Sembilan

10 3 0
                                    

Jungkook melangkah tertatih masuk ke lift yang akan membawanya ke lorong unit apartemen tempat tinggalnya dengan sang ibu sejak kembali ke Seoul. Setelah Jungkook menekan tombol lantainya, pintu lift tertutup dan bergerak naik.

Jungkook menyandarkan punggungnya ke dinding lift, sebelah tangannya bertumpu pada sisi dinding yang lain. Pria itu memejamkan mata sambil menahan rasa perih dan sakit yang perlahan menjalar menyerang luka di seluruh wajah dan tubuhnya. Jungkook terkekeh pedih membayangkan perkelahiannya dengan Jaehyun yang baru saja terjadi.
"Kau masih selemah dahulu, anak bodoh," Jungkook bermonolog.

Lift berdenting kemudian terbuka, pria dengan wajah babak belur itu segera keluar dari lift dan melangkah tertatih lagi menuju pintu apartemennya. Begitu sampai di depan pintu, Jungkook menekan angka kombinasi sandi dan segera masuk ke dalam apartemen.

"Bu, aku pulang," kata Jungkook setelah memasuki ruang tamu.

Sang ibu yang sedang duduk di sofa ruang tamu segera menghampiri putranya dengan kepanikan yang menyerang menyaksikan putra kesayangannya pulang dengan keadaan babak belur.
"Nak, apa yang terjadi padamu?"

Jungkook terkekeh saat sang ibu mengusap pipinya dengan lembut, "Aku menang, Bu."

"Apa maksudmu?"

"Aku berkelahi dengan Jaehyun dan menang. Dia pingsan di gudang penyimpanan Minji farmasi, sementara aku masih bisa pulang dengan selamat. Tenang saja, Bu. Sejak dulu aku memang lebih kuat dari Jaehyun. Aku pasti akan memenangkan pertarungan kita nanti."

Calista tersenyum mendengar penuturan putranya, "Jadi semua ini adalah luka kehormatan?"

"Tentu."

Calista memeluk putranya dengan lembut, "Bagus Nak, ayahmu akan sangat bangga kepadaku karena berhasil membesarkanmu dengan baik."

"Bu, sakit," keluh Jungkook saat sang ibu tanpa sadar mengeratkan pelukannya.

Dengan segera Calista melepaskan dekapannya kepada sang putra.
"Kita akan ke rumah sakit untuk mengobati semua lukamu."

"Tidak, jangan! Aku yakin Jaehyun akan dibawa oleh keluarganya ke rumah sakit. Jangan sampai kita bertemu dengan mereka di sana. Tidak boleh ada yang tahu bahwa aku dan Jaehyun berkelahi. Aku harus mempertahankan citra baikku di depan paman, bibi dan nenek."

Calista mengangguk setuju, "Kau benar, Nak."

"Ibu tak perlu khawatir, aku baik-baik saja. Tolong ambilkan kotak obat, aku akan mengobati lukaku sendiri."

Calista segera menuruti sang putra, wanita itu segera berlalu untuk mengambil kotak obat. Sementara sang putra berjalan menghampiri sofa ruang tamu dan menjatuhkan tubuhnya ke atas benda empuk itu sambil menunggu sang ibu kembali. Beberapa saat berselang Calista sudah kembali dengan kotak obat di tangannya. Calista menawarkan untuk mengobati luka sang putra, namun Jungkook menolak. Akhirnya Calista pasrah saja melihat putranya membersihkan luka di wajah tampan itu dengan bantuan cermin milik sang ibu yang ada di meja ruang tamu.

"Lain kali berhati-hatilah, Nak! Pastikan kau tidak terlibat dengan Jaehyun lagi! Pria itu bisa menjadi batu sandungan bagi rencana kita."

"Aku hanya memancing emosinya sedikit, anak itu mudah sekali tersulut, Bu. Lain kali aku tidak akan terlibat dengannya lagi," ujar Jungkook.

"Baguslah, kau harus bisa meyakinkan keluarga itu bahwa kehidupan kita sangat sulit selama ini. Kau harus mendapatkan simpatik dari mereka semua agar kita bisa cepat kembali tinggal di rumah besar itu. Akan lebih mudah menguasai segalanya jika kita sudah masuk ke rumah itu."

"Iya, Bu," sahut Jungkook. 

"Untuk saat ini, kita gunakan saja Jihan sebagai alat untuk menempel pada keluarga pamanmu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dandelion [Jaehyun-Jungkook✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang