"Pertemuan terjadi karena adanya perpisahan."
___
"Mohon perhatian. Pesawat udara Garda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 123 dari Bali telah mendarat. Terima kasih."
Lembut. Menenangkan, seharusnya. Namun, suara itu tak lebih seperti pengumuman menuju kematian. Tidak, bukan untuk mereka, hanya Mauve. Ya, Mauve Pinka Tan. Wanita yang terlihat mencolok dengan pakaian berwarna merah muda dari atas hingga ke bawah. Itu bukan keinginannya. Namun, Mauve harus melakukannya agar memudahkan seseorang yang sesaat lagi muncul untuk menemukannya.
Jauh di dalam hati, Mauve justru tidak ingin ditemukan oleh orang itu. Apalagi berpakaian nyentrik yang hanya membuatnya dilirik orang-orang yang ada di sana. Mauve benci menjadi pusat perhatian.
Waktu terus berjalan, tetapi Mauve belum melihat batang hidung lelaki itu. Sementara benda pipih di tangannya terus bergetar. Puluhan chat tertimbun yang diyakininya dari keluarga besar Tan dan Magenta. Pasti mereka menanyakan hal yang sama; Sudah jumpa Sian?
Mereka lebih heboh daripada Mauve yang sudah lima tahun tidak bertemu dengan bungsu keluarga Magenta, Sian Magenta. Tak heran jika mereka memaksa habis-habisan agar Mauve yang menjemput kepulangan Sian dari Bali. Padahal wanita itu sudah berusaha menghindar selama lima tahun dengan berbagai alasan klasik hingga fantastik. Namun, kali ini ia tidak bisa beralasan lagi.
Mauve mengembuskan napasnya dengan panjang, sementara jantungnya berdegup tidak kencang. Jauh di dalam hati kecilnya, ia sebenarnya juga tidak sabar untuk berjumpa dengan Sian. Bagaimana kabarnya sekarang? Apakah ia lebih ganteng dari sebelumnya?
"Ingat Mauve, jangan terpengaruh sama kegantengan Sian. Ingat, dia itu satu spesies sama Badai dan Hazel. Brengsek bersaudara." Bayangan Irish yang sedang mengomel terlintas di pikiran Mauve.
Sementara itu, di sebelah kanannya ada Neiva-sosok wanita dewasa yang bersedekap dada berkata, "Pasal satu, Sian adalah bajingan. Pasal kedua, Sian adalah brengsek. Pasal ketiga, kalau lo goyah, ingat pasal satu dan dua."
Oke. Mauve harus segera mengenyahkan pikiran baik mengenai Sian. Dan satu lagi, saat bertemu nanti, ia harus bersikap cuek dan tidak boleh menunjukkan kelemahan. Anggap saja itu pertemuan pertama mereka.
Namun, tetap saja, Mauve versi lembut lainnya mencoba menggagalkan rencana. Tangan Mauve berkeringat dan dingin, menandakan kegugupan. Hatinya tidak tenang dan pikirannya malah semakin kacau. Kontradiksi antara perasaan dan logika. Bagaimana pun, Sian, si mantan pacar merupakan sahabatnya sejak kecil. Lelaki yang telah melindunginya bertahun-tahun. Lelaki yang menjadi cinta pertamanya. Dan, lelaki yang selalu menjadi alasan gagalnya hubungan percintaan dengan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pink Me!
ChickLitSian Magenta adalah playboy yang mempunyai prinsip untuk tidak menyakiti dua wanita di hidupnya: Mama dan Mauve. Namun, apa jadinya jika ia melanggar prinsipnya sendiri sehingga sang sahabat berubah status jadi mantan pacar? Akhirnya hubungan merek...