Chapter 01

208 37 7
                                    

Brak!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brak!

Tiga piring pecah, dua kopi tumpah, dan satu gadis berapron merah tersungkur di tanah. Ah, ralat. Tepatnya di atas lantai keramik yang kasat mengkilat.

Tidak ada hujan, tidak ada sesi pengepelan. Lalu kenapa dia jatuh?

Coba kita putar jarum waktu di dinding itu menuju tiga puluh menit yang lalu.

- - -

"Baik, saya harus rapat dengan dekan dan rektor setelah ini. Kuliah kita sampai di sini. Terima kasih."

Berkacamata bulat, berkemeja biru dengan celana cokelat. Pria gempal pengampu algoritma itu menenteng sebuah laptop dan buku di tangan kirinya sembari melangkah menuju pintu keluar kelas.

Yang tersisa di pendengaran adalah selebrasi mahasiswa tentang kepulangan yang dipercepat.  Meski nyatanya jam di luar pembelajaran malah menjadi waktu yang paling sibuk. Tugas, penelitian, laporan, dan segala antek-anteknya.

"Ayo makan!"

Selalu menjadi kata yang terlontar oleh si taruna Choi pada Choi lainnya ketika beranjak pulang.

Lewat sepuluh menit dari jam satu siang. Pantas saja Beomgyu sudah memegangi perutnya dengan wajah lesu. Langkahnya pun tidak rikat berjalan. Seolah beban tubuh seberat beban semesta menanggung manusia yang seringkali lalai membayar kebaikannya.

"Oke, di kantin," Choi Soobin membalas sembari memeriksa isi ponsel.

Tidak tahu apa yang menjadi fokusnya. Entah group chat dengan segala diskusi tugas, atau berita harian yang rajin update, bisa juga satu personal chat yang tersemat sejak satu tahun lalu. Ya... pacarnya, siapa lagi jika bukan?

"No, no. Makan di luar," Beomgyu menyela sembari berjalan miring-miring sebab bicara sambil menghadap ke teman karibnya.

Kali ini Soobin menurunkan ponsel lalu ia simpan di saku jaket bersama tangan yang menetap di sana. "Kita ada kelas jam empat nanti."

"Gue nemu tempat makan bagus. Lezz go!" Entah sengaja atau bagaimana, Beomgyu abai dengan ucapan Soobin, dan tetap melangkah di depan sobatnya. Bahkan jarak antar jejaknya pun menjadi panjang-panjang saking semangatnya hendak mengisi perut.

Coffeebay dengan segala eksistensinya.

Lima belas menit perjalanan terkikis bersama dialog tanpa arah oleh dua pemuda itu. Lalu sekarang sampailah mereka di harta karun Choi Beomgyu.

Membuka pintu kaca yang tingginya hampir sama dengan tubuh mereka, Beomgyu dan Soobin memasuki area kafe. Tidak terlalu ramai, cukup mudah untuk mereka menemukan bangku kosong sebagai tempat menikmati santap siang. Dan meja di dekat mural menjadi pilihannya.

Sama-sama baru pertama kali singgah, mereka berjalan sembari mengamati sekitar. Dan 'sekitar' pun mengamati mereka. Oh, dominan para taruni di meja pekerja yang dengan senyum ramahnya menatap kedua Choi itu.

Fly, then Comeback to Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang