prolog

10.6K 723 15
                                    

Malam ini langit terlihat cerah, bulan bersinar terang, bintang bertaburan memenuhi langit. Suasana terasa damai ditemani angin malam yang sedikit sejuk, sosok cantik bersurai hitam panjang berbaring di sopa dengan kedua tangan terangkat memegang buku novel yang baru dia beli tadi siang

"Mati aja lo delusa, mati sonooo... "

"Ihh kesel anjirr. . "

"Gue bunuh juga lo delusa. . "

"Seandainya lo nyata udah gue colok bola mata lo terus tubuh lo gue mutilasi dan gue bakal kasih deh ke mion. . "

"HUAAA PAPI PENGEN BUNUH DELUSA "gadis itu berteriak disertai rengekannya yang memaki-maki tokoh figura yang sangat jahat menurutnya.

Dia memukul-mukul novelnya dengan geram sampai buku cerita itu jatuh ke lantai balkon kamarnya.

Gadis itu hendak membungkuk mengambil novel yang jatuh tadi namun badannya kembali tegak saat ponsel miliknya tiba-tiba berbunyi.

" Omg gue lupa. . " pekik gadis itu yang langsung menepuk jidatnya saat melihat nama yang tertera pada layar ponselnya, dia buru-buru mengeser tombol hijau.

"Lulisya kamu dimana?"

"Aduuh pi maaf lulisya lupa, lulisya masih dirumah "

"Astagaa lulisya " Terdengar helaan nafas disebrang sana.

" Sudahlah, kamu cepat kemari! papi tunggu "

"Oke, oke pi " Gadis itu lulisya, dia segera menutup telponnya dan berlari masuk ke kamarnya, mengambil kunci mobil. lulisya pun bergegas turun kebawah.

Lulisya menghentikan mobilnya di depan gedung perkantoran yang menjulang tinggi kelangit, dia turun dari mobil dan berjalan cepat masuk kedalam kantor papinya itu.

"Ck siapa sih yang pake. . " Kesal lulisya saat melihat lift khusus direktur milik papinya yang tengah naik ke lantai atas.

"Udahlah, gue terpaksa pake lift pegawai deh, huh.. Untung sepi"monoloh lulisya sambil menghembuskan nafas leganya, dia pun masuk kedalam lift pegawai itu dan menekan lantai dimana ruangan papinya berada.

Lulisya bersenandung kecil sambil memutar-mutar ponsel ditangannya, dia merasakan liftnya berhenti dan mendongakan kepalanya unuk melihat tliftnya yang ternyata benar-benar berhenti di lantai enam puluh. sepuluh lantai lagi sebelum sampai dilantai dimana ruangan papinya berada.

Menunggu sesaat, kening lulisya tiba-tiba berkerut saat mendapati pintu liftnya yang tidak kunjung terbuka juga. Dia kira tadi akan ada yang masuk dari luar namun nyatanya tidak ada "woy, ini liftnya kenapa sih. masak rusak" Dumelnya namun tidak menapik jika dadanya sudah berdebar kencang karena panik.

Brakkk. .

Mata lulisya melotot sempurna, badannya seketika kaku. tangannya pun bergerak cepat untuk berpegangan pada dinding lift.

"papi, papi. . " Lulisya ketakutan, badannya tegang dengan tangan yang bergerak gemetar dan dia terlihat berusaha menyalakan ponselnya sambil terus memanggil papinya.

Brakkkk. . .

"Aaawhhh. . "

Lulisya mengadu sambil memegang kepalanya yang terbentur dinding lift, dia berusaha tenang namun sia-sia saja "apa gue bakal mati? Gak, hiks. Gue enggak mau mati " isak Lulisya menggelengkan kepalanya.

"gue gak mau mati " Tegasnya penuh tekad dan dia pun berusaha membungkuk untuk meraih ponselnya yang tadi terjatuh dari gengamannya

BRAAAKKKK. .

"AAAWWW, SIALAN ABIS JUGA PALAK GUE KALO GINI TERUS " umpatnya geram namun rasa takut terus menggerayangi hatinya.

"Huaaa gue gak mau mati " tangis sedih lulisya, dia duduk dan merangkak untuk berusaha meraih ponselnya lagi namun tiba-tiba lift kembali turun dengan cepat kebawah.

Bad Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang