Selamat datang, ya! Selamat membaca!
***
Malam ini Haga menemani Bundanya berbelanja di supermarket bersama dengan Kak Chelshea, laki-laki itu mengekori dua perempuan di depannya. Troli yang ia dorong kini memasuki area buah-buahan.
"A, bungkus buah apel satu kilo, Bunda mau beli ayam dulu," titah Bundanya yang diangguki oleh Haga.
Kini laki-laki itu tengah memilah apel, di rasa cukup ia segera membungkus lalu menyerahkan pada spg di sana untuk menimbang, setelah selesai ia kemudian menghampiri Kak Chelshea.
"Emang bakal ke makan buah sebanyak itu yang lo pilih?" tanya Haga, mengagetkan Chelshea yang sedang memegang beberapa buah di tangannya.
"Ngagetin lo, Dek!" katanya dengan sebal. "Ke makan, lah," lanjutnya lagi, kemudian perempuan itu menaruhnya di troli. "Nanti kalo yang ini, lo yang bayar, ya? Jangan pake uang Bunda."
Haga mengerutkan keningnya, "kenapa harus gue?"
"Ya, kan, duit jajan lo lebih gede pasti dapet masa pelit sama Kakak sendiri," jelasnya dengan nada yang sangat menyebalkan di telinga Haga.
"Gamau wleek!" jawab Haga pergi begitu saja sambil mendorong troli, membuat Chelshea kesal akan tingkah adiknya.
"Awal lo ya! Yang pelit jodohnya jauh!" terimakasih Chelshea.
Haga tidak mengindahkan teriakan Kakaknya, lebih memilih mengrkori Bundanya yang kini sudah berada di rak khusus membuat kue.
"Bun, ajarin Aa bikin kue," kata Haga sambil melihat-lihat beberapa tepung terigu.
Bundanya menoleh, sambil memasukan beberapa bahan untuk membuat kue. "Tumben, buat kamu belajar bikin kue?"
Belum sempat ia menjawab tapi Chelshea lebih dulu menyela ucapannya.
"Buat calon pdkt-an tuh Bun. Anak bujang Bunda udah centil, mana kemarin nganterin cewek sampe rumah," jelas Chelshea sambil tertawa.
"Loh Bunda kira kamu gak suka cewek," katanya membuat Haga memutarkan kedua bola matanya dengan malas.
"Bunda mah bukan nggak suka cewek. Aa yang deketin mah banyak. Biasalah orang cakep."
"Hueek!" Chelshea bergidik ngeri, "Pasti cuma penasaran aja. Marahin tuh Bun."
Haga menyela. "Dih, nggak ya, lo kompor banget, Kak!"
Bunda menggelengkan kepalanya dengan heran melihat pertikaian kecil kedua anaknya.
"Kalau serius, bawa ke rumah Minggu depan. Kebetulan Om Danu balik ke Bogor. Kenalin ke keluarga besar."
Haga menaikkan tanya, memberikan hormat pada Bundanya.
***
Kantin sekolah selalu ramai ketika istirahat, terutama gerai milik Bu Tuyul, kantin adalan yang selalu diincar para siswa dan siswi di sini, tempatnya yang di bawah pohon mangga, dengan meja kayu dan kursi kayu berjejeran rapi, di samping kantin Bu Tuyul sebuah tempat menunggu pesanan.
"Galen, tulung gawe es teh karo mie rebus," titah Bu Tuyul dengan logat jawanya.
Galen mengangguk dengan patuh, ini adalah bagian dari kesehariannya membantu Bu Tuyul berjualan, ia sering mengutang makanan di kantin Bu Tuyul, karena itulah ia selalu inisiatif untuk membantu Bu Tuyul, soalnya sering kasih Galen diskon.
"SIAP BUUUU!" Seru Galen begitu bersemangat. "AYO SIAPA YANG MAU BELI MIE REBUS LAGI, GRATIS FOTBAR SAMA GUE!" terimakasih Galen, sambil bertepuk-tepuk tangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Prakata
Ficção Adolescente"Kenapa harus Prakata?" "Karena gue ingin mengungkapkan apa yang gue rasakan. Dan ingin jadi pengantar kebahagiaan untuk lo." "Hanya sebagai pengantar?" "Kita lihat aja nanti, ya? Kadang takdir selalu mengubah rencana kita. Gue nggak mau lo sakit h...