"Hal terbodoh yang pernah kulakukan adalah membiarkan hatiku terluka kedua kalinya oleh orang yang sama."
Mengapa ada sebutan 'bodoh' di dunia ini? Itu untuk menyebut orang-orang seperti Mauve. Seseorang yang pintar di bidang akademis, mendapatkan berbagai penghargaan yang membanggakan, hingga berhasil mengharumkan namanya dengan kerja keras sendiri. Namun, pada akhirnya menjadi tak berguna karena seorang lelaki. Seseorang yang bisa memecah soal-soal eksak yang sulit, tetapi kelabakan mencari jawaban dari isi hatinya sendiri.
"Gue bodoh banget."
Tak terkira sudah berapa kali Mauve menggumamkan kalimat tersebut sejak ia bangun tidur tadi. Kalimat yang menyiratkan penyesalan yang sangat mendalam.
"Lima tahun. Lima tahun lo ngasah otak lo di luar, tapi balik-balik lo masih sama bodohnya kayak dulu. Bahkan lebih bodoh. Lo masih Mauve, kan?" cerca Mauve pada dirinya sendiri, menatap kesal pada cermin. Rasanya ia ingin memecahkan cermin tersebut dengan tangannya sendiri, tetapi ia masih cukup waras untuk tidak membuat keributan di rumahnya sendiri.
"Sian sialan!"
Pada akhirnya Mauve tidak bisa menahan diri dan meninju tembok di sebelah cermin, menyisakan rasa sakit yang menjalar di tangan mungilnya. Tak akan ada yang menyangka seorang Mauve bisa seberingas ini. Namun, inilah Mauve, si wanita yang sulit ditebak, bahkan oleh dirinya sendiri.
"Mo, udah bangun, Sayang?"
Suara ketukan dari luar terdengar, lembut. Ya, seharusnya seperti itulah suara Mauve, lembut dan feminin seperti mamanya. Namun, ia tidak selalu bisa menjadi wanita yang lemah lembut seperti itu. Itulah sisi gelap yang ia punya, terlepas dari Mauve yang manja dan cengeng.
Dengan kemarahan yang masih menggebu-gebu, Mauve kembali menatap dirinya kembali di depan cermin, mengubah raut wajahnya dengan cepat. Kembali menjadi Mauve yang kalem, lembut dan manis.
"Udah, Ma." Sahutan Mauve beriringan dengan terbukanya pintu kamar. Yang Mulia Ratu Tan terlihat cantik hari ini dengan balutan pink dress seperti biasanya. Namun, yang berbeda dari biasanya adalah senyum semringahnya. Entah mengapa, Mauve merasa ada yang tidak beres.
"Tumben Mama bangunin Mauve."
"Tumben kamu bangun telat dan masih belum mandi."
Mauve meneliti dirinya sendiri. Masih dengan piyama pink dengan tokoh Sanrio Usahana yang seharusnya dipakai oleh anak usia belasan tahun. Yang pasti yang mengganti pakaiannya semalam bukan dirinya. Mungkin ibunya, wanita yang masih terobsesi bahkan untuk mengucir rambut putrinya yang sudah dewasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pink Me!
ChickLitSian Magenta adalah playboy yang mempunyai prinsip untuk tidak menyakiti dua wanita di hidupnya: Mama dan Mauve. Namun, apa jadinya jika ia melanggar prinsipnya sendiri sehingga sang sahabat berubah status jadi mantan pacar? Akhirnya hubungan merek...