Chapter 05

65 27 1
                                    

Pagi menempa bumi dengan sinar hangat matahari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi menempa bumi dengan sinar hangat matahari. Kembali pada rutinitas hari, usai bergulat mempersiapkan diri di tempat tinggal, kini Choi Beomgyu menuruni anak tangga di depan bangunan apartemen.

Lompatan kecil sering menjadi variasi langkahnya. Warna yang terulas di wajahnya menggambarkan suasana hati yang 'baik-baik saja', terlepas dari badai yang tiba-tiba menghantam semalam.

Bersiul samar ia memandang angkasa. Senyum pun kembali terlukis di rautnya. Seketika kepalanya menoleh salah satu arah yang ada di perempatan. Sebuah jalan yang kemarin dilewati sesorang yang menarik perhatiannya.

Beomgyu berhenti. Dengan tegap menghadapkan badan ke arah itu. Masih amat yakin bahwa setangkai mawar penuh duri akan muncul dari sana.

Itu pemikiran tujuh menit yang lalu.

Sebab sekarang, ia berulang kali memeriksa jam di ponsel karena khawatir jam kuliahnya akan segera dimulai. Sementara yang ditunggu tak kunjung datang. Memang tak ada perjanjian sih, jadi ya... salahkan saja Choi Beomgyu.

Ketika bus datang, pemuda itu menghembuskan napas berat. Segera saja ia naik bersama beberapa penumpang lainnya. Perjalanan membosankan pun lantas terulang.

— • —

Area kampus dan segala hiruk-pikuknya dipermulaan hari. Beomgyu menjadi salah satu orang yang juga melangkah menuju ruang tujuannya.

Menaiki tangga menuju lantai dua gedung fakultas, niat Beomgyu memang pergi ke kelas aljabar yang terjadwal pagi ini. Baik dosen ataupun mata kuliah semester tiga memang tiada belas kasihan. Beomgyu saja yang masih bisa santai macam di pantai bahkan sedang tergila-gila dengan satu makhluk Tuhan yang rupawan.

"YA!"

Tepat di koridor, Beomgyu mengumandangkan suara lantang tanpa menyebut sesuatu yang ia maksud. Alhasil beberapa mahasiswa yang juga melangkah di sana menoleh padanya. Tidak tau malu memang... malahan suka jadi pusat perhatian.

Usai melihat Beomgyu yang berulah, maka orang-orang memaklumi dan kembali pada kesibukan masing-masing. Kecuali sepasang insan berjarak tiga meter dari hadapan si lelaki Choi itu.

"Ough, masih pagi udah pacaran aja!" celetuk Beomgyu. Ia pun berjalan di tengah mereka, nekat memisahkan Soobin yang tadinya lekat dengan Lia.

"Sirik terus! Makanya cari pacar!"

Selangkah lebih depan, Beomgyu tak peduli dengan gerutuan Soobin yang tertuju padanya. Dalam diam membenarkan 'ya, andai gue punya pacar'. Lantas yang terbayang di otak malah raut dingin perempuan yang gagal ditemuinya hari ini.

Selang beberapa detik tiba-tiba lelaki semampai itu menepuk kedua tangannya sendiri lantas seperti gerak angin ia berputar menghadap dua temannya. Nah... kebiasaannya terulang, berjalan mundur dengan seenaknya tanpa peduli jika menabrak segala hal di belakangnya.

"Gapapa gue gak ketemu tadi, tapi gue ada feeling bakal ketemu hari ini!" ucap Beomgyu dengan balasan tautan alis pada Soobin dan Lia.

"Lo ngomong itu dari kemarin, siapa sih yang lo maksud?" kata Soobin kemudian.

"Ck, itu masalahnya, gue gatau namanya—anjir bener kan kata gue, itu dia!!" Beomgyu menunjuk ke jendela lalu melangkah hingga menempel pada kaca yang cukup luas itu.

Sebab penasaran, Soobin dan kekasihnya juga ikut memeriksa siapa yang dimaksud Choi Beomgyu. Siapa manusia yang membuat kawannya itu berbeda dari biasanya? Siapa gadis yang membuat Beomgyu tertarik setelah sekian tahun tak pernah dekat dengan wanita?

Maka perjalanan ke kelas tertahan oleh satu gadis di bawah sana, di halaman depan usai memasuki gerbang. Perempuan yang sama sekali tak tau jika sedang diperhatikan. Terlihat sibuk memeriksa barang-barang bawaan di tasnya.

"Ryujin?"

"NAMANYA RYUJIN?"

Semua orang juga tau jika Lia yang berceletuk tak jauh dari Beomgyu. Namun, lelaki itu tetap saja berteriak sesuka hati. Maklum, dia sedang terkejut setengah mati karena akhirnya tau nama orang yang sangat ingin ia kenal itu.

Sementara Lia mengusap telinga dan Soobin ikut menggerutu karena orang gila itu. "Ya! Santai aja dong, kasian Lia!" kata Soobin sambil mengarahkan tangan ke dekat telinga pacarnya, takut jika ada suara toa lagi.

"Sorry... Jadi lo kenal dia?" Mengucap maaf singkat, Beomgyu kembali membawa topik pembicaraan seperti awal. Dengan kedua mata berbinar ia menanti jawaban dari Lia.

"Dia temen sekelas gue," balas si gadis Choi itu.

Lagi-lagi Beomgyu menepuk tangannya. Kali ini kedua telapak sudah menyatu di depan dirinya. "Kenalin gue ke dia please. Bujuk dia supaya suka sama gue," ucapnya.

"Lo pikir semudah masak mie? Gue sih yakin dia gabakal suka sama lo..." Soobin membalas diikuti kekehan setelahnya.

Yang dilakukan Beomgyu adalah mendaratkan bogeman pada lengan Choi Soobin. Lalu kembali memberikan puppy eyes pada Lia. "Oke? Lo mau kan bantuin gue?"

Sementara itu, Lia hanya terdiam. Mengulas segala tingkah si gadis Shin bak misteri ketika di kelas. Selalu terdiam, dingin, dan seolah mustahil berteman. Selama ini bahkan Lia sendiri cukup sulit untuk mendekatinya. Kalau begitu bagaimana dia bisa membantu Beomgyu?

──┄ ℬ - ℛ ┄──

Fly, then Comeback to Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang