"Bulan 1 : Dia ada dalam diriku.
Genap 1 bulan kutuliskan buku ini, sudah 1 bulan pula kebersamaan kami. Iya, aku dan calon anak kedua ku. Kehadirannya merupakan keajaiban dalam hidupku, dia bukti cinta ku. Setiap malam aku tidur dengan mendekap perutku, "Sayang ..." panggilku. Tentu saja belum ada jawaban apapun darinya. Sebuah nama terlintas di pikiranku ... Sena. Itulah nama nya nanti. Bersama buku ini mama simpan foto pertama kita dan 4 surat yang mama tulis setiap minggunya untuk kamu baca kelak, Mama mencintaimu."
.
.Sena menutup buku diary itu, lalu menarik selimutnya. Buku itu merupakan diary mendiang ibunya untuk menyimpan kenangan mereka berdua. Total ada 9 jilid buku dari seluruh bulan dan Sena telah membaca semuanya berulang-ulang kali hingga ia bahkan tidak lagi menangis saat membacanya. Sudah lama sejak terakhir kali Sena membaca itu sebelum pindah ke penthouse, hari ini dia kembali membaca buku itu karena bosan dan merindukan ibunya. Sudah seminggu dia hanya berbaring di tempat tidur. Dokter mengatakan, tulang lututnya mengalami dislokasi dan membutuhkan waktu 6 minggu untuk sembuh total.
Luka lecetnya telah banyak yang mengering bahkan menghilang. Sebenarnya ia bisa saja berkuliah dan berjalan dengan kursi roda mengingat banyaknya asisten dan penjaga keluarga Tadashi, namun cedera punggungnya yang kembali kambuh mengharuskannya berbaring sebanyak mungkin. Sudah seminggu Sena hanya makan dan tidur seperti beban keluarga.
Sena menatap langit-langit kamar yang sudah lama tidak ia tempati. Ya ... dia sedang ada di rumahnya, rumah utama keluarga Tadashi. Hal ini terjadi setelah Ayah dan Kakeknya mengetahui kabar kecelakaan Sena dari salah satu anak buahnya. Ayah sena, Yuri Tadashi yang sedang berada di Jepang segera pulang begitu tau kondisi putranya itu.
Begitu pula kakeknya yang menjalani pengobatan di Kanada segera kembali ke Indonesia dengan pesawat pribadinya. Sena hanya bisa pasrah saat dia dijemput paksa dari Rumah Sakit, meninggalkan Haikal serta Luca yang kebingungan saat melihat banyaknya orang berjas hitam yang mengaku suruhan orangtua Sena.
Sena memanggil seorang maid, "Bibi Kim, masuklah. Tolong kembalikan buku ini ke rak dan ambilkan jilid ke-2 untukku. Maaf merepotkanmu." Sena memberikan buku itu kepada pelayannya.
"Tidak sama sekali, tuan muda." Bibi Kim tersenyum dan memberikan Jilid ke-2 pada Sena.
"Terimakasih, bibi boleh pergi. Oh, juga jangan lagi panggil begitu. Nak aja, atau cukup dengan nama juga boleh." Sena tersenyum yang dibalas anggukan dari Bibi Kim.
Sena sendirian sekarang, ia membaca buku itu dengan sudut bibir yang melengkung. Jarinya menarik plester untuk mengambil dan membaca surat-surat yang ditulis ibunya di bulan kedua kehamilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RACE AND RAIN | NOMIN AU
RomanceKehidupan Sena identik dengan balapan, lintasan, dan kebebasan. Tipe manusia yang sebaiknya dijadikan kawan daripada lawan. Dikenal dengan wajah yang sempurna dan kebolehannya di dunia balap, Sena begitu tak tersentuh. Apa benar Sena sesempurna itu...