10. Want to Match

720 23 0
                                    

"Apa Dok? Mandul?" Tanya Haechan sekali lagi, memastikan pendengaran-nya.

Dokter menganggukkan kepala-nya. "Iya, Nyonya Lee mengalami kemandulan." Ujat sang Dokter.

Haechan yang mendengar itu pun langsung menggenggam tangan Renjun, dan mengusap tangan Renjun secara perlahan. Berusaha menenangkan Renjun.

"Tapi kalian tenang saja. Kemandulan Nyonya Lee ini bukan berati tidak bisa hamil. Nyonya Lee masih bisa hamil, tapi kemungkinan-nya hanya 5% dari 100%. Sangat sedikit mungkin. Tapi tidak ada hal yang tidak mungkin bukan? Selagi Nyonya dan Tuan Lee mau mengikuti prosedur kehamilan, kemungkinan kehamilan itu bisa terjadi. Namun balik lagi kepada sang pencipta. Kita memang berusaha sebaik mungkin. Tapi kalau sang pencipta belum kasih? Yang terpenting saat ini adalah usaha dari Nyonya dan Tuan Lee dalam mengikuti program kehamilan. Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil bukan?" Ujar sang Dokter, memberikan pengertian serta penjelasan kepada Renjun, Haechan, dan juga Ten.

"Kenapa anak saya Lee Haechan harus mengikuti program kehamilan?" Tanya Ten penasaran. Bukan-kah hanya Renjun yang tidak subur?

"Ketidak suburan itu bisa menyerang siapapun Nyonya. Kalau misalkan Tuan Lee tidak bisa menjaga pola makan yang akan meningkatkan kesuburan, sehingga kesuburan menjadi terganggu dan terjadinya perubahan, dari yang subur menjadi tidak subur." Jelas sang Dokter.

"Kapan kita bisa memulai program kehamilan-nya Dok?" Tanya Ten.

"Minggu ini juga bisa. Tuan dan Nyonya Lee kan sibuk, nanti kita akan mendiskusikan mengenai jadwal pertemuan program kehamilan. Selain itu, kami juga akan memberikan supelemen untuk kesuburan Tuan dan Nyonya Lee." Ucap sang Dokter.

"Bisakah kami berdiskusi dulu mengenai ini? Aku tidak mungkin mengambil keputusan secara sepihak. Yang hamil, mengandung, maupun melahirkan itu istri-ku. Jadi, aku harus berdiskusi dulu dengan-nya." Pinta Haechan, menatap sang dokter. Tidak memperdulikan tatapan sang Eomma, yang sudah menatap-nya tajam.

"Yak Lee--"

"Tentu saja bisa. Setelah berunding, kalian bisa menghubungi nomor-ku. Karena bagaimana pun juga ini rumah tangga kalian. Kalian sendiri yang menentukan jalan-nya rumah tangga kalian." Ucap sang dokter, lalu memberikan kartu nama-nya kepada Haechan.

Haechan langsung mengambil kartu nama itu. "Terima kasih dokter. Saya akan menghubungi anda, kalau kami sudah sepakat dalam memiliki anak." Ucap Haechan.

"Saya tunggu kabar-nya. Jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan." Ucap sang Dokter, memberikan sedikit nasihat kepada Haechan dan juga Renjun.

"Kalau begitu kami permisi dok. Terima kasih atas pendapat serta nasihat-nya." Ucap Haechan yang pamit keluar dari ruangan dokter.

"Dokter, terima kasih." Sambung Renjun.

Mereka bertiga akhirnya keluar dari ruangan Dokter, dengan Ten yang paling akhir keluar.

"Eomma, Eomma pulang sendiri ya. Haechan dan Renjun ingin berbicara berdua." Pinta Haechan, yang langsung menarik Renjun pergi, meninggalkan Ten sendiri.

"Eomma, Renjun pergi dulu. Hati-hati Eomma!" Ucap Renjun yang terputus karena tarikan Haechan.

Sampai di parkiran rumah sakit, Haechan langsung memasukkan Renjun ke dalam mobil-nya, dan di ikuti dirinya.

"Haechan, sikap kamu tadi tidak sopan." Peringat Renjun.

"Maafkan Eomma-ku ya." Ucap Haechan yang tidak mengidahkan ucapan Renjun.

"Eomma-mu tidak salah Haechan. Apa salah-nya seorang ibu yang menginginkan cucu." Ujar Renjun, memberikan pengertian kepada Haechan.

"Tentu saja dia salah. Tidak seharusnya dia memaksa kita, yang membuat mental-mu menjadi terganggu. Aku tidak mau kau berpikir berlebihan karena masalah ini, dan membuat kesehatan mental-mu terganggu." Ucap Haechan.

"Aku tidak apa-apa. Aku memaklumi Eomma-mu juga kok. Dia seperti itu karena khawatir kepada kita bukan? Kalau tidak melakukan ini, kita tidak tau masalah serta kendala apa yang ada di diri kita. Aku malah berterima kasih kepada Eomma-mu. Dengan adanya pemeriksaan ini, aku jadi tau apa masalah-ku." Ucap Renjun.

"Aku tidak perduli apabila kamu mengalami kemandulan dan tidak bisa hamil. Jadi, jangan pernah berfikiran yang tidak-tidak mengenai masalah ini ya? Apalagi kalau sampai kesehatan fisik serta mental-mu terganggu." Ujar Haechan, memperingati Renjun.

"Tentu saja. Kau tau sendiri bagaimana diri-ku. Aku tidak akan memusingkan masalah ini." Ucap Renjun, yang sudah menampilkan senyuman manis-nya.

"Jangan bilang seperti itu. Setau apapun aku mengenai diri-mu. Tetap saja aku tidak tau diri-mu yang sebenarnya. Yang tau diri-mu hanya-lah diri-mu sendiri. Bahkan terkadang saja aku tidak tau diri-ku sendiri." Ujar Haechan.

"Kalau kau sudah lelah mengenai sikap dan tingkah Eomma-ku? Katakan kepada-ku. Kita akan pindah jauh dari orang tua-ku." Sambung Haechan memperingati.

***

*tok tok tok* ketukan pintu rumah Haechan, sukses membuat Renjun dan Haechan yang sedang cuddle di kamar pun terganggu.

"Aish! Siapa lagi sih?!" Sarkas Haechan yang sudah sangat kesal. Padahal sedikit lagi ia bisa membobol penuh pertahanan Renjun, yang sempat menolak-nya.

Sementara Renjun terkekeh, begitu melihat Haechan yang sedang misuh-misuh, namun tetap jalan keluar kamar, menuju pintu utama rumah mereka.

Dengan perasaan kesal, Haechan mulai membuka pintu utama, untuk melihat orang gila mana yang datang ke rumah mereka malam-malam seperti ini.

Ah, sebenarnya tidak malam. Baru pukul 7 malam, tapi tetap saja Haechan kesal! Acara naena-nya terganggu karena kedatangan orang ini.

"Yak! Ada apa kalian--- Eomma?" Protesan Haechan tertahan begitu saja, ketika melihat Eomma-nya yang sudah ada di depan pintu rumah mereka.

"Eomma, dia siapa?" Tanya Haechan, seraya menatap seorang wanita yang ada di belakang Eomma-nya.

Bukan-nya menjawab, Ten malah menyelonong masuk ke dalam rumah milik Haechan dan Renjun, seraya menarik perempuan yang ia bawa.

Ten langsung mendudukkan perempuan yang ia bawa, di samping diri-nya yang sudah lebih dulu duduk.

"Yak Eomma! Ngapain Eomma ke sini? Dan siapa wanita ini? Eomma tau, kedatangan Eomma secara tiba-tiba seperti ini, sangat menganggu kegiatan-ku dengan Renjun yang sedang ingin enak-enak!" Protes Haechan kesal akan tingkah Eomma-nya yang suka semena-mena.

Bukan-nya membalas protesan Haechan, Ten malah bertanya kepada Haechan. "Di mana Renjun?" Tanya Ten, yang mata-nya sudah menelusuri sekitar.

"Renjun ada di kamar! Untuk apa Eomma mencari dia? Eomma ingin mengatakan apalagi kepada-nya? Katakan saja kepada diri-ku!" Ucap Haechan, menatap Ten penuh selidik.

"Eomma ingin berbicara kepada kalian berdua. Jadi, Eomma membutuhkan Renjun di sini." Ucap Ten.

Baru saja Haechan ingin memprotes, suara Renjun sudah mengintrupsi diri-nya. "Siapa-- loh Eomma?" Ucap Renjun yang terkejut akan kedatangan Ten.

Renjun langsung saja menghampiri Ten, dan menyapa Ten.

"Eomma ingin minum apa? Renjun akan mengambil minum untuk Eomma dan tamu Eomma." Ucap Renjun, seraya menatap wanita yang ada di samping Ten.

"Tidak perlu. Eomma ingin bicara hal penting kepada kalian. Jadi, duduk-lah." Titah Ten.

Renjun dan Haechan mengerutkan dahi-nya heran. Namun ia tetap menuruti perintah Ten.

"Cepat katakan dan pergi dari rumah Haechan!" Ucap Haechan to the point. Menatap Ten dan wanita yang ada di samping Ten dengan tatapan tidak suka.

"Maksud dan kedatangan Eomma di sini adalah, Eomma ingin menjodohkan Haechan dengan Wooyoung."

AFTER WEDDING_HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang