1. Prolog

54.1K 4.2K 46
                                    

"Setelah ini langsung pulang ke rumah, jangan keluyuran, dan jangan.."

"Jangan lupa belajar dan tidur yang cukup" potong murid-murid Ayna sebelum Ayna melanjutkan ucapannya. Murid-murid Ayna sudah sangat hafal dengan ucapan guru kelas 1 sekolah dasar di salah satu SD Negeri di Kota Bandung itu.

Setelah mengucapkan salam dan bersalaman mereka keluar kelas menuju tujuannya masing-masing. Ada yang dijemput orang tua, ada yang menuju parkiran bahkan pergi ke tempat orang jualan mainan untuk menghabiskan uang sakunya. Padahal baru saja Ayna memperingati mereka.

Inilah profesi yang dijalani oleh seorang Ayna Mardeya Harmanan 2 tahun belakangan ini, menjadi seorang guru sekolah dasar di salah satu sekolah negeri di kota Bandung. Menjadi seorang guru adalah impian sejak kecil dari perempuan 25 tahun itu. Bagi Ayna menjadi seorang guru bukan hanya sebatas pekerjaan namun sebuah pengabdian untuk mendidik penerus bangsa.

Ayna adalah anak kedua dari 3 bersaudara dari pasangan Wahyu Harmanan dan Asmarini Nayaka. Papa dan Mama-nya adalah seorang dokter, namun mamanya memutuskan pensiun dini di usia 50 tahun untuk fokus mengurus keluarganya. Kakaknya Umar Wirahadi Harmanan adalah seorang dokter yang bekerja di rumah sakit yang sama dengan papanya, RS Karya Husada Utama. Sedangkan adiknya, Rania Anjani Harmanan sedang menjalani pendidikan dokter di salah satu kampus di Jakarta.

Lahir dari keluarga dokter membuat keputusan Ayna untuk menjadi seorang guru sempat ditentang oleh keluarganya terutama mamanya.

'Apa yang bisa diharapkan dari seorang guru' begitu kata mamanya dulu ketika Ayna meminta izin untuk mengambil jurusan PGSD. Seperti kebanyakan orang tua yang lainnya, orang tua Ayna tentu ingin yang terbaik untuk anaknya. Mereka ingin hidup anaknya terjamin salah satunya sejahtera secara finansial.

Dengan hati-hati Ayna menjelaskan kepada mama bahwa tujuannya menjadi guru bukan karena uang.

"Pekerjaan guru adalah pekerjaan mulia, ma. Aku tidak masalah dengan gajinya. Aku bangga bisa mendidik calon-calon pemimpin bangsa. Mama tahu bagaimana aku. Aku tidak masalah untuk hidup sederhana nantinya"

Bagi Ayna pekerjaan guru adalah pekerjaan yang sangat mulia. Bukan berarti pekerjaan lain tidak mulia, namun Ayna teringat satu pepatah 'orang hebat bisa menghasilkan banyak karya, tapi seorang guru bisa menghasilkan banyak orang hebat'

Bagaimanapun orangtua hanya bisa menyarankan selebihnya hanya mendukung. Orang tua Ayna akhirnya mendukung keputusan Ayna hingga sekarang dia berhasil menjadi guru meskipun belum berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS).

Ketika keluar dari gerbang sekolah menggunakan motor maticnya Ayna melihat seorang anak perempuan berdiri disamping gerbang nampaknya sedang menungggu jemputan. Setelah Ayna mendekat Ayna tahu bahwa anak itu adalah salah satu muridnya yang bernama Alita Putri Andini atau biasa dipanggil Ita.

"Ita" panggil Ayna ketika motornya tepat berada disamping Ita.

"nunggu siapa ?" lanjutnya seraya turun dari motor.

"Nunggu Mami jemput, ibu guru" jawab anak itu. Manis sekali anak ini, batin Ayna. Perawakan khas anak umur tujuh tahun dengan jilbab yang sedikit lebih lebar dibanding teman-temannya.

Melihat hari sudah semakin siang dan cuaca sangat terik Ayna jadi tidak tega meninggalkan anak ini sendirian.

"pulang sama ibu guru ya ?"

Ita tampak ragu tapi kemudian menyetujui tawaran Ayna.

Setelah menempuh sekitar 15 menit perjalanan Ayna sampai didepan rumah Ita tentunya dengan petunjuk Ita. Ternyata rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolah meskipun arahnya berlawanan dengan rumah Ayna.

Ender Boy [END] (Pindah Ke DREAME) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang