Tiga

20 6 0
                                    

"Kak Jaehyun, bisakah kau membantuku?"

Jihan yang menerobos masuk ke kamar sang kakak segera membaringkan tubuhnya di atas ranjang, tanpa mengindahkan sang kakak yang tengah fokus pada layar tablet pc sambil duduk di ranjang.

"Membantu apa?" tanya Jaehyun tanpa mengalihkan tatapannya dari layar tablet.

"Membantu mencurikan kunci mobilku di kamar ibu, aku kesulitan pergi ke kampus kalau mobilku disita begini!"

Jaehyun tersenyum miring, "Pergi ke kampus atau pergi ke klub malam bersama teman-teman nakalmu itu?"

Jihan mendecih, "Memang apa salahnya pergi ke klub setelah pulang dari kampus? Setidaknya aku sudah pergi ke kampus dan tidak membolos."

"Ibu tidak akan menyita mobilmu jika kau hanya pergi ke bar untuk minum, Jihan. Ibu hanya takut kau akan mengikuti teman-temanmu yang selalu berganti pasangan dan tidur dengan sembarang pria yang kalian temukan di klub. Mereka itu seperti bus yang bisa dinaiki oleh pria mana pun."

Jihan terduduk, gadis itu menyorot kakaknya dengan tatapan kesal, "Wah, mulutmu benar-benar kejam, Kak. Bagaimana bisa kau menyebut teman-temanku sebagai bus?"

Jaehyun mengangkat alis, "Memang begitu kenyataannya."

"Hei! Tidak semua temanku seperti itu!"

"Oh ya? Sejauh yang kulihat, semua temanmu yang kau ajak ke rumah kita adalah anak-anak seperti itu."

Jihan mendengus, "Aku juga punya teman yang baik. Hanya karena tidak pernah membawanya berkunjung ke rumah, bukan berarti aku tidak punya!"

"Kalau begitu buktikan!"

"Buktikan apa?"

"Buktikan kalau kau memang memiliki teman yang tidak seperti bus. Jika kau bisa menunjukkan satu saja teman baikmu itu, aku akan meminta ibu untuk mengembalikan kunci mobilmu. Dan sebagai gantinya, kau harus berjanji untuk tidak bergaul dengan para bus. Mengerti?"

Jihan menunjuk wajah Jaehyun dengan kurang ajar, "Tatap wajahku ketika kau membuat kesepakatan!"

Jaehyun menghela napas, pria itu mengalihkan tatapannya dari layar tablet ke wajah sang adik, "Sudah puas? Aku sudah menatapmu."

Jihan mengangguk, "Baiklah! Awas saja kalau kau mengingkari janjimu! Besok jemput aku di kampus pukul lima sore, akan kuperkenalkan kepada teman baikku."

"Kau tak perlu mengenalkannya padaku, kau hanya perlu menunjukkan kepadaku, lalu aku akan mengkonfirmasi apakah dia benar-benar temanmu atau hanya orang yang kau bayar untuk berpura-pura menjadi temanmu di hadapanku."

Jihan mengibaskan sebelah tangannya ke udara, "Ya terserah, lah! Yang jelas kau sudah berjanji. Jangan sampai ingkar!"

Jaehyun mengangguk, "Apa aku pernah menghianatimu selama ini?"

Jihan menggeleng, "Tapi itu 'kan di masa lalu. Kita tidak akan bisa memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan."

"Hwang Jihan, manusia tidak akan semudah itu berubah-"

"Diam!" potong Jihan, "aku tahu kau akan mulai menceramahiku. Aku harus segera pergi ke kamarku dan memasang sheet mask, jadi aku tidak punya waktu untuk mendengarkan ceramahmu. Aku pergi dulu. Berhentilah bekerja, buang tabletmu ke tempat sampah dan pergi tidur! Selamat malam."

Setelah mengatakannya, Jihan segera keluar dari kamar sang kakak, meninggalkan Jaehyun yang segera mematikan tabletnya kemudian meletakkan benda yang dia gunakan untuk bekerja itu ke atas nakas, dia membuka kacamatanya dan segera membaringkan diri di atas tempat tidur. Mendadak Jaehyun merasa heran kepada dirinya sendiri, mengapa dia sangat menurut kepada Jihan? Mengapa setiap kalimat perintah dari Jihan seolah memiliki sihir yang mampu menghipnotis dirinya dan membuat dia segera menurut?

Dandelion [Jaehyun-Jungkook✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang