27.Keluarga dan Kata Tunggu dari Mama

155 11 1
                                    

"Mama nggak buru-buru berangkat kerja? Sini biar Loka saja yang masak." Loka ingin mengambil spatula yang di bawa Mama tapi Mama lebih dulu menahan Loka.

"Masih ada waktu kok buat Mama masak untuk sarapan keluarga Mama. Mending kamu sekarang duduk di meja makan sana!" Mama menggiring Loka duduk di kursi meja.

"Loka pingin bantu, Ma!"

"Dengan kamu diam itu sudah bantu Mama, Loka." Mama tersenyum sedangkan Loka memanyunkan bibirnya.

"Ma, sekarang Loka tidak perlu menunggu Mama lagi kan? Mama tidak akan jauh dari Loka dan adik-adik lagi kan?"

"Tidak. Mama akan selalu ada untuk kalian."

"Kata tunggu Mama yang pernah Mama katakan berarti kini sudah terbalaskan."

Mama terkekeh lalu menghampiri Loka sembari membawa piring yang sudah terisi nasi goreng dan satu telur mata sapi. "Maaf kalau Mama menyuruh kamu menunggu terlalu lama."

"Tak apa toh kita sekarang bisa kembali bersama-sama. Penantian Loka berujung manis." Mama mengacak-acak rambut Loka.

"Ini kemana yang lain kok belum ke sini?" tanya Mama.

"Azkal dan Alfan lagi siap-siap, Ma."

"Yahh, Mama kok udah masak aja!" Ria datang dengan wajah yang ditekuk juga bibirnya yang mengerucut. Di belakang Ria ada Om Risman yang sudah siap dengan stelan kerjanya. "Harusnya aku sebagai anak perempuan di sini bisa bantu-bantu Mama masak!"

"Memangnya kamu bisa masak?" tanya Loka.

"Bisa tahu!" Ria memukul pundak Loka kesal yang di balas kekehan oleh Loka.

"Tapi semenjak ada Mama Ria jadi malas masak," sahut Om Risman yang sekarang sudah duduk berhadapan dengan Loka.

"Bukan gitu, Yah, tap-"

"Nggak pa-pa kali, Mas. Selama tinggal sama Mas Ria terus yang masak. Sekarang biarin Ria nikmatin masakanku saja" Mama meletakkan piring yang berisi nasi goreng di depan Ria dan Om Risman.

Ria menggeleng. "Tapi janji Ria bakal bantu Mama kok."

"Azkal cepat sarapannya udah siap tuh!" teriakan Alfan menggema di seluruh rumah. Alfan datang dengan terburu-buru dan langsung duduk di samping Loka sedang Azkal juga turut berlari di belakang Alfan.

"Kamu jangan lari-lari, Azkal!" Loka memperingati. Sejujurnya Loka masih takut akan kondisi kaki Azkal meskipun Azkal sudah boleh berjalan sejak beberapa bulan yang lalu.

Azkal memberi cengiran pada Loka. "Maaf," ucapnya.

"Udah-udah sekarang semuanya makan dan cepat berangkat sekolah!" omel Mama.

"Loka jadi mau lihat pengumuman SNMPTN di rumah Harfi?" tanya Om Risman.

Loka mengangguk. "Jadi, Om. Nanti sama teman-teman yang lain juga."

"Om do'akan semoga kamu dan teman-temanmu keterima." ucapan Om Risman diaminin oleh semua orang yang di meja makan.

Ya, setelah berpikir panjang dan sedikit paksaan dari Mama akhirnya Loka memutuskan untuk melanjutkan berkuliah. Selain mempersiapkan masuk universitas lewat jalur undangan ia juga sudah bersiap-siap masuk kuliah lewat jalur tes. Ia tidak ingin terlalu bergantung pada jalur undangan.

Menurutnya jalur undangan itu sangat bergantung pada keberuntungan.

Namun, ia tidak boleh terus bergantung pada keberuntungan. Selain itu ia juga tidak boleh terus bergantung manusia. Sebab keberuntungan dan manusia adalah hal yang tidak pasti.

Arloka (Selesai) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang