ibu cemburu apalagi kamu yang nempel sama ayah kaya gini?" Goda galen.

Hera kembali tergelak hingga air matanya keluar. Dapat dia lihat jika ibunya menjadi sebal beneran.

"Awas ya ayah.....liat aja nanti malam ibu suruh tidur di luar"

Galen meneguk ludahnya kasar. Pelipisnya mulai berkeringat.....habis sudah, dia sudah pasrah jika harus tidur di lantai.

Hera mengulum bibirnya, lihatlah betapa lucunya kelakuan mereka?. Ayah yang mati Kuti sedangkan ibunya menyorot ayah dengan mata melotot.

"Gak ibu.....jangan kasihan ayah kalo harus tidur di luar"Hera melepaskan tangannya dari lengan galen. Memasang wajah memelas .

"udah dong maafin ya"

"Hmm"

Hera tersenyum
"Gitu dong akur kan enak "

TOK!

TOK!

TOK!!!!!!

Hera terlonjak kaget begitupun dengan kedua orangtuanya. Ayah dan ibunya saling pandang lalu bergerak cepat menuju pintu. Ada apa? Batinnya bertanya lalu hera segera menyusul keduanya.

"Yah....ada apa ini?!"

"Gak tau Bu kita liat aja"

Hera dapat melihat gurat gelisah di wajah ibunya. Ayahnya pun sama namun dia lebih dapat mengontrol ekspresi. Setelah pintu terbuka.... Ada empat pria yang menyambut mereka. Tiga pria berperawakan besar berpakaian serba hitam. Dan satu pria tua dengan perut buncit dan berkepala plontos yang memakai pakaian nyentrik. Hera mengernyit melihat kedatangan keempat pria asing itu.

"Ada apa ini?kenapa kalian datang kerumah kami dengan sangat tak sopan?!" Ujar deana dengan nada tinggi.

"Deana.... galen jangan bertingkah seakan tak mengenal saya. kamu dan suamimu sudah menunggak hutang selama tiga Minggu!" pria yang berdiri paling depan menyahut dengan lantang. Wajahnya yang tua, tak ada rambutnya dan juga perutnya yang buncit terlihat sangat menyeramkan.

Alis hera terangkat, menatap punggung kedua orang tuanya......apa selama ini ayah dan ibunya mempunyai hutang ?kenapa?dan kapan?selama ini ia kira walaupun kami kekurangan tapi tidak akan menghutang kepada rentenir.

Deana menatap suaminya dengan raut wajah panik dan mata berkaca-kaca. Dia melirik hera di belakangnya..... Ya Tuhan! Apa yang harus dia katakan pada putrinya?!.

"Begini pak Adi,saya janji akan melunasi hutang saya dalam waktu dekat ini. Tapi tolong pak ..... kasih saya waktu. Saya baru aja di pecat oleh majikan saya dan sekarang saya pengangguran pak.....saya mohon kasih waktu "

Hera begitu terkejut..... kenapa ayah dan ibunya menyembunyikan hal ini?. Hera menggelengkan kepalanya..... langkahnya tal sadar bergerak mundur. Sial! Apa lagi yang mereka sembunyikan?.

" Saya sudah sabar selama satu tahun ini ya! Kamu kira saya mau memberikan kelonggaran lagi?!"

"Pak....saya janji akan melunasinya. Begini..... Kasih saya waktu tiga bulan. Jika saya masih belum memberi uang nya pak adi boleh ambil rumah ini."

Deana terbelalak lebar, menatap tak percaya pada suaminya. " Yah! Kita mau tinggal di mana kalau jaminannya rumah ini?!"

" Ibu tenang aja itu urusan ayah."

Galen mengusap punggung istrinya, menenangkan. Dia kembali menatap adi. Galen menghembuskan nafasnya panjang..... Dia tak berani menoleh ke belakang, dia mana putrinya berdiri. Astaga! Galen merasa sangat bersalah.

" TIDAK! kamu kira saya sebodoh itu menerima penawaran kamu?!. Bahkan sekarang kamu pengangguran?! Ingat galen. Hutang kamu hampir 500 juta!" Adi menuding wajah galen dengan sinis. Sebelum atensinya teralihkan pada hera. Sudut bibirnya terangkat, seringai nakal kini menghiasi wajah tuanya.

" Saya akan anggap hutang kamu lunas . .. asalkan putri kamu jadi istri saya."

"APA! apa anda gila adi?! Jangan harap. Sampai kapanpun saya tak akan Sudi!"

Bahu galen naik turun begitu cepatnya. Tangannya mengepal erat. Sialan! Itu tak akan pernah terjadi!. Dia menatap tajam adi....sekuat tenaga galen menahan kepalan tangannya untuk tidak menonjok wajah pria itu.

" Hahhahah galen... galen.... Jangan belagu kamu. Saya juga enggak mau kalo anak kamu enggak cantik. Banyak gadis cantik lain di luar sana yang tentunya bohay dan juga perawan."

"BRENGSEK!"

"AYAH!"

"MAS!"

Galen memukul wajah adi hingga terpental ke tanah sangking kuatnya. Satu bodyguard membantu pria itu berdiri sedangkan tiga lainnya menahan tubuhnya.

Hera menghampiri galen. Memeluk pinggang ayahnya dari belakang. Dia menoleh ke sampingnya di mana deana juga tengah mengelusi lengan ayah. Air matanya meluruh. Apa yang harus hera lakukan? Tidak mungkin dia akan diam saja!

" Jaga omongan kamu ya adi. Saya tidak akan pernah membiarkan mulut kotor kamu menghina Putri saya!!" Bentak galen. Urat-urat lehernya menonjol..... Giginya bergemelatuk menahan amarahnya.

" SIALAN! DASAR ORANG MISKIN!"

Adi meludah. Dia menggeram lalu bergerak cepat menarik kerah baju galen. Mendorongnya hingga terlentang di tanah sebelum memukul wajah galen berkali-kali.

" Orang rendah kaya kamu! Berani beraninya memukul saya?! Saya bisa bikin kamu jadi gelandangan!"

Hera menjerit meminta rentenir yang bernama adi itu....untuk berhenti memukuli ayahnya. Hera terisak ayahnya yang bahkan tak mampu menangkis. Ibunya juga hanya bisa menangis. Mereka tak mampu bergerak karena di tahan tiga bodyguard.

" Stop! Tolong stop!"

Hera berteriak keras. Dia memukul ..... hera terus memberontak. Ya Tuhan!! Hatinya seperti di tusuk melihat keadaan ayahnya. Kenapa tak ada siapapun yang menolong ayahnya?!. Dia lupa para tetangganya memang jahat! tak pernah mau membantu keluarganya!.

"Mas!! Adi berhenti! Mas!"

Deana menangis histeris. Dia memberontak, memukul, bahkan mencakar lengan tiga bodyguard itu. Hera bersyukur setidaknya orang orang ini tidak membalas memukul.

Hera tak kuasa menahan semuanya. Ayahnya yang masih di pukuli sedangkan ibunya terus menangis tak berdaya. Hera mengepalkan tangannya kuat. Dia....dia tak bisa melihat orang tuanya di perlakukan seperti ini...... Mengusap air matanya kasar. Hera memantapkan diri sebelum berteriak dengan suara kencang.

" SAYA MAU!"

































Gimana sama part ini?mau lanjut nggak kalo iya jangan lupa vote dan komennya ya.😅🙏
See you

Tertanda deas

MY BAD MASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang