Part 5

37 5 0
                                        

Hera Russell menjalani hidupnya bagai naik roller coaster. Marie Russell melahirkan seorang bayi perempuan cantik di usianya yang masih belia. Seorang diri ia harus menjalani persalinan, tanpa seorang suami. Mark Russell meninggalkan istrinya yang sedang hamil tua demi wanita yang ia temui di bar. Marie tidak pernah menikah kembali dan tidak perceraian secara resmi. Ia membesarkan anaknya seorang sendiri. Elena Russell tumbuh menjadi gadis yang mandiri tapi rapuh.

Elena rindu sosok ayah yang tidak pernah ia temui sejak lahir. Ia mencari kasih sayang seorang ayah dari satu pria ke pria lainnya. Hingga suatu waktu ia melahirkan Hera, bayi perempuan cantik yang tidak tahu siapa ayahnya. Elena tidak siap, ia tidak pernah membayangkan akan memiliki seorang anak di saat hidupnya sendiri berantakan. Namun ia tidak bisa membunuh darah dagingnya sendiri.

Hera kecil tumbuh dengan berpindah-pindah. Ketika ibunya sedang dimabuk asmara Hera tinggal bersama Marie. Enam bulan, hubungan paling lama yang berhasil Elena pertahankan. Berakhirnya hubungan Elena dengan seorang pria, tanda bahwa Hera harus kembali tinggal bersama ibunya. Adakalanya beberapa pria mengajaknya untuk tinggal bersama sang ibu, saat itulah Hera merasakan bagaimana mempunyai seorang ayah. Tapi tentu saja tidak bertahan lama.

Hera menikmati sore, segelas cokelat panas ia genggam dengan kedua tangan. Tumpukan salju sudah sepenuhnya mencair dan hilang, meninggalkan udara dingin beberapa celcius di atas nol. Udara dingin tidak menghalangi Hera bersantai di beranda. Ia mengamati jalanan di bawah gedung. Orang-orang bergegas, berjalan terburu-buru mendekap erat mantelnya. Mobil berjajar mengantre, menunggu aba-aba untuk melewati persimpangan. Hera meneguk cokelat panasnya, menjalarkan rasa hangat ke tubuh.

"Hei, ... kau masih di sini. Bukannya kau akan pergi?" Ladon menyapa di depan pintu beranda yang terbuka.

Hera mengecek ponsel, melihat pesan.

"I gotta go." Hera meninggalkan kursi santai melewati Ladon terburu-buru.

Hera meletakkan gelas kosongnya di wastafel, berlari kecil ke kamar berganti pakaian secepat mungkin. Tidak sampai lima menit ia sudah keluar, menghampiri Ladon yang sejak tadi duduk di sofa melihat gerak gerik Hera.

"Nanti aku cuci gelasnya kau juga akan pergi bukan, aku pergi," pamit Hera, mengecup singkat pipi Ladon.

"Have a good time."

Kesepakatan memang tidak terucap secara gamblang. Hera dan Ladon kembali menjalani rutinitas seperti biasa. Mereka masih dalam hubungan istimewa, friend with benefit. Ladon memilih mundur dari keinginannya. Selama Hera di sisinya itu sudah amat sangat cukup. Perkara Hera ingin bebas, Ladon tidak masalah. Seperti hari ini Ladon hanya bisa melihat kepergian Hera untuk 'berkencan' dengan pria lain.

"Rosalie, ada waktu untuk bertemu?" Ladon berbicara dengan ponselnya.

"Mau bertemu sekarang?"

"Kita bisa makan malam di restoranku kalau kau bisa."

"Sure. Sampai bertemu setengah jam lagi."

***

Rosalie tertawa tanpa henti. Lelucon yang diceritakan Ladon menggelitik kotak ketawanya. Ladon memiliki beberapa pengalaman memalukan selama masa kuliah. Ia berbagi satu dua pengalaman itu pada Rosalie, dan hasilnya perempuan berambut pirang itu tertawa sampai memegangi perutnya. Rosalie menghapus air mata di sudut matanya, berusaha menghentikan ketawa.

"Kenapa kau bisa sebodoh itu Ladon. Kukira hal itu hanya ada di film-film komedi. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika aku melihatnya secara langsung. Pasti aku akan tertawa sampai menangis. Ha ... Ha ... Ha ... Ha ...," Rosalie kembali tertawa membayangkan seperti apa kejadian tersebut.

Don't....! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang