4. The Last Time

354 30 0
                                    

"Jadi, bagaimana dengan kerjasama kita?" Tanya Hrvy, setelah mengobrol tentang keadaan satu sama lain.

"Aku tidak bisa menjalin kerjasama dengan-mu." Ujar Renjun, membatalkan kerjasama yang akan  mereka jalin.

Hrvy terkejut bukan main karena penturan Renjun. Bagaimana tidak terkejut kalau Renjun tiba-tiba membatalkan perjanjian-nya, padahal sebelum-nya dia sangat setuju.

"Loh kenapa?" Tanys Hrvy penasaran. Apakah dia membuat kesalahan, sehingga Renjun membatalkan kerjasama-nya.

"Haechan tidak setuju aku menjalin kerjasama dengan-mu." Jawab Renjun dengan jujur dan apa adanya.

"Haechan, suami-mu?" Tanya Hrvy sekali lagi,.memastikan Renjun, yang di balas anggukkan kepala oleh Renjun.

"Iya, suami-ku. Dia tidak setuju kalau aku menjalin kerjasama dengan-mu." Jawab Renjun.

"Kenapa? Apakah aku membuat kesalahan?" Pertanyaan polos yang di lontarkan Hrvy, membuat Renjun terkekeh.

"Tidak, tentu saja kau tidak membuat kesalahan. Dia hanya tidak suka jika aku dekat dengan-mu. Dengan kata lain, dia cemburu dengan-mu." Jawab Renjun, memberikan penjelasan kepada Hrvy.

"Cemburu? Tapikan kita tidak mempunyai hubungan apapun." Ujar Hrvy, yang masih tidak percaya dengan penturan Renjun.

"Aku juga berfikiran seperti itu. Tapi ternyata beda apa yang Haechan pikirkan. Jadi, daripada aku harus beragumentasi yang nanti-nya memancing pertengkaran di antara kami, lebih baik aku membatalkan kerjasama-nya." Ujar Renjun.

"Jadi, sekali lagi maafkan aku. Maafkan karena aku tidak bersikap profesional, yang mencampurkan masalah pribadi, ke masalah pekerjaan." Ujar Renjun.

Ya, Renjun tidak mau mengabaikan perintah Haechan yang menyuruh-nya untuk membatalkan kerjasama antara diri-nya dan Hrvy.

Daripada kehilangan Haechan yang notaben-nya partner hidup-nya, lebih baik dia kehilangan Hrvy yang hanya partner kerja-nya. Partner kerja bisa di cari, sedangkan partner hidup tidak.

Baru saja Hrvy ingin membalas ucapan Renjun, suara klakson mobil mengurungkan niat-nya.

"Hrvy, tunggu sebentar ya. Aku ingin melihat siapa itu. Seperti-nya itu suami-ku." Pinta Renjun, yang langsung beranjak dari duduk-nya, dan segera menghampiri Haechan.

Dan benar saja dugaan-nya. Suara klakson mobil itu berasal dari klakson mobil Haechan.

Terlihat ketika dia sudah ada di luar butik-nya, Haechan sudah ada di luar mobil-nya, dengan keadaan menyender di pintu mobil-nya.

Renjun langsung saja menghampiri Haechan. Haechan yang tidak menyia-nyiakan kesempatan, langsung mengambil kecupan singkat di bibir Renjun.

"Chaniee, kita masih ada di butik-ku." Peringat Renjun kepada Haechan yang tiba-tiba mencium bibir-nya.

"Biarkan saja. Biar semua orang tau kalau kau itu kekasih-ku." Ucap Haechan.

"Oh iya Haechan, ada Hrvy di butik-ku. Kau ingin menemui dia atau tidak?" Tanya Renjun, yang ingat akan adanya Hrvy.

"Hrvy? Bule itu ada di sini? Untuk apa? Kau tidak menjalin kerjasama dengan-nya kan?" Tanya Haechan, menatap Renjun penuh selidik.

"Tentu saja tidak. Kau melarang-ku bukan? Dia ke sini hanya ingin melihat keadaan-ku, menanyakan kabar-ku, serta kerjasama. Tapi aku sudah bilang kalau aku membatalkan-nya kok. Kau bisa tanya langsung kepada Hrvy kalau tidak percaya." Ucap Renjun, menjelaskan semua-nya kepada Haechan, sang suami-nya. Sebelum suami-nya merajuk atau salah paham.

"Aku percaya sama kamu kok sayang. Ya sudah, ayo kita temui Hrvy." Final Haechan.

Baru saja Haechan dan Renjun ingin melangkahkan kaki-nya masuk ke dalam butik Renjun. Hrvy sudah lebih dulu keluar dari butik Renjun.

'Aish! Kenapa dia nambah putih dan nambah tinggi sih?!' Racau Haechan, begitu melihat Hrvy.

Haechan langsung mengingat kriteria pria idaman Renjun. Tipe pria idaman Renjun persis seperti Hrvy. Tinggi, putih, dan jago bermain basket.

Rasa waspada pun menghantui Haechan. Haechan takut akan kehilangan Renjun, begitu melihat Hrvy.

Tanpa sadar, Haechan sudah merangkul pinggang Renjun, seakan tidak ingin melepaskan Renjun, karena takut Renjun di ambil.

Renjun yang merasakan rangkulan di pinggang-nya semakin mengeras pun hanya tersenyum. Ia tau, suami-nya saat ini sedang cemburu kepada Hrvy.

Namun gengsi Haechan yang sangat tinggi, dan anti mengakui-nya secara langsung, sukses membuat Renjun tersenyum. Tidak! Renjun tidak terkekeh! Ia takut Haechan salah tingkah dan malu.

"Hrvy, kenalin ini suami-ku Haechan. Haechan, ini Hrvy, teman sekolah kita dulu. Anak pindahan dari Britania Raya." Ucap Renjun, memperkenalkan Haechan dan Hrvy secara bergantian.

"Hai Haechan. Ini aku Hrvy." Ucap Hrvy, memberikan tangan-nya untuk di jabat Haechan.

Haechan langsung melepaskan tangan-nya, dan menjabat tangan Hrvy. "Hai Hrvy. Saya Haechan, suami-nya Huang Renjun, yang kini sudah berganti marga-nya menjadi Lee Renjun." Ucap Haechan, menekan marga Renjun.

"Sepertinya kita harus berbicara di dalam." Ujar Renjun, mencairkan suasana yang sangat dingin.

"Ah Renjun, sepertinya aku tidak bisa berbicara saat ini. Ada yang harus aku urus. Sepertinya lain kali aku akan kembali ke sini lagi." Ucap Hrvy, menolak ajakkan Renjun.

Haechan yang mendengar-nya pun tidak tinggal diam. Ia langsung membuka suara-nya.

"Tidak ada lain kali. Aku tidak mengizinkan kau menemui istri-ku lagi." Ucap Haechan, yang sukses membuat langkah Hrvy terhenti.

"Loh, kenapa emang-nya? Aku hanya ingin bertemu dengan Renjun yang notaben-nya teman-ku." Ucap Hrvy, yang menolak larangan Haechan akan dirinya yang tidak boleh menemui Renjun.

"Istri-ku tidak membutuhkan teman. Yang ia butuhkan hanya-lah diri-ku. Kau hanya teman-nya sewaktu Renjun sekolah dan belum mempunyai seorang suami. Tapi keadaan-nya berbeda sekarang. Aku? Suami-nya Renjun, tidak suka melihat kau berdekatan dengan istri-ku." Ujar Haechan, seraya menekan kata penting, agar Hrvy mendengar diri-nya.

"Yak! Aku--" Ucapan Hrvy terpotong karena Renjun yang sudah lebih dulu mengintrupsi-nya.

"Hrvy." Tegur Renjun, yang sukses membuat Hrvy terdiam.

"Hrvy-ah. Maafkan aku. Sepertinya ini terkahir kali-nya kita bertemu. Suami-ku tidak suka aku berdekatan dengan diri-mu. Jadi, maafkan aku karena tidak bisa menjadi teman-mu lagi. Aku tidak ingin membuat suami-ku salah paham akan pertemanan kita. Jadi, sekali lagi maafkan aku." Sambung Renjun, memberikan pengertian kepada Hrvy.

Hrvy terdiam, mencoba mendengarkan dan meresapi semua perkataan Renjun. "Baiklah, aku mengerti. Maafkan aku kalau sudah mengganggu ketenangan keluarga kalian. Renjuniee dan Haechaniee? Kalau kalian ingin meminta bantuan? Kalian bisa katakan kepada-ku. Aku tetap akan menganggap kalian sebagai teman-ku." Ucap Hrvy, lalu masuk ke dalam mobil-nya, dan menjalankan mobil-nya pergi dari area butik Renjun.

"Sudah bukan? Lebih baik kita kembali ke rumah. Kau lelah bukan?"

AFTER WEDDING_HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang