Bab 1: Senja Di langit Pesantren

463 17 5
                                    

karya pertama dari Salza-SM. Semoga suka. :)
Jangan lupa vote dan coment.

Happy reading!

"Tugas pertama kita adalah belajar. Tentang sukses atau tidaknya kita itu tergantung takdir yang telah Allah tetapkan."

Mushaf Rindu

-Salza_SM🍁

Azan subuh berkumandang nyaring dari mushalla putra salah satu pondok pesantren di Aceh. Suara yang sedang membesarkan Allah itu mampu mengusik seluruh santri-santri di pesantren dari tidur mereka. Namun, bukan berarti mereka akan dengan mudah meninggalkan tempat tidur. Ada yang mungkin terlelap kembali setelah azan berhenti berkumandang. Maka di sini lah tugas seluruh para ustadz dan para ustadzah mengontrol perkamar dan membangunkan santri-santri yang masih terlelap. Air adalah salah satu alat untuk membangunkan mereka. Yang pernah mondok pasti tau lah.

Setelah shalat subuh berjamaah selesai, seluruh santri akan membuka pagi mereka dengan belajar dan menghafal Al-Qur'an. Para ustadz dan ustadzah pun langsung memasuki kelas untuk membimbing mereka.

"Ustadzah Mella! Ini absen kelas 3.a untuk semester ini."

Gadis yang disebut Ustadzah Mella itu menoleh setelah berhenti melangkah. Berbalik untuk melihat siapa yang sedang berbicara kepadanya. "Baik Ustadzah Rini, syukran!" katanya sambil menerima absen dari tangan Rini, lawan bicara yang sebenarnya adalah juniornya di pesantren ini sebagai guru. Namun, untuk menghormati ilmu-ilmu yang telah tertanam dalam diri setiap guru, maka siapa pun guru itu, baik senior atau junior tetap berhak menyandang sebutan ustadzah di depan namanya.

Setelah itu, Mella kembali melanjutkan langkahnya untuk mengajar. Ya, namanya lengkapnya Millati Amalia kelahiran tahun 1999 di salah satu daerah yang berada di atas tanah Aceh. Ia telah mondok hampir sepuluh tahun. Sehingga sekarang ia berkesempatan menjadi salah satu pengajar di pesantren ini. Parasnya yang sangat cantik membuat banyak ustadz-ustadz ingin mempersuntingnya. Namun, kembali ke hukum nikah tidak bisa dengan dipaksakan, ia tak pernah menanggapi mereka yang tidak berhasil menaklukkan hatinya, walaupun umur yang sudah sangat pantas untuk menjadi seorang istri.

"Assalamualaikum," ucapnya saat memasuki kelas.

"Waalaikumus salam, Ustadzah!" sahut santri-santri perempuan yang ada di dalam kelas itu. Pesantren ini memang memisahkan antara santriwan dan santriwati.

"Udah muraja'ah?" tanya Mella.

"Udah, Ustadzah," sahut sebagian besar dari duapuluh santri itu.

"Siapa yang akan melanjutkan setorannya?" tanya Mella lagi. "Tapi, sebelumnya kita baca doa dulu."

"Na'am, Ustadzah."

***

"Ustadzah, Mella."

Mella berbalik dan tersenyum kepada seorang santri yang tadi memanggilnya. "Ada apa?"

"Dipanggil, Umi ke rumah," kata santri itu.

Mella tertegun sejenak, "oh iya, syukran!"

Santri itu menunduk sebelum meninggalkannya.

Mella memang sering dipanggil oleh Abi atau Umi selaku pimpinan pesantren ini. Sudah bisa ditebak, pasti Abi dan Umi meminta jawaban dari lamaran ustadz-ustadz yang berbeda setiap minggunya.

"Assalamualaikum, Umi?" ucap Mella begitu tiba di hadapan Umi Khadijah yang sedang duduk di teras rumah yang berada di kompleks putra.

"Waalaikumus salam. Umi yakin kamu pasti sudah tahu apa tujuan Umi memanggil kamu," sahut Umi Khadijah sambil tersenyum.

Mushaf Rindu ✓[Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang