Bel pulang sekolah terdengar ke seluruh penjuru sekolah. Guru yang mengajar di kelas Alfan sudah mengakhiri pelajaran dan juga meninggalkan kelas. Buru-buru Alfan mengemasi buku dan alat-alat tulisnya. Hari ini ia harus berhasil menemui Mas Loka.
Waktu Alfan akan melewati pintu kelasnya ia di hadang oleh Rizky, Arif dan Bagas. Ia kira urusannya dengan Rizky, Arif dan Bagas sudah selesai setelah ketiga cowok itu menghajarnya dan juga setelah mereka sama-sama masuk BK. Tapi sekarang untuk apa pula ketiga cowok itu akan menemuinya? Menghajarnya lagi? Kalau iya ia tidak akan diam lagi sudah cukup dua hari lalu ia babak belur.
"Lo harus tangung jawab!" Bagas lebih dulu bersuara.
"Gue udah nggak ada urusan apapun sama kalian! Dan gue nggak perlu tangung jawab untuk apapun!" bantah Alfan.
Rizky berjalan beberapa langkah mengikis jarak antara dirinya dan Alfan. "Kita udah sepakat bukan? Nggak bakal bilang siapapun soal lo yang ngerjain tugas kita-kita dan lo juga udah kita bayar. Tapi apa? Di BK lo ungkapin semuanya dan lo puas udah buat orang tua kita dipanggil? Dan lo puas lihat kita kayak gini?" Rizky menunjuk ujung bibirnya yang terluka juga lebam di pipi kanannya.
Alfan menatap tajam ketiga cowok itu. "Dan lo minta gue tangung jawab karena luka-luka yang kalian dapat dari orang tua kalian iya?!" Alfan terkekeh sinis. "Terus apa kalian juga bakal tangung jawab karena udah buat gue luka-luka juga?! Gue yakin kalian bakalan ogah buat lakuin itu! Setelah gue nggak berdaya setelah kalian hajar aja kalian milih pergi tanpa nolong gue! Bagaimana mungkin kalian tangung jawab iya kan?!"
"LO-" Arif menunjuk Alfan namun dengan cepat Alfan menangkis tangan Arif.
"Urusan kita udah selesai! Nggak usah gangguin gue. Soal tangung jawab, jangan minta sama gue! Kita tangung jawab sendiri-sendiri saja lagian kesalahan ini kita buat sama-sama jadi apapun resiko yang kita terima juga kita terima sama-sama bukan malah menimpakan semua kesalahan yang kita buat sama-sama ke satu orang!" Usai mengatakan itu Alfan mendorong ketiga cowok itu agar tidak lagi menghalangi jalannya dan membuat ketiga cowok itu mendengus kesal juga mengeluarkan beberapa kata kasar.
Alfan berlari menuju kelas Mas Loka tapi sampai di sana yang ia dapati hanya Kak Rendi, Kak Nando, dan Kak Jodi. Kak Rendi menghampirinya yang ada di ambang pintu. "Cari Loka lagi, ya?" tanya Kak Rendi.
"Iya, Kak. Mas Loka kemana, ya?"
"Dia tadi pulang sama Harfi kata Harfi sih mau cari es teh dulu," jawab Kak Rendi.
"Oh, kalau gitu Alfan pulang aja." Alfan menghela napas panjang sembari memendam kekecewaannya. Hari ini ia gagal lagi menemui Mas Loka. Jujur saja ia sangat merindukan Mas Loka, sangat malah. Terakhir kali ia bertemu Mas Loka adalah waktu Mas Loka di panggil ke BK karenanya dan Mas Loka juga tidak pulang ke rumah selama tiga hari ini. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi hingga membuat Mas Loka tidak pulang ke rumah.
Apa mungkin alasan Mas Loka tidak pulang karena kesalahannya?
"Kamu udah nggak pa-pa, Al? Bocah-bocah dungu itu nggak gangguin kamu lagi kan?" Kak Nando turut datang menghampirinya.
"Udah nggak pa-pa kok, Kak. Mereka udah nggak gangguin aku, kalau mereka gangguin aku lagi aku juga nggak bakal diam aja Kak kayak kemarin."
"Bagus kalau gitu. Kasihan Mas kamu tuh dia sering banget ngelamun dan khawatir kamu," sahut Kak Jodi.
Alfan tersenyum tipis. "Emm Alfan pamit duluan ya, Kak. Kasihan Az di rumah sendirian." Setelah pamit Alfan pergi dari sana.
Alfan mengambil ponselnya dari sakunya lalu mengirimi pesan untuk Mas Loka. Ia berharap Mas Loka membaca pesan itu dan segera pulang ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arloka (Selesai) ✓
FanfictionKita tidak bisa menentukan di keluarga mana kita dilahirkan, itu yang Arloka yakini. Namun, semenjak Papa kembali pada sang pencipta semuanya tidak baik-baik saja. Mama memilih menciptakan keluarga baru tanpa dirinya dan juga Alfan dan Azkal, adikny...