Sian Magenta adalah playboy yang mempunyai prinsip untuk tidak menyakiti dua wanita di hidupnya: Mama dan Mauve. Namun, apa jadinya jika ia melanggar prinsipnya sendiri sehingga sang sahabat berubah status jadi mantan pacar?
Akhirnya hubungan merek...
"Nyatanya, mendung tidak berarti hujan. Dan peduli bukan berarti cinta."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gila sih lo, Mo. Udah tiga pagi lo bikin kejutan dengan mata bengkak kayak gitu."
Mauve menoleh sesaat pada Neiva, lalu mengabaikannya dan berjalan lunglai seperti zombie. Mengambil segelas air dan membasahi tenggorokan dengan cepat. Ia merasa tenggorokannya sangat kering, mungkin karena terkuras semalaman akibat menangis. Seperti kata Neiva, ia memang gila.
"Nangisin aja terus si bangke." Neiva tampak kesal dan Mauve tidak bisa berkata apa pun. Walau ia menyanggah, tetap saja ia tidak bisa membodohi Neiva, si wanita galak yang instingnya setara dengan seorang ibu.
"Cum-"
"Apa? Cuma apa? Apa yang lo harapin, sih, Mo? Untuk kali ini gue saranin lo ikut jejak Irish yang sampe sekarang belum bangun. Mending lo tidur lagi sana."
"Gak bisa," rengek Mauve yang rasanya ingin dibanting langsung oleh Neiva. Sayangnya ia tidak bias melakukan itu sebelum Mauve menyiapkan sarapan. Nanti, setelah perutnya kenyang, barulah ia mengantarkan Mauve ke Antartika agar tangisannya berubah menjadi es.
"Kan, kan, jangan pasang wajah innocent lu, Mo. Jangan!"cegah Neiva sebelum ia tersihir. Sayangnya, wanita kalem--yang aslinya beringas-- itu langsung meluluhkan Neiva dalam sepersekian detik. Neiva menghela napas lalu duduk di depan Mauve. Wanita menyedihkan itu memutari ujung gelasnya dengan jari telunjuk. Memasang wajah seperti pengemis yang berhari-hari tak makan atau seperti kucing terlantar yang butuh majikan.
"Oke, jadi sekarang lo mau gimana? Mau batalin pernikahan Sian dan Maroona? Atau lu mau bunuh diri? Kalau urusan itu, jangan lupa ajak bocah beban di kamar sebelah. Soalnya kalau lo tinggal berdua sama dia, pasti gue yang merana."
"Gak dua-duanya. Gue akan mencoba ikhlas. Tenang, gue gak akan nangisin dia lagi. Ini yang terakhir. Janji, deh, janji!"
....
And then ....
"Sian tega sama gue! Dia bilang bakal jagain gue sampe gue nikah. Dia bilang kalau gue gak nikah-nikah, dia bakal nikahin. Dia janji sama gue, tapi ... tapi ... Sian brengsek! Kenapa dia harus nikah sama Una? Mana cantik lagi."
"Udah gue duga. Seorang Mauve yang biasanya ngekor doang ke club tiba-tiba ngajakin kita ke sini. Tak lain, tak bukan, Sian penyebabnya," ujar Neiva terlihat kesal. Jika bukan karena diiming-imingi traktiran dari Mauve dan butuh hiburan setelah gagal menangani kasus terakhir kali, mungkin ia tidak akan menerima tawaran mauve. Namun, memang sepertinya Mauve lebih baik di rumah daripada mabuk seperti orang gila.