Sticker Chapter 14 (Final)

1.5K 186 18
                                    

Memenuhi janji pada ibu Nakala, maka disinilah Renan sekarang. Di depan kamar ruang inap Nakala. Sudah lebih dari lima menit ia berdiri di sana, belum ada niatan untuk membuka pintu. Hingga suara seseorang menyapanya.

"Loh? Kamu Renan kan ya? Kok gak masuk?"

"Eh om, I . . Iya ini mau masuk kok" Ujarnya tersenyum canggung.

"Ya udah ayo masuk, lagian tuh anak dari kemarin rewel banget nanyain kamu terus" Ujar pria paruh baya tersebut, yang ternyata papa-nya Nakala. Ia membuka pintu ruang rawat anaknya dengan lebar mempersilahkan Renan untuk masuk yang semakin membuat Renan menjadi gugup.

"Makan dulu kala!" Bentak sang mama. Hal tersebut tentu saja mengalihkan kegugupan Renan.

"Gak gak gak" Tolak Nakala.

Renan meringis melihat hal tersebut, kenapa jika Nakala sakit tingkat menyebalkannya semakin menjadi-jadi.

"Haduh, maaf ya nak Renan. Ini udah biasa beberapa hari ini. Malu-maluin padahal udah gede juga" Ujar papa Nakala. Beliau menarik nafas dalam kemudian berujar cukup keras "Heh anak nakal! Liat siapa yang datang!"

Nakala yang sedang merajuk mengalihkan pandangan pada pintu masuk. Netranya langsung penuh binar, senyumnya mengembang sempurna. Namun beberapa detik kemudian senyum tersebut tergantikan dengan bibir yang mengerucut dan ia membuang tatapannya. Ceritanya merajuk.

"Dih" Mama Nakala yang melihat kelakuan putranya seketika mengejek.

"Tuh yang kamu cari udah datang, Renan sini nak" Renan pun berjalan mendekat, Nakala sempat curi-curi tatap. Halah masih saja berpura-pura.

"Tolong bujuk nih anak bandel makan ya? Mama mau keluar dulu. Cari udara seger, kalo disini terus yang ada nanti nih anak keluar mama yang masuk" Ujar mama Nakala yang sudah beranjak dari duduknya.

"Hus omongannya dijaga coba" Ujar papa Nakala.

"Abisnya bikin tensi darah naik terus! Udah yuk pah temenin mama keluar bentar" Ajak sang istri.

"Ya udah bentar, nak Renan om tinggal dulu ya?"

"Iya om"

Suasana menjadi hening setelah kepergian kedua orang tua Nakala. Sedangkan Nakala masih mengalihkan pandangan, belum mau menatapnya.

Renan menghela nafas "Kenapa gak mau makan?" Akhirnya ia membuka percakapan.

Nakala berbalik menatap tajam Renan "Kenapa kamu ngehindarin aku?"

"Ng. . Nggak, siapa yang ngehindar" Gugup Renan.

"Gak usah bohong, kata mama sama Haikal sebelum aku sadar kamu terus nungguin aku. Kenapa pas giliran aku sadar kamu gak datang-datang?"

Diberi pertanyaan seperti itu Renan harus jawab apa? Maka ia menundukkan wajah menahan air mata agar tidak keluar.

"Maaf" Ujarnya sedikit bergetar.

"Eh? Aduh! Kok kamu nangis? Sini sini, aku minta maaf kalo bikin kamu nangis gini" Nakala meraih lengan Renan menariknya agar lebih dekat dengannya.

Renan menggeleng ribut, "Bukan gitu, kamu gini gara-gara urusan aku. Aku cuman takut kejadian kak Esa keulang lagi. Gak mau di tinggal lagi" Cicitnya.

Mendengar hal tersebut malah membuat senyum Nakala mengembang. "Bukan salah kamu, aku yang mau bantu. Kalo ini sih aku lagi dapet sialnya aja" Ujar Nakala.

"Naka maaf"

"Hey, jangan minta maaf terus dong"

"Tapi gara-gara aku kamu jadi kaya gini"

Story Of J.RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang