Selamat membaca! I hope you like it💗
Jangan lupa untuk selalu vote cerita ini!***
Haga tersenyum di atas kasur, memandang sebuah foto bersama Khalula, bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman. Haga sudah mabuk cinta entah lah rasanya Haga seolah menemukan satu kebahagiaan lainnya dalam hidupnya.
Sebenarnya banyak perempuan-perempuan yang pernah ia temui sebelumnya, dan bahkan ada yang terang-terangan mengajaknya berkenalan, tapi menurutnya tidak ada perempuan seperti Khalula, perempuan itu, selalu menampilkan wajah datar, senyum gadis itu jarang sekali terlihat, bagaimana pembawaan gadis itu, tegas dan berwibawa.
Yang paling Haga suka ialah saat berbicara dengan Khalula, perempuan itu selalu memusatkan seluruh perhatiannya pada orang yang menjadi lawan bicaranya, sehingga ia merasa lebih di hargai.
"Lo harus abadi," celetuknya masih memandang foto itu, lalu ia mulai membuka laptopnya, berpikir sebentar untuk menentukan judul yang tepat untuk karangannya ini. "Ketik aja dulu, sih," ucapnya lagi bermonolog.
Haga tidak ada bakat apapun, rangkaian kata yang ia tulis itu berasal karena ia selalu membaca cerita-cerita romantis, dan komik-komik yang ia koleksi saat masih SD. Selain karena Bunda lulusan Sastra, ia belajar banyak dari Bunda. Kadang ia meminjam buku-buku kesukaan Bundanya, dan Haga sangat suka dengan selera bacaan Bundanya.
Jari-jarinya mengalun di udara, beberapa kali ia mengabaikan panggilan telpon, lalu merijecknya.
Ia kembali memusatkan perhatiannya pada foto itu.
Meski tak banyak yang ingin ia utarakan, tapi dengan melihatnya saja sudah cukup membuat perasaannya kian menumbuh. Tak ada semacam dinding yang menghalanginya, seolah perasaan itu mengalir ke setiap tubuhnya.
Tuhan selalu menciptakan semua isi dunia ini dengan sempurna, setiap bagian kecil yang tak terlihat atau bahkan tidak bisa di rasakan dengan indra pun bisa sempurna.
Bagaimana Tuhan menciptakan rasa sedih, lalu ada rasa bahagia obatnya, ada rasa kecewa lalu ada rasa penuh harapan lagi, seolah Tuhan menciptakan perasaan yang kekal di dalam jiwa seseorang.
Lalu ada perasaan marah, dan Tuhan menciptakan obat dengan menciptakan pemandangan-pemandangan yang bisa menenangkannya.
Sama seperti halnya dengan perasaan Haga, laki-laki itu benar-benar ingin mencintai Khalula dengan tulus, Haga ingin menjaganya, Haga ingin selalu menjadi orang pertama yang Khalula hubungi saat perempuan itu sedih, maupun bahagia.
Ia tak pernah terpikir bahwa ia akan benar-benar jatuh cinta. Agar tidak melewati hari-hari bersama dengan Khalula, ia ingin setiap interaksi antara dirinya dan Khalula selalu abadi, walaupun nantinya entah tidak bersama Khalula ataupun bersama Khalula, kenangan dan interaksi itu tetap ada.
Ternyata jatuh cinta dengan seseorang yang tepat itu sangat menyenangkan, ya?
***
"Kan gue udah telpon berkali-kali tai!" umpat Genta menatap jengah ke arah Haga yang kini duduk di atas meja, menunggu jam pelajaran kedua kembali mulai.
"Gue kira lo mau minjem duit," jawab Haga enteng, "chat aja sih."
"Lama di balesnya," jawab Genta, kini laki-laki itu duduk di samping Galen yang sedang menghitung uang kas bersama Karina sekertaris kelasnya, sesekali laki-laki itu menggoda Karina.

KAMU SEDANG MEMBACA
Prakata
Teen Fiction"Kenapa harus Prakata?" "Karena gue ingin mengungkapkan apa yang gue rasakan. Dan ingin jadi pengantar kebahagiaan untuk lo." "Hanya sebagai pengantar?" "Kita lihat aja nanti, ya? Kadang takdir selalu mengubah rencana kita. Gue nggak mau lo sakit h...