Bab 25: Rindu

36 2 0
                                    

Happy Reading!

Jangan lupa vote & komen.

"Kamu Bagai pelangi, yang tidak terdeteksi kehadiranmu. Merindukan mu sama seperti merindukan pelangi. Tidak setiap ujung hujan ada kehadirannya."

MushafRindu

salza_sm

_______________________

Dalam keadaannya yang masih lemah, Mella terpaksa harus dipulangkan ke Indonesia untuk perawatan yang lebih detail. Selama penerbangan air matanya terus mengalir mengingat suaminya yang sampai detik ini belum diketahui keberadaannya. Berusaha tabah dengan takdir Allah walaupun hatinya telah hancur berkeping-keping. Kerinduan yang mulai menumpuk sejak mereka terpisah kini semakin membuatnya sesak.

"Sayang?" belaian Nazira sedikit membuat Mella berpaling dari jendela pesawat yang sedari tadi ditatapnya. "Kamu kuat sayang. Semoga Abi dan Umi membawa pulang Alif," ujarnya untuk menenangkan Mella yang terlihat berat pulang tanpa suaminya.

Mella menyandarkan dirinya dalam pelukan Nazira. "Bun, Mella gak yakin kuat menjalani hidup tanpa Alif," lirihnya.

Nazira memeluk hangat putrinya sambil mengusap puncak kepalanya. "Allah tidak mencoba hamba Nya di luar kemampuan, nak," ia ikut merasakan apa yang sedang Mella rasakan. Sebagai seorang ibu, ia sangat peka dengan keterpurukan putrinya. Ia juga membantu Mella dengan mendoakan agar menantunya cepat ditemukan. Orangtua Alif yang tidak ikut pulang bersama mereka memilih menunggu jasad Alif ditemukan bagaimana pun keadaannya.

Mella menghembuskan napasnya. Berusaha tegar dan menguatkan hatinya. Ia mengusap mushaf yang dihadiahkan Alif yang sedari tadi ada dalam genggamannya. Mushaf yang sudah setengah kering itu membuatnya semakin merindukan Alif. Memorinya kembali memutar waktu di mana Alif memberikannya.

"Apa yang akan Bunda lakukan jika tiba-tiba Ayah menghilang dari kehidupan Bunda?"

Pertanyaan Mella membuat Nazira tertegun sesaat. Sekilas ia melirik Syakir yang duduk di sampingnya. Pria yang juga mendengar pertanyaan anaknya itu hanya memberikan senyuman lembut. Seolah-olah meyakinkan bahwa itu hanya pertanyaan. Nazira mengusap lembut pipi Mella. "Bunda akan melakukan yang terbaik agar Ayah tidak sedih karena Bunda sedih." Walaupun perkataan itu tidak terlalu yakin baginya, ia tetap menguatkan anaknya dengan perkataan yang ia sendiri pun belum tentu kuat menerapkannya suatu saat nanti.

"Jadi, Mella harus bahagia demi Alif ?" Nazira mengiyakan kesimpulan yang Mella berikan. "Tapi, Mella tidak pandai pura-pura bahagia," lirihnya.

***

Setibanya di rumah, Mella segera diantar Nazira ke kamarnya untuk istirahat. Karena besok pagi ia akan segera melakukan pengobatan untuk tulang kakinya yang patah.

"Bunda, Bunda Nura mana? Kenapa Mella tidak melihatnya?" Tanya Mella. Memang sejak membuka mata ia belum melihat sosok Nura.

"Malam di mana kecelakaan kalian, Bunda Nura sedang dalam penerbangan ke Mekkah. Katanya dia ingin umrah dan akan menyusul kalian. Ternyata kalian udah pulang lebih dulu sebelum Bunda Nura landing. Sekarang Bunda Nura di Mekka. Dia tahu kecelakaan pesawat kalian dari Umi Tami," jelas Nazira sambil mengelus surai Mella. "Istirahat ya sayang," lanjutnya dan mengecup kening putrinya setelah menyelimutinya.

"Bunda juga jangan lupa istirahat," balas Mella.

Nazira mengangguk dan tersenyum. Setelah itu ia segera keluar dan meninggalkan Mella di dalam kamarnya.

Mushaf Rindu ✓[Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang