10

194 26 17
                                    

Romeo, take me somewhere we can be alone- TS

Jaehyun menggenggam kemudi dengan erat, rahangnya mengatup keras.
Mobilnya melaju meninggalkan kantor Yuta dengan diriku yang berada di kursi kemudi.

Kuremas paha ini dengan kedua tanganku sebagai pelampiasan rasa sakit. Tidak lagi aku mampu bersuara. Karena tidak ada satu hal yang membuatku merasa lebih baik.

Air mata yang tak kunjung mengering seolah seperti garam yang tertabur diatas luka. Setiap butirnya terasa perih, menyakitkan.

Remasan ku pun tiada artinya, tubuhku mati rasa.
Dan perlahan menjalar kehatiku, hingga ke sudut sudut yang tak terjamah.

Baru kali ini aku ingin bertanya kepada diriku sendiri.

Apa aku bisa bertahan hidup?

Ditengah pandanganku yang semakin memburam, aku menimang kesanggupanku.

Kupejamkan mataku untuk menghentikan air mata yang terus berjatuhan.
Namun tetap saja hal itu membuat udara disekitarku terasa semakin menyakitkan.

Jaehyun masih tidak bergeming.

"Jaehyun.." lirihku pelan dengan kedua mata yang masih tertutup

Aku sedikit lelah. Namun kali ini terasa berbeda. Beban di dadaku yang terasa berat selama bertahun-tahun perlahan menguap.
Meski tidak sepenuhnya.

"Ya?" Jawabnya

Aku membuka mataku perlahan.

Luka lama itu terbuka.

Karena memang sejak awal tidak pernah tertutup.

"Mengapa kamu membiarkanku kembali mencintai Yuta?" Ucapku lirih.
Pandanganku lurus kedepan, seolah menerawang.

Aku bisa melihat bahunya yang perlahan rileks.
"Kau dan dia sama sama terluka. Dan luka itu tidak akan pernah hilang. Penderitaan itu hanya kalian berdua yang memahami."
Jawabnya pelan

"Lalu?" Tanyaku

"Tapi sepertinya dia tidak mengerti." Suara beratnya penuh dengan penyesalan

"Tapi aku sudah terlanjur mencintainya." Ucapku pelan

"Maafkan aku.." dia meremas kemudinya, penyesalan itu juga hinggap pada dirinya.

Kita semua terluka dengan cara masing-masing.

Suasana kembali sunyi. Penyesalan itu ada pada diri kami, rasa kecewa itu juga kian melemahkan.

"Sherlyne.. jangan tinggal disini lagi." Jaehyun berucap begitu mobil miliknya terparkir.

"Bisakah aku pergi?" Tanyaku, lebih tepatnya kepada diriku sendiri.
Air mataku telah mengering namun hatiku masih mati rasa.

"Apa kau mengijinkan aku bersamamu?"

Kutolehkan wajahku dengan kaget.
"Tidak." Jawabku tegas
"Aku adalah aku. Lukaku hanya untukku. Jangan membuatku membaginya, aku akan menanggungnya sendiri. Jangan melibatkan dirimu pada rumitnya hidupku Jaehyun."

Dia sudah cukup banyak membantuku, dengan tidak mengusik lukaku. Sejak tragedi itu dialah yang pertama melihatku menangis, melihatku menjadi tidak berdaya.

Dia telah melihatku sehancur-hancurnya.

"Tidak bisakah kau bersandar saja padakuu?" Tanyanya kini dengan sedikit penekanan

SAVE ME ft. YUTA NAKAMOTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang