Chapter 03

100 32 3
                                    

Apa yang dikata cerah jika hujan lantas datang di siang menuju sore hari ini? Kelabu yang mendominasi langit nampak masih berbaik hati menyisipkan rona lazuardi di antara awan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa yang dikata cerah jika hujan lantas datang di siang menuju sore hari ini? Kelabu yang mendominasi langit nampak masih berbaik hati menyisipkan rona lazuardi di antara awan. Tetesan hujan tak segan menempa tiap kepala mereka yang tak siap dengan perlindungan.

Pemandangan yang sangat pas menggambarkan kondisi lelaki yang kini tengah berlarian dengan tas di atas kepala itu.

Halte. Cukup sepi, bahkan yang nampak di pelupuk mata pemuda Choi hanyalah gadis ber-sweater yang juga dilihatnya di kantin fakultas tadi. Sebelum hingga sesampainya di bawah atap halte yang sama, senyum Beomgyu terus mengembang.

"Annyeong!" Seru cowok itu sambil mengusap bagian tubuhnya yang basah kena hujan.

Lirikan singkat dan raut wajah si gadis yang sama sekali tak tertarik dengan kehadiran Beomgyu menjadi balasan untuk sapaan itu.

Seperti biasa, tanpa disuruh pun Beomgyu akan dengan senang hati duduk di kursi panjang yang juga dipakai Ryujin. Dan dengan niat yang amat baik serta tulus ia akan mulai membuka obrolan acak di antara mereka.

"Rumah lo searah sama gue ya? Apa kita bakal naik bus yang sama?" ucapnya. Bernada tanya tapi terdengar seperti monolog yang hanya menduga-duga sendirian. Ditambah tiada sekecap kata dari satu-satunya orang lain di sisi Beomgyu saat ini.

Hingga putaran menit-menit berikutnya setiap ucapan random lelaki itu membuat Ryujin terlihat tak nyaman. "Lo bisa diem ngga?" begitulah kalimat ketus yang akhirnya keluar dari si perempuan.

Yang dikatai tak sedikitpun marah, bahkan senyumnya malah bertambah lebar. "Woah, kayaknya gue tau kenapa lo banyak diem.. Karena suara lo sebagus ini, kan?" Merasa bangga pada diri sendiri, Beomgyu menjentikkan jari. Padahal tidak ada yang menjamin tebakannya 100% benar.

Gak, lo sok tau, anjir! batin si pemudi Shin.

"Gue suka denger suara lo, makanya kalo sama gue banyak ngobrol, oke? Apa aja, soal makanan, game, pelajaran—eh gak, jangan pelajaran, soal hati—"

Stop. Ryujin pergi menaiki bus yang baru saja sampai di hadapan mereka. Ia tinggalkan Beomgyu dengan kalimat menggantungnya. TAPI, lelaki itu mengikutinya! Tentu saja, sebab bus itu juga mengarah ke tempat tinggal Beomgyu.

"Nah, benar kan kata gue.." ucapnya sembari ikut duduk tepat di sebelah Ryujin.

Mengambil napas dalam-dalam, perempuan itu memicing sejenak. "Lo atau gue yang pergi?" katanya dengan penuh tekanan.

"Kemana? Gaada kursi kosong lain, udah duduk aja," dengan santai Beomgyu membalas. Ia menaruh tas di pangkuan, sementara lutut telah menyentuh papan kursi di depannya. Space yang penuh hingga membuat Ryujin terkungkung di dekat jendela.

Gadis itu berdecak dan membuang muka. Kesal sekali dengan situasi. Kesal berlipat dengan lelaki pengganggu yang selalu mengacaukan harinya.

"Sumpah gue belum tau nama lo, serius gamau kasih tau?"

Tidak ada jawaban.

Beomgyu itu... kenapa suka sekali membuat dirinya sendiri terlihat sangat malang karena diabaikan? Dan parahnya tak pernah ada sesal atas segala ulah yang ia lakukan.

— • —

Bersama perputaran roda, hujan perlahan mereda juga. Semburat jingga menginjak gelap pun menampakkan indahnya.

Tapi bukan itu yang membuat salah seorang penumpang bus bernama Choi Beomgyu tersenyum shy-shy dog sejak tadi.

Belasan menit waktu tempuh dari kampus ke tempat tinggal, sekitar sepuluh menit lalu satu kepala bersandar di pundaknya. Sudah pasti si empunya sedang tak sadarkan diri alias tertidur dan karena goncangan bus maka kepalanya jatuh di bahu Beomgyu.

Agaknya masih tau diri untuk tidak berteriak kegirangan di tengah banyak orang, jadinya Beomgyu hanya bisa mengulum senyum dengan badan tegapnya. Tidak mau melewatkan kesempatan, sesekali ia juga melirik konfigurasi afrodit itu.

Tenang, tiada tatapan tajam ataupun ucapan ketusnya.

Tangan kanan Beomgyu tiba-tiba terangkat dan mendekat pada helai surai kecoklatan yang menyapu wajah tirus gadis itu. Dikira mau menyingkirkannya perlahan, tapi yang ada...

Plak!

Ujung jari-jari Beomgyu mendarat di dahi Ryujin. Seketika bangun dan perempuan itu mengaduh sembari mengusap area di atas alisnya. Sementara Beomgyu malah terkekeh pelan.

"Sorry ya. Jujur gue seneng banget lo lengket ke gue, tapi gue harus turun, hehe.. Besok lagi ya.." Entah setan mana yang merasuki Beomgyu hingga berkata sedemikian dengan entengnya.

"Orang gila."

"Lo bilang apa?" Sungguhan lelaki itu tidak dengar karena keriuhan sekitar dan ucapan Ryujin juga amat pelan. Bahkan gerak bibirnya sangat lamat terlihat.

Beomgyu sedikit mendekatkan kepala dengan pandang tak sedetik pun beralih dari kedua netra Ryujin. Yang dipandang mana mungkin bisa santai begitu saja. Entah kesadarannya sudah pulih sempurna atau belum, tapi Shin Ryujin kini tengah membalas tatapan Beomgyu dengan intens.

Dua mata teduh itu seolah mengangkat segala beban yang selama ini selalu menggumpal di diri gadis itu. Aura ceria yang selalu terpancar dari si adam seakan membuat siapapun ingin masuk ke dalam hidupnya. Ingin mencicip sebuah arti dari kata bebas yang sebenarnya.

Lima detik.

"Orang gila!"

Lantas ucapan Ryujin memenuhi pendengaran Beomgyu. Selebihnya, si gadis bangkit mencengkeram tasnya dan dengan paksa keluar dari lingkup cowok itu.

Di sebuah halte, ia menuruni bus dengan langkah lebar, tak sadar jika orang gila lagi-lagi mengikutinya. Ryujin kesal setengah mati saat mendengar suara ocehan Beomgyu mulai terdengar.

"Ya! Gausah malu, lo gak ngelakuin hal aneh kok pas tidur. Sangat tenang dan..." Sok-sok an Beomgyu menerawang ke angkasa dan menyipitkan mata. Tapi untuk kata selanjutnya malah ia batin saja.

Kedua tangan ia masukkan ke dalam saku celana dan langkah Beomgyu berusaha menyamakan lajunya di belakang Ryujin. Sekalipun gadis itu tak pernah menoleh padanya.

"Oh! Itu jalan ke rumah gue, apa kita tetangga?"

Asumsi lelaki itu pun patah ketika melihat Ryujin menyeberang di sebuah perempatan dan mengambil jalan lain untuk pulang. Saat itu juga Beomgyu berhenti. Ia memandang punggung si gadis yang semakin jauh dari pandangan. Sudut bibirnya mengulas senyum samar.

Gue suka...


──┄ ℬ - ℛ ┄──

Fly, then Comeback to Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang