13 -kemajuan

36 3 0
                                    

Hayy, balik lagi-!

Jangan lupa vote dan banjirin kolom komentar dengan komen" kalian yaa-!

Happy reading♡

*

*

*

*

*

Suara deruman motor terdengar dari halaman depan rumah minimalis itu. Bima membuka helmnya lalu menenteng sebuah plastik besar di tangannya.

"Assalamu'alaikum!" Seru lelaki itu ketika sudah memasuki rumahnya.

"wa'alaikumussalam" yang menghampiri adalah Aurora, baru saja adiknya itu menapaki kaki di kediamannya, perempuan itu langsung saja merebut plastik yang ada di tangan Bima.

"Di sambut dulu kali adeknya pulang" cibir Bima.

"Ha? oh, iya iya, selamat datang" Aurora yang daritadi sibuk mencari sesuatu di plastik beralih menepuk bahu Bima beberapa kali tanpa memandang cowok tersebut.

"Lho Bim? ini kerupuk udangnya mana? makan nasi goreng tug nggak lengkap kalo nggak pake kerupuk" protes Aurora saat menyadari bahwa barang yang dia cari tidak ada.

"Udah abis"

"Kerupuk yang lain?"

"Abis juga"

"Kerupuknya yang udah abis atau lo yang lupa beli?"

"Gue yang lupa beli"

Tolol, makinya geram pada sang adik.

"Lo udah dua tahun tinggal di prancis, masih melokal aja selera lo," cowok itu beralih ke ruang keluarga, lalu menyalami ayahnya yang baru saja turun dari tangga sambil mengancing baju kokonya, dengan peci yang sudah terpasang di kepalanya.

"Yeeuu lo ogeb! gue gini gini masih orang Indonesia, sampe ujung belahan dunia sana, makanan disini yang juara kemana mana," Aurora berkata heboh sambil menyalin semua nasi goreng itu ke piring, lalu menutupnya dengan tudung saji, mereka akan makan setelah shalat maghrib nanti.

"Apa sih, udah mau maghrib masih berantem aja" sang bunda datang dari pintu belakang saat mendengar percekcokan adik kakak ini.

"Kita nggak berantem kok, bun" sanggah Aurora.

"Nggak apanya, kamu sampe teriak teriak gitu, kak"

Aurora hanya membalas dengan cengirannya.

"Kamu juga dek, bukannya langsung mandi malah nyantai di sana!"

Bima yang sedang terduduk lelah di sofa langsung cemberut, "adek kan baru pulang bun, masih capek" rengeknya memelas.

"EKHEM!"

Deheman keras itu sukses membuat Bima merinding dan langsung ngacir ke lantai atas sambil menenteng tasnya itu.

Padahal ayahnya hanya berdehem, tapi entah kenapa, itu menjadi kode keras untuk Bima bahwa dirinya sedang terancam.

Lebih baik lari sebelum membangungkan singa lapar.

Lebih baik lari sebelum membangungkan singa lapar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BIMASAKTI DAN RATUNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang