CHAPT 16

965 101 1
                                    

MATE FROM THE DARK

Entah sudah berapa jam Gale berjongkok didepan gundukan tanah berukuran kecil itu. Dari matahari tepat berada di atas kepala hingga kini telah berpulang keperaduan Gale masih tetap berdiam disana.

Sejak tiga puluh menit kebelakang matanya tidak lepas memandangi sebaris nama yang ia tulis di atas papan kecil tersebut.

Little Vaga

Begitulah kata yang tertulis di papan kecil tadi. Vaga singkatan dari nama Valerie dan namanya.

Gale mendongakkan kepalanya, membuang napas kasar. "Apa aku hidup hanya di takdirkan untuk membaca nama di atas nisan," gumam laki-laki itu.

Ia lantas kembali menggeser netranya pada gundukan tanah tadi. Tangannya terulur mengusap sebaris nama di atas nisan kayu itu.

"Sweetheart, maaf belum bisa menjadi orangtua yang baik untukmu. Maaf membuatmu kesakitan karena melihat dunia sebelum waktunya. Maaf," ujar Gale pilu

"Semoga kita bisa bertemu di lain waktu dalam keadaan sama-sama bisa melihat."

Entah bisa melihat bagaimana yang Gale maksud. Laki-laki itu masih dirundung rasa bersalah karena mengajak Valerie ke bukit heavrn kemarin. Andai saja ia tidak mengajak Valerie pasti tidak akan ada kejadian sepedih ini.

Gale menoleh kebelakang ke arah jam dinding besar di tembok halaman belakang. Pukul enam, ia harus bersiap untuk pergi ke gereja karena ini adalah akhir pekan.

Laki-laki itu beranjak tanpa mengatakan apa-apa lagi. Semakin ia banyak bicara hatinya justru semakin sakit tak karuan.

******

"Hei brother! Mendung sekali wajahmu?" Deli bertanya sambil merangkul bahu Gale.

Gale tersenyum tipis lalu menggeleng "tidak hujan kan tapi?"

Deli mengangkat sudut bibirnya, terkadang cara bercanda Gale itu susah dimengerti. "Kau tidak mengajak istrimu?"

Kedua laki-laki itu beriringan masuk kedalam gereja yang berada di pusat kota Voresfox. Sebenarnya di komplek perumahan Gale juga ada gereja, tapi Gale lebih suka beribadah di gereja pusat kota.

"Dia bukan sosok religius," Gale mengulas senyum tipis. Lagipula sepertinya tidak ada sejarahnya dewa pergi ke gereja. Entah tidak ada atau Gale yang tidak tahu.

Deli mengangguk "ah iya dia kan dewi."

Gale dan Deli mengambil duduk di baris ketiga dari depan. Mata Gale mengedar kesembarang arah. Gereja ini selalu ramai setiap kali ibadah akhir pekan. Lalu tak sengaja matanya menangkap sosok Jaeden dengan seorang gadis juga Jerome, adik Deli.

"Del!" Gale menepuk bahu Deli membuat laki-laki berdarah bangsawan Wilson itu menoleh.

"Apa?"

"Jaeden!" Tunjuk Gale "Jaeden, kenapa anak itu ke gereja?"

Deli mengikuti arah pandang Gale. Laki-laki itu lantas tertawa pelan. "Kau baru tahu? Dia bahkan juga pergi ke kuil dengan salah satu temannya yang beribadah disana," Deli menjelaskan

Gale terperangah kaget "benarkah?"

"Benar. Dia selalu penasaran dengan cara orang beribadah. Kenapa berbeda," Deli menggeleng heran melihat Jaeden. Anak itu sangat konyol.

"Dia lebih ajaib dari yang kau kira."

Jujur saja Gale masih shock karena melihat Jaeden disini. Sungguh ia tidak tahu apa yang ada dipikiran adik iparnya itu.






MATE FROM THE DARK [END ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang