80 Disalahkan

70 11 1
                                    

Malam tiba, (Namakamu) sibuk berguling di kasurnya dengan  earphone menyumbat telinganya mengabaikan ketukan demi ketukan pada pintu kamarnya.

Itu bukan papanya melainkan Rio dan Naya, ya band mereka tengah berkumpul di rumah (Namakamu) lagi.

Mengetahui (Namakamu) dirumah, Naya membiarkan Rio membujuknya to biar bagaimana pun jika Rio dengan (Namakamu) makan otomatis Iqbaal pergi padanya. Meski ada rasa tak suka.

Ridwan sebenarnya tak setuju tapi tetap diam bersama dengan yang lainnya, karena bagaimana pun mereka teman.

Saat itu hanya mereka di rumah, papa (Namakamu) tengah pergi dengan Tiara istrinya pada sebuah acara bisnis.

Mereka tangah bersiap makan bersama di bawah, dengan sengaja Rio memesan apapun makanan kesukaan (Namakamu) dulu yang berusaha dia ingat tapi putus asa tak bisa mengingat yang penting.

Sebab dia tidak tak pernah protes atau meminta hal hal berlebihan, hanya merima dan mengikuti apapun yang Rio mau.

Ridwan, Doni dan Fadli menyarankan beberapa yang biasa di pesan termasuk smoothies.

Pada pukul delapan makanan sudah lengkap di atas meja, Naya menahan Rio yang akan ke lantai dua lagi dan mendahuluinya mengajak (Namakamu) kebawa yang tentu saja tidak berhasil.

Rio pun naik dan mengetuk pintu dua kali yang ajaibnya terbuka menampilkan raut kusut (Namakamu).

Dia mengenakan pakaian rumahan jeans selutut dengan baju kaos hitam over size, rambutnya sedikit berantakan lantaran habis berbaring, ditangannya tergenggam ponsel dengan berwarna biru navy.

Melihat wajah pertama di depan pintunya meruntuhkan mood (Namakamu) seketika, bahkan sebelum Rio membuka mulut dia sudah melalang melaluinya menuju tangga.

Rio merasa sedikit senang karena merasa berhasil mengajak (Namakamu), mengikuti dibelakang memperhatikan ekspresi temannya yang heran.

Belum tiba di ujung tangga bel rumah berbunyi, (Namakamu) berlari kecil membuka pintu.

Naya, Rio dan yang lainnya mengikuti penasaran.

Ketika pintu terbuka, Iqbaal berdiri dengan Katungan kresek hitam di tangannya, dan senyum lebar di bibirnya.

"Sesuai aplikasi ya mbak" candanya ketika melihat (Namakamu).

Sudut bibir (Namakamu) berkedut tak mamapu menahan senyumannya. Tidak menyangka Iqbaal masih mengingat janjinya tadi siang.

"Masuk" ucapnya meraih tangan Iqbaal yang tidak memegang apapun.

"Eh Iqbaal" Naya menyelipkan helaian rambut di belakang telinganya melihat kedatang Iqbaal.

Tidak ada jawaban, (Namakamu) menunduk Iqbaal langsung kelantai dua menuju kamarnya masa bodo dengan orang orang di belakang.

"(Namakamu) jangan bawa sembarang orang kedalam rumah!!" Jerit Naya mengikuti hingga kelantai dua.

Berhenti dia ambang pintu kamar, (Namakamu) melirik Naya lalu berdecih.

Tanpa tambahan apapun dia menyeret Iqbaal masuk dan menutup pintu Dengan suara sedikit keras.

"Belom buka sepatu" ucap Iqbaal menunjuk kebawah yang memang sepatunya masih terpasang menginjak karpet kamar.

(Namakamu) melihat langsung tertawa.

"Buka ajah, Taruh disana." Ujarnya menunjuk rak disudut kamar samping pintunya.

Lalu merebut sate yang sudah sejak tadi berada di tangan Iqbaal berakhir padanya membawa ke balkon kamar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

mi elección (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang