3. I Purposely

419 26 0
                                    

"Haechaniee." Satu kata yang keluar dari mulut Ten, sukses membuat Haechan menghentikan kegiatan-nya yang sedang memeriksa rekapan data yang di kirim sekertarisnya tadi.

"Ada apa lagi Eomma?!" Tanya Haechan jengah atas kedatangan Ten ke dalam ruangan-nya sebanyak dua kali.

Siapa sih yang mengizinkan Ten untuk main masuk ke dalam ruangan-nya?! Padahal Haechan sudah melarang semua orang, agar Ten tidak masuk ke dalam ruangan-nya.

Sungguh! Kedatangan Ten kemari hanya untuk membuat Haechan makin pusing.

"Bisakah Eomma meminta waktu-mu sebentar?" Tanya Ten, memandang sang anak yang tengah duduk di bangku kebesarannya saat ini.

"Bukan-kah Eomma tengah menyita waktu-ku saat ini? Jadi, cepat katakan apa yang Eomma inginkan?!" Ujar Haechan yang langsung ke inti, tanpa ada-nya basa-basi lagi.

Terserah kalian mau menganggap Haechan durhaka kepada orang tua-nya atau tidak! Yang jelas, Haechan tidak menyukai sang Eomma!

Bukan tanpa alasan Haechan tidak menyukai sang Eomma! Haechan benar-benar tidak menyukai sang Eomma, karena sang Eomma terlalu ikut campur ke dalam permasalahan keluarga-nya, dan sering menuntut Renjun untuk ini itu.

Sering menuntut Haechan dan Renjun untuk memberikan dia seorang cucu. Sering menuntut Renjun untuk mengandung.

Padahal kan itu tubuh-nya Renjun! Renjun yang dapat menentukan apakah ia ingin mengandung apa tidak?! Tapi kenapa Eomma-nya yang sangat memaksa sih!

"Eomma ingin kau pergi ke restaurant ini setelah menyelesaikan semua pekerjaan-mu." Pinta Ten, seraya memberikan kartu nama restaurant kepada Haechan.

"Kali ini apalagi Eomma? Apa yang Eomma rencana-kan kali ini?" Tanya Haechan, menatap kartu nama pemberian Ten, dan juga menatap Ten secara bergantian.

"Tidak ada. Eomma hanya ingin kau datang ke sana." Ujar Ten, yang tidak berkata jujur kepada Haechan.

"Kali ini wanita mana lagi?" Tanya Haechan.

Haechan tau apa yang akan Eomma-nya lakukan. Eomma-nya tidak akan menyerah untuk menjodohkan Haechan, dengan banyak-nya wanita. Wanita yang bisa menghasilkan cucu untuk sang Eomma, daripada Renjun.

Tapi Haechan tetap saja hanya menginginkan Renjun, tidak orang lain. Tidak perduli apakah Renjun bisa mengandung atau tidak.

"Tidak. Tidak ada wanita lain." Ujar Ten, yang masih berbohong kepada Haechan.

Haechan menghembuskan nafas-nya kasar, seraya memutarkan kedua bola mata-nya jengah. "Bicara yang sebenarnya kepada diri-ku, atau aku tidak akan datang ke tempat ini!" Ancam Haechan, agar Ten berkata yang sejujur-nya.

Ten menghela nafas-nya pasrah, dan mulai berkata jujur kepada Haechan. "Wooyoung? Teman kecil-mu. Saat ini dia tengah menunggu-mu di sana." Tanya Ten.

"Oh Tuhan! Aku mana ingat teman masa kecil-ku. Masa-masa yang aku ingat, hanya masa aku bersama dengan Renjun." Ujar Haechan, yang sukses membuat Ten memutarkan kedua bola mata-nya jengah.

"Ya pokok-nya dia tengah menunggu-mu di sana. Eomma harap kamu menemui-nya." Ujar Ten.

"Tidak akan Eomma! Haechan tidak akan pernah mau menemui semua gadis yang Eomma inginkan!" Final Haechan.

"Lee Haechan!" Tegur Ten memperingati Haechan.

"Apa sih Eomma?! Jangan pernah ikut campur ke dalam masalah rumah tangga aku dan Renjun! Biarkan saja Renjun hamil atau tidak! Appa saja tidak pernah memaksa Eomma untuk mengandung! Apakah Eomma mengandung, setelah Eomma dan Appa menikah? Eomma tidak mengandung anak sama sekali bukan? Hendery hasil dari anak Eomma dan suami Eomma yang dulu! Sedangkan aku? Aku hasil dari anak Appa dan istri Appa dahulu! Apakah Appa pernah menuntut Eomma untuk segera mengandung?!" Ucap Haechan.

"Lee Haechan!" Peringat Ten, yang saat ini sudah meninggikan suara-nya. Tanda ia sudah sangat marah, dan Haechan sudah sangat kelewatan.

"Cukup Eomma! Jangan pernah Eomma ada niatan untuk menjodohkan aku dengan wanita lain, hanya karena Renjun tidak bisa mengandung! Kalau Eomma menginginkan cucu dari alu dan Renjun? Eomma harus bisa memberikan aku adik, hasil dari pernikahan Eomma dan Appa!" Final Haechan, menatap Ten penuh peringatan.

"Yak! Bagaimana bisa kau--"

"Tentu saja bisa! Jangan terus-terusan menuntut seorang anak agar sempurna! Kalau Eomma saja bisa menuntut-ku menjadi anak yang sempurna? Kenapa aku tidak bisa menuntut Eomma untuk jadi yang sempurna?!" Balas Haechan, memotong perkataan Ten.

"Yak! Kau--"

"Yangyang, tolong panggilkan penjaga, dan bawa Eomma-ku keluar!" Pinta Haechan melalui sambungan telepon.

"Yak! Kau mengusir Eomma-mu sendiri?!" Ucap Ten, memandang Haechan dengan tatapan tidak percaya.

"Tentu saja! Eomma tidak akan berhenti sebelum aku usir bukan?!" Ucap Haechan.

Baru saja Ten ingin membalas ucapan Haechan, dua penjaga masuk ke dalam ruangan-nya, dan membawa Ten pergi dari ruangan Haechan.

Haechan tidak mengubris semua ucapan yang Ten lontarkan. Ia lebih memilih untuk merobek kartu nama restaurant yang Ten berikan, dan melanjutkan kembali pekerjaan-nya yang sempat tertunda karena Ten.

Sedangkan di lain sisi, Renjun baru saja menyelesaikan design-nya yang entah sudah berapa kali ia buat.

Senyuman terukir di wajah-nya, begitu melihat design yang terpampang di hadapan-nya.

*tok tok tok* suara ketukan pintu ruangan menyadarkan Renjun.

"Masuk." Titah Renjun, menyuruh orang yang berada di luar ruangan-nya masuk.

Begitu mendengar perintah masuk, orang yang ada di luar ruangan Renjun pun masuk.

"Selamat malam Daepyonim, ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda." Ujar Ningning, sekertaris Renjun.

"Siapa Ning?" Tanya Renjun, yang tidak tau siapa dia. Padahal Renjun tidak membuat janji temu dengan seseorang.

"Saya juga tidak tau daepyonim. Dia tidak mau memberikan nama-nya. Dia hanya ingin bertemu dengan anda." Jelas Ningning.

"Baiklah. Suruh dia tunggu sebentar. Terima kasih Ningning." Ujar Renjun.

Ningning pun mengangguk mengerti, dan keluar dari ruangan Renjun.

Renjun langsung membereskan semua design-nya, dan segera bergegas menemui orang yang ingin bertemu dengan diri-nya.

Melangkahkan kaki-nya keluar ruangan, sampai akhirnya ia tiba di hadapan orang itu.

"Hrvy?" Tegur Renjun, kepada orang yang saat ini tengah menundukkan wajah-nya.

Mendengar nama-nya di panggil, Hrvy pun mulai mengangkat wajah-nya yang tertunduk.

"Renjun-ah!" Seru Hrvy dan mulai memeluk Renjun.

Renjun terkejut bukan main. Ia diam sejenak, sebelum akhirnya ia sadar dan segera melepaskan pelukkan Hrvy.

"Renjun-ah! Apa kabar-mu? Apakah kau baik-baik saja? Aku merindukan-mu!" Ujar Hrvy yang sangat antusias, begitu pelukkan-nya terlepas.

"Aku baik-baik saja. Bagaimana dengan diri-mu? Apakah kau baik-baik saja? Kenapa tidak mengabari-ku sebelum-nya?" Tanya Renjun yang masih mencoba untuk menyesuaikan diri dengan Hrvy.

"Aku baik-baik saja! Aku sengaja tidak memberi tau-mu, untuk memberikan kejutan untuk-mu!"

AFTER WEDDING_HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang