01] We Meet Again?

314 36 3
                                    

"Anda yakin tak ingin menghadiri pernikahannya, Nona? Selagi kita masih di Indonesia," tanya Yoshi pada atasannya itu.

"Haish, kenapa dari kemarin kau terus menyuruhku datang ke pernikahan orang? Aku bahkan tak mengenal orang-orang tersebut," kesal atasannya itu.

Yoshi menghela nafas, "tapi dia salah satu kolega penting—

"Mau dia kolega penting atau yang mempunyai saham paling besar di perusahaanku juga aku tidak peduli, sialan! Aku hanya ingin cepat pulang dan tidur!"

Yoshi benar-benar pasrah pada atasannya, pria itu sudah berkali-kali menyuruh atasannya untuk pergi ke pesta pernikahan kolega mereka, dan Yoshi janji ini adalah pesta pernikahan yang terakhir selama mereka masih di Indonesia.

Tapi tetap saja atasannya tak mau! Memangnya sesusah apa datang ke pesta pernikahan kolega? Hanya datang, memberi ucapan selamat dan hadiah, makan lalu pulang. Tak usah mengobrol juga tak apa.

"Saya berjanji jika ini adalah yang terakhir, Nona. Dan jika anda menurutinya, saya akan membelikan anda satu set makanan penuh dari pabrik KFC selama dua minggu." 

Atasannya seketika membuka matanya lebar. "Kau serius? Kau tidak mencoba untuk membohongiku, kan?"

Yoshi berdecak malas, "saya tidak berbohong, dan lebih baik anda cepat siap-siap, sebelum tawaran emas itu hilang dalam sekejap."

***

"Akhirnya nikah juga lo, Rev. Langgeng y, gue tunggu calon keponakannya." Ucap Jeffan antusias pada sahabatnya itu.

Hari ini adalah pernikahan Revan, tentunya hari ini adalah hari yang sangat spesial bukan? 

"Makasih loh, tinggal lo doang yang belum. Gue doain lo cepetan move on dari dia." Balas Revan yang hanya dibalas tawa hambar oleh Jeffan.

"Lo juga, Nda, kuat-kuatin punya suami bego kayak Revan ya. Kalo lo udah gak kuat, tampol aja tuh orang." Ucap Jeffan pada Amanda.

Wanita dewasa itu tertawa lepas mendengar penuturan sahabat suaminya. "Kalo itu mah udah pasti!"

.

"Wow, baru kali ini aku menghadiri pernikahan yang tidak memakai adat daerah atau semacamnya," ucap wanita itu.

"Setahu saya, awalnya pernikahan ini direncanakan hanya intimate saja, tapi saran dari orang tua kedua mempelai untuk tetap mengundang beberapa kolega dan teman yang lain." Balas Yoshi.

Wanita itu ber'oh'ria, sampai akhirnya mereka berada di aula utama, dia sempat kebingungan. Dimana mempelainya? Kenapa semua orang tampak terlihat sama semua?

"Kesini, Nona." Ucap Yoshi lalu berjalan menggiring atasannya itu untuk bertemu dengan mempelainya langsung.

Mereka berdua berjalan menghampiri ketiga orang yang tengah asik mengobrol dan tertawa. Wanita itu tampak mengenali salah satu diantaranya.

"Permisi, maaf mengganggu waktunya. Apa benar anda Tuan Revan Kitaro Nalaka?" Celetuk wanita itu sopan dengan bahasa Indonesia yang cukup fasih.

"Oh iya, dengan saya sendiri, anda?" 

"Saya Yoo Jimin dari Kavelle Corporation." Jawabnya.

Langsung saja wajah Revan dibuat terkejut mendengarnya. "Oh! Ternyata anda dari Kavelle Corporation, maaf saya sempat tidak mengenali anda!"

"Ah tidak apa-apa! Omong-omong selamat atas pernikahan anda dan istri anda, semoga diberikan kelanggengan untuk hubungan kalian berdua." Ucap Yoo Jimin.

"Terima kasih banyak Nona Yoo, saya juga berterimakasih karena anda bersedia meluangkan waktu di sela-sela kesibukan anda untuk hadir ke acara pernikahan saya."

Yoo Jimin tertawa hambar, "ya sejujurnya saya sendiri sedang tak terlalu banyak jadwal hari ini. Tapi sama-sama."

"Oh iya, mari saya perkenalkan istri saya." Revan menarik Amanda mendekat dengannya, "Amanda Jikanu Kimara."

Amanda tampak agak terkejut melihat Yoo Jimin, sampai dia sendiri tak sadar telah menggumamkan satu nama. "Karina?"

"Ha? M-maksudnya, maaf Karina itu siapa, ya?" Tanya Yoo Jimin kebingungan.

Yoshi sendiri terkejut ketika Amanda menggumamkan nama tersebut, jadi wanita itu mengenal Karina?

Amanda reflek menggelengkan kepalanya, "m-maaf. Saya salah orang, saya pikir anda teman lama saya. Omong-omong salam kenal, Nona."

"Oh iya, salam kenal juga."

Selanjutnya hanya lah obrolan kecil antara Revan dan Yoo Jimin. Yoshi tak tahu apa yang dibicarakan karena mereka mengobrol dengan bahasa Indonesia, jadi dia tak terlalu mengerti.

Namun matanya selalu memperhatikan ke arah pria di belakang Revan yang terus-menerus menatap atasannya itu. Kening Yoshi mengerut tak suka, "apa dia kenal dengan Nona Yoo?"

***

"Bagaimana bisa si mempelai wanita tadi mengenal Nona Karina?" Tanya Yoshi.

"Mereka teman, dulu." Jawab Yoo Jimin.

"Anda tahu, Nona? Pria di belakang Tuan Nalaka tadi terus-menerus menatap anda, aku ragu jika dia tak mengenal Anda." Ujar Yoshi.

"Tapi kenyataannya dia memang tak mengenalku, dia hanya mengenal Karina," balas atasannya.

Yoshi menghela nafas, "saya agak sedikit menyesal karena tidak menuruti perintah anda untuk mengambil kelas khusus bahasa Indonesia. Saya jadi kesusahan untuk mengerti pembicaraan apa yang dibicarakan anda tadi."

Yoo Jimin tersenyum miring. "Sudah kubilang penyesalan selalu datang paling akhir, Yoshi-kun."

"Oh iya, tolong kosongkan jadwalku selama sebulan ini, aku ingin menetap di Indonesia sebentar." Lanjut wanita itu.

"Tumben sekali, bukannya Anda bilang ingin buru-buru kembali ke Korea untuk menghadiri acara pernikahan sepupu anda?"

"Tadinya begitu, tapi setelah aku bertemu dengannya, aku berubah pikiran. Ada beberapa urusan yang harus aku selesaikan dengan si mempelai wanita itu."

'Till The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang