8. Asalkan Kau Bahagia

91 13 1
                                    

Berbulan-bulan sudah berlalu tapi banyak sekali perubahan dan masalah yang Loka hadapi tapi tidak bisa secepatnya ia selesaikan. Setelah pertengkarannya dengan Ria, dia dan Ria tidak sekalipun bertegur sapa.

Bilang saja ia pengecut untuk meminta maaf dan mengakui kesalahannya saja tidak bisa. Ia semakin merasa tidak enak pada Ria tatkala cewek itu menepati ucapannya. Ria tidak memberitahu apapun, tentang keluarganya dan tentang hubungannya, pada Alfan.

Sudah tidak mengejutkan lagi kalau Alfan itu memang sosok yang keras kepala dan mempunyai pemikiran yang kritis. Waktu cowok itu tidak mendapatkan jawaban dari Ria atas pertanyaan yang dia ajukan, besoknya lagi dia akan bertanya lagi. Untungnya Ria bisa menghadapi keras kepalanya Alfan hingga akhirnya Alfan berhenti bertanya.

Sekarang Alfan masih bertanya-tanya tapi Loka tidak kunjung menjawab pertanyaan. Kata Ria memberitahu semuanya pada adik-adiknya itu lebih cepat lebih baik. Namun, ia merasa tidak semudah itu.

Lalu masalah mengenai keluarganya belum selesai tapi kini bertambah lagi. Soal keuangan. Sudah dua bulan Mama tidak mengiriminya uang. Mama tidak memberinya penjelasan apapun, awalnya ia pikir Mama akan telat mengiriminya uang tapi lama-lama ia pikir rupanya tidak. Kalau pikiran jahatnya mengatakan bahwa Mama sengaja. Tapi ia tidak ingin menuruti pemikiran jahatnya nanti bisa-bisa ia menjadi anak durhaka.

Waktu membuka kulkasnya Loka hanya mendapati beberapa buah sosis. Semenjak Mama berhenti mengirim uang ia tidak lagi berbelanja. Untuk uang sakunya dan adik-adiknya saja ia terpaksa mengambil uang tabungannya yang tidak seberapa.

Adik-adiknya tidak tahu menahu masalah ini sebab ialah yang mengurus keuangan rumah dan Mama hanya mengirim uang padanya lalu ia membagikannya pada adik-adiknya. Lalu sekarang sangat kelimpungan untuk mencari uang dan ia terpaksa mengambil uang tabungannya.

Lalu ia pikir-pikir sepertinya ia harus mencari pekerjaan.

"Mau makan ya, Mas?" Alfan memasuki dapur lalu mengambil gelas untuk mengambil air.

"Nggak kok," jawab Loka yang sepenuhnya bohong. Saat ini perutnya sangat lapar dan dari tadi sedang berbunyi.

"Masih ada dua bungkus mie kalau mas mau. Mau Alfan masakin?"

"Mas mau makan kalau kita bertiga makan sama-sama."

"Tapi mienya cuman dua."

"Nggak masalah Mas bisa berbagi sama Azkal." Loka beranjak dari sana. "Mas panggil Azkal dulu."

Akhirnya di malam yang dingin sebab hujan deras mulai turun itu mereka memakan Mie bersama-sama. Mie yang mereka makan sangatlah sederhana tapi kebersamaan mereka menjadikannya lebih istimewa.

Walaupun Mie yang mereka makan tidaklah cukup membuat mereka kenyang tapi mereka tetap merasa bersyukur. Setidaknya ada makanan yang mengganjal perutnya untuk malam ini.

Waktu melihat adik-adiknya makan tanpa mengeluh Loka semakin yakin untuk mencari pekerjaan. Ia harus memberi makanan yang layak untuk adik-adiknya.

Ya, ia tahu sebenarnya tugasnya hanya belajar sebab ia masih pelajar. Tapi kondisinya sekarang menuntutnya belajar dan mencari uang.

Bisa saja ia meminta uang pada Mama dan meminta penjelasan Mama. Namun, ada ketakutan yang menyelimutinya. Sudah lama ia tidak bertemu Mama bahkan hubungan mereka sudah tidak lagi hangat. Tidak ada komunikasi juga.

Ia tidak ingin berpikir Mama melupakannya.

Tapi keadaan yang ia alami sekarang seolah-olah menjawabnya.

•••

Sungguh mencari pekerjaan itu tidak semudah yang Loka kira. Setelah pulang sekolah tadi ia sudah melamar kerjaan di berbagai tempat, cafe, tempat mengajar les, bahkan sampai warnet pun ia sambangi. Tapi tetap saja yang ia dapatkan hanya penolakan.

Arloka (Selesai) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang