19. Apa ini sudah benar?

72 11 0
                                    

Keadaan kelas begitu ramai padahal bel masuk sekolah sudah berbunyi sedari 15 menit yang lalu. Namun, guru yang mengajar juga tak kunjung datang dan membuat murid-murid yang berada di dalam kelas asik bermain dan bercanda bersama temannya.

Alfan mengurut pangkal hidungnya sembari memperhatikan sekitarnya di mana teman-temannya semua sedang asik bercengkerama. Teman sebangkunya tadi juga mengajaknya ikut menonton di pojok kelas tapi ia menolaknya dan memilih duduk di bangkunya sambil memperhatikan mereka.

Beberapa menit kemudian ketua kelas kembali ke kelas setelah tadi ke kantor guru untuk memanggil guru yang akan mengajar. Ternyata guru yang akan mengajar berhalangan hadir karena anaknya sakit dan hanya memberikan tugas yang harus dikumpulkan hari ini juga.

Alfan membuka buku paketnya usai ketua kelas menyebutkan halaman berapa soal yang akan dikerjakan. Baru saja ia akan mengerjakan tapi tiga anak cowok kelasnya menghampirinya.

"Gimana tawaran gue kemarin?" tanya Rizki. Rizki ini anak orang kaya dan hobi dia itu gonta-ganti motor. Bapaknya itu punya usaha toko bangunan yang cabangnya ada di mana-mana. Kalau kata anak-anak cewek yang hobi gosip Rizki ini calon pewaris dari kekayaan bapaknya sebab Rizki anak tunggal.

Soal tawaran Rizki kemarin sudah ia sudah pikirkan matang-matang tapi jujur saja ia masih ragu. "Sebenarnya sih-"

"Terima ajalah, Al. Lagian kita juga bayar lo kok," potong Arif.  Arif ini tidak jauh berbeda dari Rizki, mereka sama-sama anak orang kaya. Bedanya Arif ini anaknya keras kepala dan nggak mau menerima kekalahan. Dia juga hobi banget ribut sama anak-anak kelas masalah nilai.

"Iya, Al. Kalau lo mau bayaran lebih kita juga bisa kasih kok." Kalau yang ngomong ini namanya Bagas. Dia anaknya emang sombong banget bahkan banyak anak-anak kelas yang tidak menyukainya gara-gara kesombongannya. Lebih tepatnya menyombongkan harta orang tuanya.

"Ya gue akui gue juga butuh uang tapi emang ini beneran nggak pa-pa? Kalau guru tahu gimana?" tanya Alfan memastikan.

"Halah lo tenang aja. Asal lo tutup mulut dan anak-anak lain nggak bakal tahu semuanya bakal aman," jawab Bagas.

"Ya udah kalau gitu," putus Alfan.

"Kalau begitu lo mulai dengan kerjain tugas kita bertiga tugas yang tadi dikasih ketua kelas." Arif menyerahkan bukunya begitu pula dengan Bagas dan Rizki. Mereka bertiga lalu menyerahkan uang berwarna biru di meja Alfan setelah itu mereka bertiga pergi.

Alfan memandangi buku ketiga temannya tadi dan tiga lembar uang yang ada di mejanya. Apa yang sedang ia lakukan ini benar?

•••

Setelah lama tidak berkumpul akhirnya Loka bisa berkumpul lagi bersama keempat temannya. Sebenarnya bukan berkumpul juga mereka hanya menemaninya nyanyi di Cafe. Tapi ia hanya menyanyi beberapa lagu saja sebelum akhirnya digantikan oleh  sepupunya Harfi, pemilik Cafe.

Awalnya ia merasa tidak enak dengan sepupunya Harfi tapi sepupunya Harfi malah menyuruhnya untuk bersantai saja dan berjanji tidak akan memotong gajinya. Tapi usut punya usut ternyata sepupunya Harfi mengantikan dirinya untuk bernyanyi karena Harfi. Harfi memaksa sepupunya untuk menggantikannya bernyanyi dan sepupunya tidak bisa menolak Harfi setelah Harfi membisikkan sesuatu. Entah apa yang dibisikkan Harfi pada sepupunya ia sendiri tidak mengetahuinya tapi yang jelas sepupu Harfi tidak bisa berkutik.

"Lo bisikin apa sih Fi kok sepupu lo langsung ciut kayak gitu?" tanya Nando kepo.

"Adalah kepo lo!" jawab Harfi.

"Pasti yang aneh-aneh ya, Fi?" sahut Rendi.

Harfi menggeleng. "Bukan aneh-aneh kok."

