15 -meledak

47 3 0
                                    

Hayy, balik lagi-!

Jangan lupa vote dan banjirin kolom komentar dengan komen" kalian yaa-!

Happy reading♡

*

*

*

*

*

"Apa?"

"Lo tuli? Gue bilang-"

"Udah tau masih adek kelas, belagu banget lo. Lemah." jelasnya dengan menekan akhir katanya.

BUGH

"BIMA!!"

Kakak kelas itu tersungkur jauh kebelakang, bahkan temannya yang menahan pun ikut terjatuh, dirinya meringis keras sambil memegang dagunya yang mati rasa.

"Tolong mulutnya dijaga. meremehkan lawan bahkan sebelum melihat kemampuan lawannya itu-"

"Akan menjadi yang paling keras menangis di akhir!" desisnya tajam sambil menatap yang dipukulnya tadi dingin. Benar-benar dingin.

Kakak kelas itu seketika bergidik ngeri. Entah kenapa tiba-tiba nyalinya menjadi ciut, dadanya bergemuruh kencang.

Dia menyeka darah di ujung bibirnya, "segitu doang?!" Remehnya lagi. Kali ini dengan nada yang dia buat seangkuh mungkin, menahan suara gemetarnya.

Bima geram. Mukanya memerah, tatapannya menggelap, urat-urat tangan dan lehernya terlihat jelas. Dirinya ingin mendekati kakak kelas itu, tapi berhenti saat merasakan tangannya ditahan oleh seseorang.

"BIMA!!" Panggil Elara sambil mencengkram tangan besar Bima.

Bima masih belum sadar, dirinya masih tersulut emosi. Dia ingin menepis tangan Elara tapi tak bisa karena gadis itu beralih memeluk tangannya

"BIMA SADAR! JANGAN GINI! DIA CUMA MAU MANCING LO!"

Bima benar-benar sudah dikuasai oleh emosinya, bahkan Elara sampai terdorong kebelakang karena menepis kuat pelukan ditangannya.

Elara tak ada pilihan lain, dia tidak ingin Bima terkena masalah karena berani berkelahi dengan kakak kelas. Dia memantapkan hatinya dan beralih memeluk cowok itu kuat dari belakang.

"BIMA UDAH!!"

Sempat memberontak. namun saat gadis itu berteriak lagi, dirinya tertegun.

"Udah Bim.., lo jangan kepancing ya sama hinaan murahan itu, lo nggak lemah, gue tau itu. Tolong berhenti ya, gue nggak apa-apa.., jangan marah lagi. udah cukup.." ucap gadis itu menenangkan dengan suara lirih, entahlah, hatinya yang menuntut untuk melakukan ini pada Bima.

Bima melembut, Menatap tangan gadis itu yang gemetar bertengger di perutnya.

Tangan besar Bima beralih menggenggam tangan putih yang telapaknya sedikit kasar itu, karena terlalu sering memukul bola.

Napasnya yang awalnya memburu sekarang sudah tenang, gurat emosi di wajahnya seketika tergantikan dengan tatapan sayu. Perlahan dia berbalik, menatap manik indah itu yang sedikit berair. Dia tidak sadar tadi sempat berlaku kasar kepada Elara, raut menyesal benar-benar ketara di wajahnya.

"Hei.." Elara memanggilnya lembut, mengusap lalu menyisir rambut legam laki-laki di depannya ini. Bima menikmatinya, sangat.

"Udah tenang?" Tanya nya memastikan, Bima mengangguk, Elara hanya tersenyum tipis melihat lelaki di depannya ini sudah jinak. dia tidak menyangka Bima bisa semengerikan itu ketika sedang emosi.

BIMASAKTI DAN RATUNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang