Selama bertahun-tahun hidup bersama Jihan, Jaehyun sudah tidak asing lagi dengan perangai gadis perajuk itu. Dia selalu merajuk untuk segala hal, Jihan juga sering marah kepadanya bahkan hanya karena masalah sepele. Dalam sehari saja tak terhitung berapa kali Jihan akan merajuk.
Biasanya Jaehyun akan membiarkan saja ketika Jihan merajuk, karena gadis pelupa itu akan segera melupakan amarahnya dan kembali seperti sedia kala. Jadi Jaehyun tidak perlu repot-repot meminta maaf. Itu yang biasanya terjadi, namun tidak dengan kali ini.
Kali ini sangat berbeda. Sudah tiga hari sejak terakhir kali mereka makan malam bersama dengan Kang Sora, sejak saat itu juga Jihan benar-benar marah dan tidak mau berbicara kepada Jaehyun. Padahal Jaehyun sudah berulang kali berusaha memancing obrolan saat makan malam keluarga, tapi Jihan terus saja mengabaikannya. Bahkan ketika sang nenek dan ibu menimpali dengan bertanya apa yang membuat Jihan sangat marah kepada kakaknya, Jihan tetap bungkam.
Memilih menyerah kepada ego lelakinya, Jaehyun akhirnya memutuskan menjadi kakak yang lebih bertanggung jawab dengan mendatangi Jihan ke kamarnya pada malam ketiga sejak Jihan mendiamkannya.
Jaehyun mengetuk pintu kamar Jihan beberapa kali sebelum membukanya. Begitu membuka pintu ganda kamar sang adik, yang pertama Jaehyun lihat adalah Jihan tengah berdiri di depan lemari tempat dia menyimpan puluhan arloji mahalnya.
"Hwang Jihan, kita perlu bicara," kata Jaehyun sebelum memasuki kamar sang adik.
"Pergilah! Aku sedang sibuk memilih arloji yang akan kupakai ke kampus besok," ketus Jihan tanpa perlu repot menatap sang kakak.
"Tanpa memakainya pun kau akan tetap cantik, adikku."
"Tutup mulut busukmu, aku tak butuh pujian murahan semacam itu."
Jaehyun menghela napas, pria itu menghampiri adiknya lalu menutup pintu lemari arloji sang adik. Hal itu tentu saja membuat Jihan semakin murka. Gadis itu menatap Jaehyun dengan tatapan tajamnya.
"Berhentilah mengusikku!""Tidak sebelum kau jelaskan alasan kau sangat marah kepadaku."
Jihan mendecih kesal, "Apakah amarahku sangat mengganggumu? Aku bahkan tidak berteriak ataupun berbicara kasar kepadamu. Aku hanya diam, mengapa kau heboh sekali?"
"Justru itu!" balas Jaehyun, "justru karena kau sangat pendiam, diammu benar-benar menggangguku, Jihan. Aku lebih suka mendengar kau memaki atau berteriak kepadaku. Aku tidak suka melihatmu mendiamkanku begini."
"Persetan denganmu!"
Jaehyun menghela napas sekali lagi, "Hwang Jihan, coba jelaskan kepadaku, mengapa kau sangat marah?"
"Dasar lamban! Perlukah aku menjelaskannya?"
"Ya, jelaskan! Jika kau tidak menjelaskannya, bagaimana aku bisa mengerti?"
"Hwang Jaehyun bodoh!" maki Jihan, "mengapa aku bisa punya kakak sebodoh kau? Kau sungguh tak tahu alasan aku marah?"
Jaehyun mengangguk lugu, membuat Jihan lagi-lagi mendecih kesal.
"Kau ingin tahu alasanku marah? Itu karena kau mengatakan kepada Sora bahwa hanya ada dua anak di keluarga ini! Tidakkah kau ingat? Ada satu orang anak lagi yang-"
"Jihan!" potong Jaehyun.
"Apa?" balas Jihan dengan suara tinggi.
"Sudah cukup! Jangan membahas hal sensitif di rumah ini! Baiklah, aku mengerti alasan kau marah. Aku bukannya tidak ingin mengakui perihal itu di hadapan Sora, aku hanya sedang berusaha menjaga nama baik keluarga ini di depan orang asing. Mengerti lah Jihan. Aku juga minta maaf kalau hal itu membuatmu marah dan kesal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion [Jaehyun-Jungkook✓]
FanfictieMari kita lihat mana yang akan menang! Ambisiku atau obsesimu. **** 21+ Area. Bukan BxB. Bukan BL.