Plak! Tamparan keras itu kembali didapatkan Bona dari sang Ayah yang kemarahannya semakin membawara bagaikan lava gunung berapi. Mata Tuan Kim melebar tidak percaya karena seseorang yang telah merusak kehiduapan putrinya tiba-tiba menampakkan diri tepat di belakang Bona.
Tuan Kim menarik lengan putrinya, memposisikannya agar keduanya bisa menatap Eunseo dengan jelas.
“Tatap dia! Eunseo seorang wanita! Kodrat yang sama tidak akan bisa mengalami kehamilan! Kim Bona, tolong sadarlah!” bentaknya mencoba memberikan kesadaran kepada putrinya.
Bona menghempaskan tangan sang Ayah, dia berlari menuju kamarnya. Sementara itu, Tuan Kim menghampiri Eunseo, dan jika saja Eunseo bukan putri dari koleganya, dan juga bukan seorang wanita, Tuan Kim sudah sedari tadi akan menghajarnya.
“Son Eunseo, saya tidak percaya kau bisa menjadi seseorang yang seperti ini. Kau wanita cantik, dan pasti banyak pria yang menyukaimu. Namun kenapa kau justru mengambil jalan ini?! Kau telah merusak masa depan putriku!” bentaknya menyalahkan Eunseo.
Tak hanya Tuan Kim, Nyonya Kim pun ikut andil dalam kemarahan dari suaminya. Yohan, putra satu-satunya dalam keluarga Kim hanya bisa berdiam diri, tak sanggup untuk menetralkan keadaan itu.
“Jika Papah dan Mamah tidak percaya, lihatlah ini!” Bona menyerahkan surat keterangan Dokter, dan surat itu ditanggapi Tuan Kim dengan kasar.
Jantungnya mulai berdetak tidak karuan ketika matanya dengan jelas melihat tulisan yang menyatakan bahwa benar putrinya itu tengah mengandung. Tak lama setelahnya, Nyonya Kim dan Yohan bergantian membaca surat itu. Tangisan Nyonya Kim semakin histeris, dia sangat kecewa dan marah pada dirinya sendiri.
“Ya Tuhan, apa salahku dalam mendidik anak-anakku? Kenapa engkau memberikan cobaan seperti ini?” ujarnya merasa tidak terima atas apa yang terjadi pada putri kesayangannya.
Tuan Kim menatap mata Bona penuh amarah, “Papah tidak mau tahu, yang jelas kamu harus menggugurkan kandunganmu! Kamu tidak boleh mengandung dari seorang wanita. Ingat! Kodrat kalian sama, Kim Bona!”
“Tidak! Aku tidak akan menggugurkannya! Aku akan mempertahankannya, apapun resokinya!” teriak Bona membantah ucapan Ayahnya.
Tangan Tuan Kim hendak melayangkan tamparan lagi untuk putrinya, namun hal itu langsung dicegah oleh Yohan. Dia meminta agar sang Ayah bisa menahan kemarahannya, jika seperti itu maka mental Bona pun akan ikut kena juga.
“Papah juga harus ingat, kak Bona putri kandung Papah. Kekerasan seperti ini seharusnya tidak terjadi.” tutur Yohan, menurunkan tangan Ayahnya perlahan seraya memberikan kata-kata pengingat akan siapa yang hendak ditampar lagi.
“Aku akan pergi. Dan dengan kepergianku beserta terlepasnya diriku dari keluarga ini, Papah, Mamah dan juga Yohan tidak akan menanggung malu atas perbuatanku.” ujar Bona tanpa berpikir bahwa hal ini tidak hanya mempermalukan reputasi keluarganya, tapi juga telah merusak pandangannya terhadap keluarga Son.
“Satu lagi, aku minta maaf karena aku harus meninggalkan tanggung jawabku sebagai CEO KIM’s Fashion.”
Bona pun kembali lagi ke kamarnya untuk mengambil beberapa barang keperluannya, dan di bawah sana Tuan Kim lagi-lagi memarahi dan mencaci-maki Eunseo dengan perkataannya. Eunseo sama sekali tidak diberi kesempatan untuknya menjelaskan, bahkan hatinya merasa ragu tentang janin yang dikandung Bona.
Bona meriah tangan Eunseo, memintanya agar tidak terlalu memperdulikan tentang ucapan dari Ayahnya.
“Ayo, Eunseo. Kita harus segera pergi dari sini.”Baru saja beberapa melangkah, Eunseo berhenti menatap nanar kedua mata Tuan dan Nyonya Kim.
“Om, Tante. Walaupun aku masih meragukan kehamilan Bona, akan kupastikan Bona akan baik-baik saja selama berada disamping saya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be Honest [EUNBO]
Fanfiction• GL STORY • Ketika dua insan manusia dipertemukan secara tidak sengaja oleh Tuhan. Menumbuhkan benih-benih ketertarikan yang mengubahnya menjadi cinta yang tak bisa dipisahkan. Saat kita mencintai apa yang tak seharusnya dicintai, kita merasa itu b...