(2)ԋαƚҽ σɾ ʅσʋҽ❓-(Rosé×Jeno ft.Nct Dream)

452 38 2
                                    

Happy Reading...

•••

“Lo milih lepasin dia, atau mati di tangan gw”

Suara Jeno yang lantang namun terkesan datar membuat Haechan dan antek-anteknya terkejut mendengarnya. Sontak, mereka menatap dimana letak Jeno berada. Ia—Jeno Lee malah menyandarkan tubuhnya pada bagian tembok gang dengan tangan yang ia masukkan ke saku.

“Jeno?.”

“Lo pada budeg hah? Gw udah nyuruh lepasin dia kan. Jadi, lepasin sekarang.” Kata Jeno.

“Dia siapa lo, Jen?. Ah, udah nemuin pengganti ya lo.“ Sarkas Mark. Salah satu teman Haechan yang berdiri tepat disebelah Jaemin.

“Gw denger-denger lo gamon sama Lia. Kok malah sekarang peduli sama cewe modelan gini sih.” Sambung Mark lagi.

Jeno yang mendengarnya sempat terbawa emosi. Namun, ia berusaha mengontrol emosinya agar tidak melukai siapapun disini. Mengingat, tujuannya hanya untuk menyelamatkan gadis yang ada di gendongan Haechan.

“Selera lo jadi kek sampah gini ya, Jen. Ga nyangka gw.” Lanjut Jaemin sembari terkekeh.

Jeno berjalan menghampiri mereka bertiga. Mengambil alih tubuh Rosé dan menggendongnya tanpa mendengarkan umpatan, cacian bahkan makian dari Jaemin, Haechan maupun Mark.

Sebelum benar-benar masuk ke dalam mobilnya, Jeno menyempatkan untuk melirik ke mereka bertiga. “Gw emang benci cewe. Tapi gw ga serendah itu buat nidurin pacar temen gw sendiri. Paham kan?.”

...

Sesampainya di kediaman Jeno, ia membawa masuk Rosé dan menyuruh pembantunya untuk menggantikan pakaian milik Rosé. Jujur saja, jika kalian melihat penampilan Rosé saat ini, mungkin lebih seperti gelandangan daripada seorang siswi SMA.

“Masih belum sadar, bi?.” Tanya Jeno.

“Belum, den. Memangnya perempuan ini habis diapain si, kok bisa sampe lecet-lecet gini, den?. Banyak banget lagi lecetnya.” Ujar Hyoyeon Wang.

“Separah itu ya, bi?. Apa perlu Jeno bawa ke rumah sakit?.”

“Ga parah-parah banget si, den. Cuman bagian lutut sama telapak tangan ada luka lecet. Terus bibir bagian bawah juga sedikit robek.”

“Apakah sakit?.”

“Yo ndak tahu to, den. Tanya aja sama perempuan ini kalo udah sadar. Wis ya, bibi mau ke belakang dulu, ada kerjaan dari nyonya Lee.” Pamit Hyeyeon dan mengemasi kotak P3K nya.

“Makasih ya, bi.”

“Sama-sama, den. Dijaga ya pacarnya.”

“A-ah iya bi,.. eh bukan pacar Jeno ini” teriak Jeno.

Setelahnya Jeno duduk di sofa yang berada tepat di seberang kasur yang ditiduri Rosé. Ia melirik sebentar ke arah Rosé sebelum akhirnya merebahkan tubuhnya di sofa.

“Tidur apa mati sih ni anak. Ga bangun-bangun perasaan.” batin Jeno.

Cukup lama Jeno terlelap. Hingga akhirnya ia harus membuka matanya ketika mendengar suara rintihan seorang wanita.

“Eng....”

“L-lo udah bangun?.” tanya Jeno dengan suara serak.

“A-aku dimana? Kenapa aku bisa berbaring disini? Apa kau yang membawanya?... ah tidak mungkin, Jeno Lee saja membenci seorang wanita” sambar Rosé dengan kalimat akhir yang ia pelankan.

“Gw yang bawa lo kesini.” Jawab Jeno seadanya.

“Benarkah? Wah, aku tidak menyangka.”

“Ga usah geer lo. Gw nolongin juga kebetulan gw lewat gang situ.”

“Bukannya arah rumah kamu dengan gang tadi beda ya.” ucap Rosé lagi.

Jeno semakin terpojok. Alhasil ia hanya menyugar rambut panjangnya ke belakang, “Berisik lo. Udah deh, mending lo pulang sekarang. Rumah gw ga nerima tumpangan gembel modelan lo.”

Rosé menundukkan kepalanya, “Lebih baik kamu tidak menolong saya daripada akhirnya kamu menghina saya kayak gini.”

“Baperan amat jadi orang. Yaudah, ayo cepet gw anter pulang. Jangan ngotorin sprei gw sama tangisan alay lo.” Jeno menarik paksa tangan Rosé menuju mobilnya yang terparkir dihalaman rumahnya. Ia membuka pintu mobilnya dan mendudukkan Rosé disana.

“Apakah kamu tahu arah rumah saya?.”

“Ga usah formal-formal deh, eneg gw dengernya.”

“Yaudah.” final Rosé.

Beberapa saat, keheningan melanda mereka. Jeno yang bodo amat dengan apa yang Rosé lakukan, sedangkan Rosé yang memikirkan apakah Jeno tahu jalan arah rumahnya. Ingin berbicara, tapi Rosé enggan. Takut kena omel lagi.

“Udah sampe. Sana keluar.”

Rosé membuka pintu mobil Jeno. Sebelum ia benar-benar keluar, Jeno menyekal pergelangan tangannya.

“Ada apa lagi?.”

Jeno menghela nafas, “Seterusnya biarin gw yang jemput lo, Rosé.”

“Hah?.”

“Ck, udah deh nurut aja. Besok jam 6 gw sampai disini. Ga boleh ngaret lo. Awas aja.”

“Jeno Lee, kamu bukannya benci sama saya? Kok jadi perhatian gini?.”

“Sejak kapan gw benci lo?.”

“Ya.. Rumornya kan kamu benci sama cewe. Aku kan juga cewe, Lee. Ya, wajar dong aku berpikiran kamu benci saya. Sampai-sampai aku kira kamu gay sama Jisung.”

“Ngomong apa lo hah? Sialan, dibaikin malah ngatain.”

“Kamu suka aku ya?.” dengan pedenya Rosé bertanya demikian.

“Berisik anjir.. Udah, masuk sana. Bosen gw lihat wajah lo.” Jeno segera mendorong Rosé keluar lalu menutup pintu mobilnya sebelum menjalankan kembali kendaraan beroda empat itu.

“Apa yang terjadi dengan, Lee? Kenapa sikapnya sangat aneh.” gumam Rosé yang masih memandangi mobil Jeno di ujung gang.

..

“Sialan, benci jadi cinta ini mah.” Kesal Jeno didalam mobilnya.


••END••

Next Chapter kira-kira siapa yaaaa???

Btw, thanks banget buat yang udah baca dan vote book ini. Sayang kalian banyak-banyaaakkk💗💗💗💗

Yang siders, benciii banyaak-banyaaakkk😚😚😚

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ℓιвяαяу яσѕє🌹  (𝗿𝗼𝘀é 𝗳𝘁.𝗯𝗼𝘆𝘀) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang