Sapu Tangan

46 8 2
                                    

"Allô! Aku baru aja naik taksi ke jalan Rue de Rivoli. Kenapa memangnya? Owh gitu, okay, deh. Selamat bersenang-senang ya! Iyaa nggak apa, aku ke perpustakaan aja deh ntar."


   Setelah menutup sambungan telepon Anneliese menghela napas gusar. Agendanya hari ini adalah bertemu dengan teman dekatnya namun batal beberapa detik lalu. Temannya itu lebih memilih untuk berkencan dibandingkan janji temu mereka yang sudah direncanakan sejak akhir tahun kemarin. Mereka berencana untuk ngobrol santai sebelum menghadapi padatnya jadwal kuliah, baru saja batal beberapa menit lalu. Hening merayap, Anneliese semakin jatuh pada lamunannya. Hingga detik merayap mengejar menit untuk menyentuh jam Anneliese tetap masih melamun, hingga tak sadar ia sudah sampai pada tempat tujuan.

   "Mademoiselle? Kita sudah sampai beberapa menit lalu." Ucapan supir taksi tersebut membuyarkan lamunan Anneliese.

   Anneliese menjawab lirih. "Pardonnez-moi, Monsieur," setelah tersadar dari lamunannya Anneliese sedikit merasa kikuk.

   Bergegas Anneliese membuka resleting tas mini miliknya. Merogoh isinya untuk
menemukan dompet pink kesanganya. Setelah menemukan benda yang dicari segera ia menempelkan sebuah benda pipi berwarna hitam dengan bahan titanium pada sebuah alat berbentuk kotak berwarna hitam yang terdapat pada sisi kiri pintu bagian dalam mobil, dekat handle pintu. Setelah alat mendeteksi kartunya, alat tersebut akan berbunyi dan pintu langsung terbuka. Anneliese segera keluar, ia juga mengucapkan terimakasih pada supir taksi. Setelah menghela napas lega Anneliese segera mengembalikan benda pipih tersebut ke dalam dompet dan memasukkan ke dalam tas mini miliknya, tak lupa ia menutup kembali resletingnya. Anneliese cukup bersyukur alat transaksi sudah cukup canggih saat ia lahir ke dunia, ia tidak perlu lama menunggu kembalian.


   Udara hari ini cukup dingin, cukup menyesal karena ia lupa membawa mantel tadi. Mengenakan sweater oversize berwarna moka dengan rok selutut dengan motif kotak-kotak berwarna biru tua dipadukan dengan sebuah stoking hitam tak cukup menghalau dinginnya cuaca hari ini. Ah sial pula, ia harus menyebrang terlebih dahulu untuk sampai di perpustakaan. Anneliese berdiri pada ujung jalan di salah satu persimpangan jalan Rue de Rivoli, matanya asik menyelisik para pejalan kaki yang hendak menyeberang. Tiba saat lampu berubah warna menjadi hijau untuk pejalan kaki, entah kenapa langkahnya begitu tergesa. Selain badannya sedikit menggigil karena dingin ia juga merasa ingin buang air kecil.


   "Bugh ... "

   Tak sengaja bahu kanannya bertabrakan dengan lengan seorang pria berperawakan tegap. Manik brown hazel milik Anneliese tak sengaja menatap manik kembar milik pria tersebut. Namun tak lama Anneliese sadar. Badannya refleks membungkuk tanda meminta maaf, segera ia berlari menjauh dari pria tersebut. Merutuki diri sendiri dalam hati adalah hal yang pasti namun manik kembar berwarna amber milik pria tersebut masih teringat jelas. Kepalanya menggeleng perlahan saat merasakan nyeri pada bagian bawah perutnya. Anneliese cukup tergesa memasuki perpustakaan untuk mencari toilet hingga tidak menyadari sesuatu tersangkut pada tasnya.

   "Huft .... Akhirnya."

  Helaan napas keluar dari ujung hidung mancungnya, lega sekali rasanya setelah melakukan proses ekskresi tubuh yang dilakukan oleh sistem perkemihan. Anneliese menelusuri satu persatu rak buku yang menjulang tinggi, terkadang ia perlu berjinjit atau mundur beberapa
langkah demi melihat judul bacaan pada setiap buku. Pada akhirnya Anneliese memutuskan untuk membaca buku Never Let Me Go karya Kazuo Ishiguro.

   Sembari meneliti cover buku tersebut, Anneliese menuju salah satu kursi kosong lalu meletakkan tas nya di atas meja. Perpustakaan tidak terlalu ramai hari ini, kedua manik kembar Anneliese asyik mengamati buku yang diambilnya. Senyumnya mengembang kala membuka cover buku tersebut, setelah merasa nyaman dengan posisi duduknya ia mulai mengamati setiap rangkaian kalimat dalam buku tersebut. Buku yang cukup lawas untuk jaman sekarang, entah kenapa Anneliese suka sekali membaca buku lawas. Sesekali jari
lentiknya menyelipkan anak rambut pada daun telinganya.

𝐍𝐀𝐏𝐎𝐋𝐄𝐎𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang