25| Empty & Life

424 57 14
                                    

Tuan dan Nyonya Kim akan segera kembali ke Seoul untuk mengurus akta kematian Bona, dan jangan lupa baik keduanya ataupun Yohan akan membuat sebuah pernyataan yang didasari ‘sedikit’ kebohongan terkait kepergian salah satu anggota keluarga mereka. Tentunya hal itu sebenarnya tidak ingin dilakukan, namun semua terpaksa dilakukan untuk masa depan nan nama baik keluarga Kim.

Di halamanan depan area pemakaman, Eunseo tengah berdiri menunggu kesediaan Tuan dan Nyonya Kim. Sementara itu para sahabatnya menemaninya, dan tidak henti-hentinya terus memberikan kata penyemangat untuk Eunseo.

Beberapa detik kemudian, saat Tuan dan Nyonya Kim selesai berbicara dengan pengurus pemakaman, keduanya mendekati Eunseo. Orang-orang yang berada di sekitar Eunseo spontan meninggalkannya, karena mereka tahu bahwa Eunseo pasti ingin membicarakan sesuatu dengan kedua orang tua mendiang istrinya.

“Apa yang ingin kau bicarakan, Eunseo? Cepatlah. Saya tidak ada waktu.” tegas Tuan Kim.

Eunseo menarik napasnya dalam seraya tangannya dia kepal berharap rasa gugupnya bisa mereda.
“Saya tahu, Tuan dan Nyonya tidak akan pernah menyetujui hubunganku dengan Bona.”

“Tuan dan Nyonya juga tidak pernah menganggap saya sebagai salah satu bagian terpenting dalam hidup Bona, dan saya juga ragu kalau kalian akan menerima Yeoreum.”

Tuan dan Nyonya Kim saling lirik, dan tatapan dari keduanya seolah mengartikan bahwa memang benar mereka tidak akan pernah menganggap Eunseo, apalagi buah hati yang jelas-jelas dilahirkan dari rahim Bona, putrinya sendiri.

“Jika kau tahu itu, mengapa kau mengatakannya? Sampai kiamat tiba pun, saya tidak akan pernah menganggapmu sebagai suami dari Bona. Bahkan saya semakin membencimu karena kalian telah melahirkan seorang anak yang sepatutnya tidak dilahirkan.” jelas Tuan Kim, benar-benar sangat kesal atas pemikiran Eunseo.

“Suamiku benar. Hubungan terlarang saja kami menentangnya, apalagi ini? Seorang anak yang entah bagaimana kalian bisa melakukannya, yang jelas itu sudah sangat jauh dari kenormalan.” Nyonya Kim menambahkan.

Sakit, hati Eunseo sangat sakit mendengar kalimat-kalimat menyakitkan itu. Sungguh, dia tidak percaya kalau Tuan dan Nyonya Kim berkata demikian. Bukan ini yang diharapkannya. Apakah mengharapkan kata restu atau mungkin sekedar kata maaf, tidak bisa dia dapatkan? Ya, mungkin tidak dan sangat sulit.

Tuan dan Nyonya Kim sangat menentang hubungan LGBTQ+, hati mereka semakin hancur saat mengetahui putri kesayangan-mereka ternyata terjerumus ke arah yang salah nan gelap. Bahkan keduanya sempat saling menyalahkan diri atas apa yang terjadi pada Bona. Apakah selama ini didikan, kasih sayang dan perhatian dari keduanya tidaklah cukup? Tidak, sama sekali tidak.

Tuan dan Nyonya Kim sudah sangat baik memberikan itu semua kepada Bona, hanya saja hati kecil Bona mengambil jalan yang berbeda. Dan perbedaan itu nyatanya memang pernah membuatnya bahagia.

“Jika kau ingin meminta restu dari kami. Maaf, semua itu tidak akan pernah terjadi.” Tuan Kim menegaskan.

“Ya, saya tahu itu. Dan oleh karena itu, saya bertekad untuk tidak lagi berhubungan dengan Tuan dan Nyonya Kim. Saya akan pergi sejauh mungkin, dengan begitu reputasi keluarga-kalian akan terus berjaya.” jelas Eunseo, dan itulah inti dari pembicaraannya.

Eunseo hanya ingin memberitahukannya sekaligus melakukan permisahan antara dirinya dan juga baby-Yeoreum. Sejujurnya, Eunseo masih sedikit menaruh harapan agar Tuan dan Nyonya Kim setidaknya memegang tangan mungil putrinya, tapi nyatanya semua harapannya itu sirna.

Tuan dan Nyonya Kim justru memberi jarak saat tangan baby-Yeoreum berusaha meraih kerah baju dari salah satu mereka. Hati Eunseo semakin merasa sakit, dan karena dia tidak ingin hatinya terus merasakan sakit, dia pun segera mengakhiri pembicaraan itu.

To Be Honest [EUNBO] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang