BAGIAN 3 : Harmony

66 7 5
                                    

Besar harapan, semoga kalian menyukai cerita ini. Dan jangan lupa untuk selalu mendukung!

Sebelum membaca jangan lupa vote dan komen cerita ini ya.

Walaupun sepi, aku tidak akan menyerah. Ayo semangatin aku haha.

Don't judge my story ya, kalau tidak suka boleh langsung cabut dari lapak ini!

Selamat membaca!

***

"Tumben pulang sore sayang?" Tanya Papa David, yang sedang membaca beberapa tumpukan surat kabar.

"Ada belajar tam-"

"Belajar tambahan atau pacaran?" celetuk Davina begitu protektif.

"Belajar tambahan Ma," jawabnya. "Khalula capek, mau ke kamar dulu," pamitnya lagi, ia tidak ingin Mamanya semakin menyudutkannya, yang akan membuat hatinya sakit karena ucapan Mamanya.

"Mama nggak mau ya, kamu pacaran, belajar yang bener," teriaknya ketika Khalula sudah berada di undakan tangga.

Khalula tidak memperdulikan ucapan Mamanya, ia masuk ke dalam kamar, menutup pintu itu dengan kasar, melampiaskan kekesalannya.

***

Suasana warung Nenek sore ini lumayan cukup ramai diisi oleh anak SMK Ksatrya yang masih nongkrong, suara knalpot yang sedang di modif itu beradu dengan suara musik dangdut yang di putar oleh Galen, Ikan dalam kolam, judul musik itu kini di putar, menggema di setiap sudut warung nenek.

"Bila ingin melihat ikan di dalam kolam," Galen bernyanyi, badannya yang sedikit lihai itu di goyangkan, lalu melahap goreng bakwan yang berada di tangannya.

"Lo sehari udah puter tiga kali itu lagu," komentar Genta, tetapi matanya tetap tertuju dengan aktivitasnya, yang tengah melap knalpot.

"Kane banget ege," kata Galen.

"Dangdut selalu di hati bos," ujar Rajo, sambil meletakan obeng yang ia pegang, lalu duduk di kursi rotan di samping Haga yang sedari tadi sibuk dengan tongkat baseball di tangannya.

"Tumben diem, sariawan bos?" kata Galen, yang duduk di atas jok motor Rajo.

Haga menoleh ke arah Rajo, meletakan tongkat baseball itu, berdiri sambil berkacak pinggang.

"Lo, lo, lo semua kenal sama cewek yang waktu itu tampil di lapangan?"

"Yang mana?" sanggah Galen.

"Yang pakai pita pink," jawab Haga.

"Oh, Khalula? Anak kelas sebelah?" timpal Genta.

Haga mengangguk kepalanya, membuat ketiga temannya saling pandang.

"Gue tebak, lo naksir kan?" tebak Galen, dengan wajah penuh selidik.

Rajo menepuk pundak Haga. "Saingan lo berat men kalau naksir," ujar Rajo. "Iye nggak, Len?" ucapnya lagi meminta persetujuan dari Galen.

"Yoi mamen, saingan lo si Laskar, anak teknik, paling cakep di jurusannya," kata Galen begitu semangat. Tangannya merangkul Haga yang lebih tinggi darinya. "Kata gue mah, udah mending cari baru."

"Belum gue coba, mana tahu kan maunya sama gue?" kata Haga dengan sangat percaya diri. "Enggak ada kata menyerah dalam kamus gue." Haga kemudian mengambil tas yang tergeletak di kursi kayu. "Cabut duluan gue."

PrakataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang