Part Akhir!
Happy Reading!
Jangan lupa vote & koment ya!
"Setinggi apapun ilmu seseorang, jika ia tidak memberikannya kepada orang lain maka keberkahan ilmu itu tidak akan ada. Karena keberkahan akan datang dengan menyambungkan ilmu dari guru ke generasi selanjutnya. Jangan sampai kita menjadi bendungan penahan ilmu-ilmu guru kita. Tanpa disadari itu adalah bentuk kedhaliman terhadap guru. Ilmu yang berkah adalah dengan belajar dan mengajar."
MushafRindu
Salza_SM_________________________
Sesudah shalat magrib, Alif dan Mella bermaksud mengunjungi Abi Akbar dan Umi Khadijah di pesantren. Apalagi Mella sudah lama tidak berkunjung ke sana. Setibanya di sana, Alif dan Mella menggandeng Rafanza melangkah ke teras rumah Abi dan Umi.
"Assalamualaikum," ucap Alif sambil mengetuk pintu.
"Waalaikum salam," terdengar sahutan kemudian disusul santriwati yang mengabdi di rumah membuka pintu. "Masya Allah, Ustadz Alif? Ustadzah Mella?" ucapnya tak percaya dengan kehadiran orang yang sudah lama tidak dilihatnya. "Abi! Umi!"
Mendengar panggilan yang seperti itu, membuat Akbar dan Khadijah segera menuju pintu. "Masya Allah!" ucap keduanya.
"Siapa ini? Lucu sekali," kata Khadijah sambil mengusap pipi Rafanza.
"Ayo masuk!" kata Akbar.
"Ini Rafanza udah gede banget ya. Makin tampan lagi," kata Khadijah ketika mereka telah duduk di ruang tamu.
Alif dan Mella hanya tersenyum.
"Abi dan Umi, sehat?" tanya Alif.
"Alhamdulillah, Lif. Akhirnya kita bisa bertemu lagi ya," sahut Abi Akbar.
"Kasian banget Umi lihat Mella saat kehilangan kamu. Untung Allah memberikannya kekuatan hingga sabar sampai kamu kembali," timpal Khadijah.
Alif menggenggam tangan Mella erat. Ia menatapnya dengan senyuman lembut.
"Alhamdulillah, Abi, Umi," ucap Mella.
"Rafanza bahagia gak Baba nya udah pulang?" tanya Khadijah pada anak kecil yang sedari tadi hanya duduk diam mendengarkan obrolan orang-orang di sekitarnya.
"Alhamdulillah, Lafanza senang, Jaddah," sahut Rafanza.
"Masya Allah, siapa yang ajarin kamu bahasa Arab?" takjub Khadijah.
"Umma," jawab Rafanza.
Khadijah tidak bisa menahan tangannya untuk tidak mencubit gemas pipi Rafanza."Abi, kita punya anak lagi yuk," katanya.
"Umi, ingat umur," peringat Akbar yang tak menyangka dengan perkataan istrinya.
Alif dan Mella juga hanya bisa tertawa mendengar perkataan Umi Khadijah.
"Wah, ada Alif ternyata?" suara itu berasal dari Rizal, anak Abi Akbar dan Umi Khadijah yang sekolah di Mesir. Tiba-tiba ia muncul dari arah dapur.
"Kapan balik, Akhon?" tanya Alif yang reflek berdiri menyalami Rizal.
"Ana udah dua tahun di sini, gantiin kelas antum. Antum sih pergi gak pulang-pulang," sahut Rizal dengan candaan.
Alif dan beberapa orang di sana tertawa. "Bisa aja antum. Lakin syukran, udah bantu murid kelas ana," ujarnya.
"Santai aja, ikhlas kok ana," kata Rizal diiringi tawa.
"Rafanza sini, Nak. Ini Ustadz Rizal, anak Jaddi dan Jaddah," Alif membuat Rafanza berdiri dan menyalami Rizal.
"Anak antum gak kalah tampan dari bapaknya ni," kata Rizal.
Alif hanya tertawa mendengarnya.
"Ustadz Rizal juga tampan kayak Rafanza," ucap Rafanza dan mampu membuat yang lain tertawa karena salah tingkah Rizal dipuji anak kecil itu.
***
Menjelang shalat isya, Alif, Abi Akbar, dan Rizal melangkah ke mesjid pesantren. Di sana, Alif diserbu para santriwan untuk menyambut kedatangannya dengan mencium tangannya. Hal ini membuat Alif sangat terharu. Jujur, pesantren adalah salah satu tempat yang dirindukannya saat di pulau. Di pesantren ia juga kembali berkumpul dengan sahabatnya, Ari dan Haikal.
Di sisi lain, Mella menggandeng tangan Rafanza dan berjalan di sisi Umi menuju ke mesjid komplek putri. Seperti halnya Alif, Mella juga mendapat penyambutan yang luar biasa. Seluruh santriwati antrian untuk mencium tangannya. Beberapa di antara mereka juga mencubit pipi Rafanza karena gemas.
Selesai para santri, Mella melangkah ke kantor guru. Di sana Mella mendapatkan suasana yang berbeda dengan sebelumnya saat ia datang ke pesantren. Ustadzah-ustadzah yang pernah mendhaliminya mengucapkan kata maaf yang sangat tulus. Dengan ketulusan yang mereka ciptakan sangat tidak mungkin Mella tidak memaafkan mereka. Ia juga bersyukur atas kesadaran akan kesalahan mereka.
Mulai malam itu Mella berjanji pada dirinya sendiri akan mengabdi sepenuhnya pada pesantren. Begitu pun dengan Alif. Mereka akan membayar kekosongan yang telah tercipta beberapa tahun yang lalu. Sebisa mungkin mereka akan membuat pesantren bangga punya guru-guru yang berakhlak mulia pada saat ini dan masa yang akan datang.
Setinggi apapun ilmu seseorang, jika ia tidak memberikannya kepada orang lain maka keberkahan ilmu itu tidak akan ada. Karena keberkahan akan datang dengan menyambungkan ilmu dari guru ke generasi selanjutnya. Jangan sampai kita menjadi bendungan penahan ilmu-ilmu guru kita. Tanpa disadari itu adalah bentuk kedhaliman terhadap guru. Ilmu yang berkah adalah dengan belajar dan mengajar.
____________________________
PART paling pendek karena udah
TAMAT
Semoga cerita yang singkat ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua
Maaf jika kurang menghibur
Akan author usahakan cerita selanjutnya lebih menghibur dan penuh ilmu yang bermanfaat.
November, 2022
Jangan lupa tinggalkan jejak
KAMU SEDANG MEMBACA
Mushaf Rindu ✓[Lengkap]
RomanceTentang seorang ustadzah yang memiliki prinsip yang sangat langka dalam memilih jodoh. Ia sangat mengidam-idamkan jodoh dari pilihan gurunya. Ia juga berjanji akan mencintai siapa pun yang ditakdirkan untuknya. Sehingga ia dipertemukan dengan seoran...