Alfan tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersarang di kepalanya sendirian menurutnya ada satu orang yang bisa menjawab pertanyaan itu. Ria.
Di depan minimarket yang tidak jauh dari sekolah Alfan menunggu kedatangan Ria. Tadi pagi ia sudah meminta Ria untuk menemuinya di sini sepulang sekolah dan anak itu mengiyakan. Tapi sudah lewat dari setengah jam Alfan menunggu tidak ada tanda-tanda Ria akan datang, Alfan akan menunggu sepuluh menit lagi jika Ria tetap tidak datang ia akan pulang.
Alfan sudah menghabiskan satu botol air mineral yang tadi ia beli dan rasanya pantatnya sudah panas akibat duduk terlalu lama. Alfan mendesah, sepuluh menit sudah berlalu tapi batang hidung Ria belum juga kelihatan.
Alfan tidak tahu apa yang dia lakukan ini benar apa tidak. Ria mungkin akan curiga padanya kenapa tiba-tiba meminta ketemuan, dan bisa saja Ria asal mengiyakan tapi dia tidak datang toh Ria dan dirinya tidak terlalu kenal. Terlepas dari itu aslinya yang lebih mencurigakan itu Ria, dari yang datang ke rumah sambil bawa sayur sama obat-obatan, terus bersama Mama saat mobil Mama mogok.
Sebenarnya hubungannya dan Ria itu apa?
Dan apa pula yang disembunyikan Mas Loka?
Kemarin waktu membahas tentang Ria dan keluarga baru Mama Mas Loka hanya berbicara sedikit.
Alfan kembali menghela napas lalu beranjak dari sana. Mau menunggu Ria sampai kapan, iya kalau Ria datang kalau tidak ia hanya akan membuang waktunya.
"Mending besok gue tanya langsung aja nggak usah pakai-pakai ketemuan," monolog Alfan.
•••
"Kamu mau bertemu Alfan bukan?" tanya Loka pada Ria yang berada di sampingnya.
Loka harus menunda kepulangannya ke rumah gara-gara ia harus menemui Ria atau lebih tepatnya menghalangi Ria bertemu Alfan. Belum saatnya, pikirnya.
"Tidak jadi karena kamu menyeretku ke sini," jawab Ria.
Ria mengayunkan kakinya ke depan dan ke belakang membunuh rasa bosan yang menghinggapinya. Dari tadi ia dan Loka duduk di bawah pohon Karsen di taman belakang dan baru sekarang cowok itu membuka mulutnya.
"Jangan dulu."
Ria menoleh dan berhenti mengayunkan kakinya. Dahinya mengernyit. "Apanya?"
"Jangan kasih tahu Alfan soal kita dan keluarga kita. Biar aku aja yang kasih tahu. Nanti dia bakal kecewa kalau tahu dari orang lain." Loka menyugar rambutnya ke belakang. Kepalanya rasanya nyut-nyutan, semalaman ia tidak bisa tidur karena memikirkan keluarganya.
"Kapan?"
Loka mengangkat satu alisnya seolah-olah bertanya 'Apa?'
"Kapan kamu akan bilang semuanya? Semakin kamu mengulurnya itu nggak baik."
"Nanti."
"Jangan ditunda-tunda terus, Loka. Lebih cepat lebih baik. Alfan sendiri pasti sekarang kebingungan. Bahkan dengan sekarang aku tidak jadi menemui dia pun sudah membuat dia kembali bertanya-tanya, dan aku yakin besok dia akan kembali bertanya padaku."
Loka tidak lagi membalas dirinya hanya menatap daun-daun buah strawberry yang bergoyang diterpa angin. Untuk waktu dekat ini ia belum ada pikiran untuk memberi tahu Alfan. Dia ingin memberitahu Alfan seusai suami baru Mama bisa menerima dirinya, Alfan, dan Azkal. Sampai sekarang pun suami baru Mama tidak pernah sekedar menjenguk mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arloka (Selesai) ✓
FanficKita tidak bisa menentukan di keluarga mana kita dilahirkan, itu yang Arloka yakini. Namun, semenjak Papa kembali pada sang pencipta semuanya tidak baik-baik saja. Mama memilih menciptakan keluarga baru tanpa dirinya dan juga Alfan dan Azkal, adikny...