Part 4

42 7 0
                                    

Langit biru perlahan berubah menjadi semakin gelap. Semburat kemerahan muncul di tepi langit. Gumpalan awan membentuk pola abstrak yang indah. Sang pemilik cahaya perlahan turun kembali ke tempat peristirahatannya. Membawa kehangatan bersamanya, mendatangkan dingin.

Kelap kelip bohlam bak kunang-kunang mengitari sisi besi di sepanjang jalan. Derum suara mesin berpadu indah bersama suara riak air terbelah. Tak urung denting bel sesekali menambah keragaman suara. Derit pelan kayu terdengar samar diantara mereka, bahkan terkalahkan oleh suara obrolan.

Ladon memasukkan kedua tangannya ke dalam saku mantel, merekatkannya menjadi satu menghalau udara dingin masuk. Berjalan beriringan diantara beberapa orang yang melintas. Suhu sudah mulai naik, namun masih terlalu dingin bagi sebagian orang untuk berjalan-jalan di malam hari.

"Sebaiknya kita kembali saja dan minum kopi panas di kafe, disini masih terlalu dingin," tawar Ladon pada lawan bicaranya.

"No, it's akay. Malam ini sudah lebih hangat, mungkin beberapa minggu lagi sudah masuk musim semi. Di sini indah sekali," tolak Rosalie.

Mereka sudah setengah jalan menyusuri Brooklyn Brigde, jembatan yang menjadi ikonik kota New York. Jembatan ini selalu dipenuhi oleh turis, kecuali di musim dingin seperti saat ini hanya ada beberapa orang yang rela kedinginan untuk melihat betapa indahnya jembatan tua yang sudah dibangun puluhan tahun lalu ini. Rosalie menghentikan langkahnya, menghadap ke sisi jembatan, melihat kapal-kapal wisata yang sudah mulai beroperasi. Ladon mengikuti apa yang dilakukan Rosalie, berdiri di sampingnya.

"Jadi apa alasanmu mengajakku kemari?" tanya Rosalie heran ketika Ladon mengajaknya berjalan-jalan di musim dingin.

"Internet," jawab Ladon singkat.

Rosalie tertawa keras mendengar jawaban Ladon. Beberapa orang yang melihat melihat sekilas sebelum melanjutkan aktivitasnya. Ladon ikut tertawa, menyadari kebodohannya.

"Ayo kita kembali sebelum semakin dingin," ajak Ladon kembali.

"Tunggu, di sini indah. Sayang sekali kalau harus kembali."

"Aku tidak ingin kau sakit karena kebodohanku."

"Kau bisa memelukku agar tidak kedinginan," goda Rosalie malu-malu.

Ladon tersenyum, ia melingkarkan lengan kanannya di pundak Rosalie. Ia menarik Rosalie mendekat, menghangatkan keduanya. Rosalie mendongakkan kepala, mempertanyakan tindakan Ladon dengan kedua matanya. Ladon hanya tersenyum dan mengelus lengan Rosalie.

"Lain kali kita naik kapal itu saja sepertinya lebih hangat," ucap Ladon akhirnya.

***

Berlayar mengelilingi East River adalah salah satu kegiatan populer bagi para wisatawan untuk menikmati indahnya kota New York. Puluhan kapal feri siap mengantar orang-orang yang ingin menikmati kota maupun jembatan dari sisi yang lain.

Geladak kapal, tempat yang paling tepat untuk bisa menikmati pemandangan. Dari atas penumpang bisa melihat ke seluruh tempat, bahkan bisa dengan jelas melihat orang-orang yang sedang berjalan di atas jembatan. Hera berdiam diri di tempat duduknya, memandang satu titik.

"Kau baik-baik saja?" sebuah sapaan membuyarkan lamunannya.

"I'm fine. Di sana indah sekali," Hera menunjukkan deretan gedung tinggi.

"Di sini lebih indah menurutku."

Ethan memandang Hera yang tengah asyik dengan pemandangan di sekitarnya.

"Makan malam di mana?" Hera mengalihkan pandangannya pada Ethan.

"Ladon's."

"Ada banyak restoran enak, kenapa harus Ladon's?"

Don't....! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang