"Mau apa lo? Santai Jonah." Haikal yang ingin menghentikan Jonah tertahan oleh pergerakan tangan Sena.
"Biarin. Gue nggak apa-apa. Lepasin aja Kal." Sena meminta Haikal untuk mundur, Jonah beralih pandang dari Haikal kembali menatap Sena.
Sena berada begitu dekat dengan Jonah, dada mereka bahkan saling bersentuhan. Bisa dirasakannya nafas beraroma mint Jonah yang panas karena menahan gejolak emosi. Sena menatap Jonah tepat di matanya.
"Mau apa ? Mau pukul gue atas kekalahan lo?" Sena menatap Jonah dengan angkuh.
"Rematch." Jonah melepas kerah baju Sena dan merapikannya sekilas tanpa melepas kontak mata antara mereka.
"Lo tau pertandingan tadi jauh dari kata adil. Gue nantang lo buat tanding ulang satu lawan satu. Dua hari lagi, cukup 2 putaran, lokasi gue yang cari."
"No. Ngga bisa. Sena, lo jangan terima tantangan ini. Ingat, lo bilang bakal ada ulangan di kelas semanthic dua hari lagi, kan? Jonah, maaf kayanya Sena nggak bisa deh. Kami pamit dulu ya, dipanggil pelatih." Haikal berkata pelan sambil menarik Sena menjauh. Dia berbisik pelan "Jangan diterima, siapa yang tau dia bakal jujur atau nanti malah curang dan bawa antek-anteknya? Lo bisa aja dikepung, Na. Ingat kejadian Hendery."
Sejenak Sena heran bagaimana Haikal bisa tau jadwal ulangannya sedangkan ia sendiri tidak tau apa-apa. Ternyata benar, itu hanya siasat Haikal untuk menghindari Jonah. Sena hanya pasrah saat Haikal menariknya menjauh.
"Kenapa? Lo takut kalah? Jadi sekecil itu nyali seorang Sena yang di banggain orang-orang? Atau lo takut ngga bisa menang dari gue secara sportif ?Lemah." Ucapan Jonah penuh dengan penghinaan dan provokasi, menghentikan langkah Sena. Ia berbalik kembali menghampiri Jonah tanpa menghiraukan Haikal.
Sena mengeluarkan dompetnya, mengambil salah satu kartu merah tipis dari dalamnya "Terlalu cepat mengambil kesimpulan, jagoan. I'm in, dua hari lagi. Kabarin gue, waktu dan tempat, apapun itu lo yang putusin. Jangan ada kecurangan, lo harus ingat kalau ini murni rematch tanpa siasat lain." Sena menyelipkan kartu namanya di saku depan Jonah.
"Deal. Gue bisa jamin ini murni balapan tanpa siasat lain. Lo bilang gue yang putusin apapun kan?" Jonah melirik Sena sekilas lalu menatap Haikal.
"Apapun." Ucap Sena.
"Kita pakai motor sport, bukan mobil. Gue ingat lo punya satu, lo pernah jemput dia ke Fakultas Teknik pakai itu kan?" Jonah menyeringai menatap Sena dan Haikal bergantian.
"Sena! Jangan pakai motor. Bahaya, lo kan punya ... pokoknya jangan." Haikal menolak keras usul Jonah, Haikal sangat tau kondisi dan kelemahan Sena. Hal ini mungkin akan berbahaya untuknya.
Jonah memang memiliki adrenalin yang tinggi, itu sebabnya dia menyukai balap dan pertandingan berbahaya lainnya. Dia pasti sangat penasaran dengan skill mengemudi motor Sena, itu sebabnya dia mengajaknya bertanding.
KAMU SEDANG MEMBACA
RACE AND RAIN | NOMIN AU
Lãng mạnKehidupan Sena identik dengan balapan, lintasan, dan kebebasan. Tipe manusia yang sebaiknya dijadikan kawan daripada lawan. Dikenal dengan wajah yang sempurna dan kebolehannya di dunia balap, Sena begitu tak tersentuh. Apa benar Sena sesempurna itu...