"Tapi gue sungkan jadinya sama sepupu lo. Di sini gue kerja tapi malah kayak kelihatan seenaknya aja udah gitu sepupu lo malah gantiin gue lagi," protes Loka.

Harfi merangkul Loka. "Nggak pa-pa kali Ka sekali-kali. Lagian lo juga butuh refreshing udah lama juga lo nggak ngumpul bareng-bareng sama kita. Sepupu gue juga bakal ngerti kok."

"Ya, tetep aja!"

"Udahlah nggak pa-pa lo nggak bakal dipecat juga. Ini juga gue lakuin biar sepupu gue nyanyi lagi udah lama juga dia menyia-nyiakan suara merdunya," balas Harfi enteng. Memang enteng banget Harfi ngomongnya padahal Loka udah ketar-ketir.

"Ya, kalau sepupu lo udah balik nyanyi lagi nanti jasa Loka udah nggak berguna lagi dong! dia bakal dipecat nanti," ceplos Jodi. Ini lagi Jodi kalau ngomong emang benar-benar ngejleb.

Plak

Nando memukul bibir Jodi. Harfi, Rendi, dan Loka terkekeh menyaksikan bagaimana raut kesakitan tergambar di wajah Jodi.

"Kalau ngomong di pikir dulu lah coy! Jangan bikin temen lo malah ketakutan!" ujar Nando.

"Tapi itu kan fakta. Dan kita sebagai manusia itu tidak bisa mengelak fakta!" bantah Jodi.

Rendi berdecak."Bocot lo ah!"

"Sepupu gue mungkin bakal nyanyi lagi tapi kalau ngepecat Loka kayaknya nggak deh dia juga lagi sibuk-sibuknya," Harfi menyahut.

Loka mengusap lehernya. "Nanti gue minta maaf deh ke sepupu lo. Gue bener-bener nggak enak."

"Udahlah kita pikirin itu nanti lebih baik sekarang kita seneng-seneng aja!"

Akhirnya Loka menghabiskan sore itu bersama keempat teman-temannya. Mereka tidak hanya bercanda-canda di Cafe, mereka juga jalan-jalan dan asik jajan jajanan pinggir jalan dan Jodi yang menjadi sasaran mereka untuk membayar semua jajanan yang mereka beli.

Dan sore itu Loka kembali mendapatkan semangat untuk menjalani hari-harinya. Akan selalu ada teman-temannya di sisinya dan bisa menghiburnya.

•••

Alfan tidak menyangka hari ini ada banyak sekali tugas yang akan diberikan guru. Bahkan dia juga harus mengerjakan tugas-tugas yang harus dikumpulkan besok.

Hingga larut malam Alfan tak kunjung menyelesaikan tugasnya sebab ia lebih dulu mengerjakan tugas ketiga temannya. Ia meminum secangkir kopi yang tadi dibuatnya agar membuatnya tetap terjaga dan bisa menyelesaikan tugas-tugasnya.

Azkal tadi awalnya menemaninya tapi akhirnya anak itu memilih untuk tidur lebih dulu karena tidak lagi kuat menahan kantuk. Ia juga tidak ingin Azkal menemaninya sebab anak itu juga perlu cukup tidur.

Tepat pukul setengah dua belas malam akhirnya Alfan bisa menyelesaikan tugasnya dan juga tugas ketiga temannya. Waktu ia membereskan alat tulisnya Mas Loka sudah pulang.

Kening Mas Loka mengernyit sewaktu melihatnya belum tidur. "Kenapa belum tidur?" tanya Mas Loka.

"Banyak tugas yang harus Al selesaikan Mas jadinya belum tidur. Ini baru aja selesai," jawab Alfan.

Mas Loka mengangguk. "Jangan terlalu sering begadang, ya. Nggak baik buat kamu," ujarnya.

"Iya, Mas."

"Kamu minum kopi?" Mas Loka menunjuk gelas berisi kopi yang tinggal setengah.

Alfan tersenyum kaku. "Iya, Mas."

"Tumben? Kamu kan nggak suka kopi Al?"

"Biar nggak ngantuk aja, Mas."

"Kalau gitu Mas ingetin lagi jangan banyak begadang dan minum kopi." Mas Loka mengacak rambut Alfan. "Tidur sana Mas mau mandi dulu."

Mas Loka beranjak pergi untuk mandi. Alfan pergi ke kamarnya sembari menghela napasnya.

Kenapa ia tiba-tiba merasa bersalah ya?

•••

Terima kasih sudah membaca part ini:)
Jangan lupa kritik dan sarannya, ya.





Arloka (Selesai) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang