68 Aku mau kamu..

69 14 7
                                    

Warning 17+

Di Apartemen Iqbaal, tidak tau keributan diluar gara-gara kabur dari rumah sakit (Namakamu) menangis diam-diam didepan sofa tempat Iqbaal tertidur.

Ia duduk di sampingnya, memperhatikan kerutan di dahi cowok itu.

Pertanyaan pertanyaan muncul dipikiran (Namakamu).

Hatinya ikut sakit melihat keadaan Iqbaal. Wajah sangat pucat, nafas tak teratur, tangannya terkepal.

Jujur ia menyesal, kenapa baru datang saat itu.

Harusnya ia mengejar iqbaal saat dia pergi, harusnya dia mengerti perasaan Iqbaal bukannya malah egois. Ia hanya marah sesaat karna kecewa, harusnya ia membiarkan iqbaal membujuknya agar semua tak seperti ini.

"Gue tau lo gak pernah bandingin gue, maaf" ucapnya pada orang yang tidur.

"(Namakamu)" gumam Iqbaal dalam tidurnya.

Mendengar namanya, ia tertawa "bahkan dalam mimpi lo masih manggil gue" kekehnya.

Tangan (Namakamu) terulur mengusap dahi Iqbaal agar kerutannya hilang namun terkejut karna Iqbaal terlihat sangat ketakutan.

"Bukan kah dokter bilang ia akan baik baik saja selama tidur? Kenapa seperti ini!" Panik (Namakamu) mengigit bibirnya.

Ia tak tau harus berbuat apa, berpikir jika efeknya separah itu bahka tidur tak menenangkannya lagi.

Mata (Namakamu) kembali terasa memanas. Tak memperduli apapun ia merangkak naik ke atas iqbaal, kemudian memeluknya bersandar mendengarkan degup jantung yang cepat didada cowok itu dengan putus asa berbisik pada cowok itu agar tenang.

(Namakamu) meluapkan segala rasa sesalnya, keluhannya dan permintaan maafnya yang tak ingin kehilangan iqbaal. Ia berharap iqbaal bangun, dia takut membangunkannya juga.

Ia takut iqbaal akan melukai dirinya. (Namakamu) ingat ucapan dokter adrian jika mimpi buruk iqbaal bukan saat tidur tapi saat dia membuka matanya.

Tiba tiba tangan iqbaal bergerak membalas pelukannya menenangkan tangis (Namakamu), menopang dirinya menatap iqbaal bepikir jika dia bangun.

Ia bernafas legah melihat iqbaal masih tidur, kerutan di dahinya sudah tak ada, ia terlihat damai dalam tidurnya.

(Namakamu) ingin bangkit tetapi pelukan itu semakin mengerat membuatnya kembali berbaring di dada cowok itu lagi, kini detak jantungnya tenang tak seperti tadi.

Tiba-tiba Iqbaal tersentak bangun dengan nafas tak beraturan.

Pelukannya mengerat merasakan (Namakamu) benar disana ia terkejut.

"Kamu..."

"Kamu?" (Namakamu) membeo melihat iqbaal heran.

"masih mimpi?" Gumam iqbaal melihat posisi mereka.

Tatapannya berkeliaran sepenjuru ruangan dan itu tak lepas dari pengamatan (Namakamu).

Iqbaal kemudian menatap (Namakamu) lagi, tangannya melepas pelukan beralih mengelusnya sisa airmata.

"Maaf, jangan marah lagi. Gue gak bohong, cuman takut, jangan pergi ya.." ucap iqbaal menatap kosong, ia pikir masih dalam mimpinya. Nadanya lemah penuh permohonan.

(Namakamu) meraih dan mengaitakan tangan yang saling bertaut itu di depannya.

Terhipnotis oleh genggaman mereka. "lo jauh jauh, jauhh terbaik dari naya. Jangan tinggalin gue. Please, gue bukan pembohong, jangan benci gue. Gue cinta sama lo" mohon Iqbaal.

mi elección (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang